Sesudah sholat shubuh, Kinan baru menyadari jika pakaian yg dia kenakan tadi malam berubah menjadi baju baby doll ?
"lho lho lho ... kenapa bajunya bisa berubah gini ?", gumam Kinan sambil melihat dirinya didepan cermin besar di samping ranjang.
Dengan mengenakan selimut dan melilitkan nya hingga menutupi semua tubuh termasuk kepalanya juga. Kinan berjalan keluar kamar dan mencari-cari.
Namun ...
"Han ... Han ... Hantuuuuuu. eh bukan pocong. Ma ... Ma ... Mama", teriak histeris dari belakang Kinan.
"eh eh eh bukan. Aku bukan hantu apalagi pocong", Kinan membalikkan badannya dan melihat ada beberapa orang yang sedang melihat dengan heran dan juga ehem ketakutan.
"hantu ?", tanya Papa Kio, Adness.
"bukan", Kinan menjawab pertanyaan itu dengan melangkah kakinya mundur.
"pocong ?"
"bukan juga. Saya manusia. Nama saya Kinan"
"Kinan ? Hmmm, nama yang bagus. Ma ? Mama ? Ma ?", Papa Adness mencolek pipi istrinya.
"oh oh, namamu Kinan ya", sapa Mama Andin sambil berjalan kearah Kinan.
"iya, Bu ?"
"syukurlah kamu sudah sadar. Maaf yaaa kemarin, saya membawa mu ke sini karena saya melihat mu pingsan ditengah jalan"
"hmmm... terimakasih banyak Pak, Bu", ucap Kinan sambil tersenyum manis
"cantik", gumam Dio, adik Kio.
"Bi Inah, tolong ambilkan bajunya Kinan yg kemarin", pinta Mama Andin.
Bi Inah berlari kecil ke sebuah ruangan untuk mengambil kan pakaian Kinan yang basah kemarin.
"masuk dulu yuk ke kamar. Ganti baju dulu. Saya takut banget lihat kamu kayak gini", ajak Mama Andin sambil merangkul dan berjalan masuk kedalam kamar yg ditempati Kinan semalam.
Papa Adness dan Dio masih berdiri mematung karena ketakutan melihat penampilan Kinan tadi.
Didalam kamar, Bi Inah memberikan pakaian yg sudah dicuci. Kemudian, Kinan mengganti pakaiannya dan tidak lupa mengenakan hijabnya.
"Kinan, kamu ikut kami sarapan dulu ya ?", tanya Mama Andin dan mendekati Kinan yg sedang melipat selimut yg tadi dia kenakan.
"tidak usah, Bu. Saya langsung ijin pamit yaaa, Bu. Hmmm ... makasih banyak atas bantuan nya", Kinan menggenggam tangan Mama Andin dan menundukkan kepalanya.
"iya sama-sama. Tapi, kamu ikut sarapan dulu yaaa. Mau ya ? saya maksa lhoo ini. pakek banget malah. Mau yaaa, Kinan yg cantik ?", Mama Andin memegang dagu Kinan dan membuat nya menatap wajah wanita paruh baya di hadapannya itu.
"hmmm, baiklah, Bu. Saya mau"
"Bi, sarapan sudah siap, kan ?", tanya Mama Andin sambil berjalan keluar dengan memegang tangan Kinan
"sudah, Bu. Bapak dan Den Dio sudah dimeja makan. Tapi, Den Kiki masih belum"
"Dasar tuh anak satu ya. Coba deh buruan nikah, biar ada yg bangunin dia. Jadi, kita ga perlu naik keatas terus marah-marah gara-gara susah banget dibangunin", gerutu Nyonya sambil mengepalkan tangannya.
Dimeja makan ...
"Kinan, ayo makan sini. Jangan malu-malu yaaa", ajak Papa Adness kepada Kinan yang sudah duduk bersebelahan dengan Dio.
"Makasih banyak Pak"
"yaudah, ayo makan", suruh Mama Andin sambil menyiapkan piring dan makanan untuk suaminya.
Suasana meja makan sangat sepi. Dan hanya terdengar dentingan garpu dan sendok bergiliran.
Beberapa saat kemudian ...
"Bi Inah, sini Kinan bantu ya", Kinan ikut membantu membereskan dapur bersama Bi Inah.
"ga usah, Neng. Gapapa. biar Bibi aja yg beresin"
"Gapapa kok Bi, Kinan udah biasa kayak gini", sambil tersenyum
"makasih ya Neng"
"panggil Kinan aja ya, Bi"
"iya, Nak Kinan"
Dilain sisi dapur ...
"Kinan anak yg cantik dan baik. Dan, ehem sholehah", gumam Mama Andin sambil melihat kearah Kinan.
Di halaman depan dekat pintu gerbang ...
"Kinan, kamu yakin ga mau tinggal disini lebih lama lagi ?", tanya Mama Andin
"tidak, Bu. Dan Kinan sangat berterima kasih atas kebaikan dan bantuannya ya Bapak, Ibu, Bi Inah, dan Pak Supir juga"
"oh ya, Kinan. Ini ada sedikit rejeki buat kamu. semoga bisa berguna yaaa buat kamu. Oh ya, ini ada kartu nama. Disimpan yaa", sambil menyerahkan amplop dan sebuah kartu nama.
"Ya Allah, Bu. Ini terlalu berlebihan buat saya"
"eh eh eh, tidak apa-apa kok. saya ikhlas. Mohon diterima ya, Kinan"
"Subhanallah, makasih banyak ya Bu", air mata Kinan mulai membasahi pipinya dan mengambil pemberian Nyonya. "kalau begitu saya pamit ya Pak, Bu, dan Bi Inah. Oh ya, titip salam buat Pak Supir", Kinan tersenyum manis dan mulai berjalan keluar gerbang.
"maaf kak ... saya ga diucapin terimakasih ?", tanya Dio kepada Kinan tiba-tiba.
"hmmm ... makasih banyak yaa ... Dek ...?", Kinan berpikir sejenak karena dia tidak tahu siapa laki-laki imut itu.
"ehem nama saya Dio", ucapnya dengan memberatkan suaranya seperti orang dewasa
"oh ya Dek Dio. Terimakasih banyak ya", sambil tersenyum kecil dan melambaikan tangan sebagai ucapan selamat tinggal
"sumpah cantik banget", Dio berpikir jika dia mengatakan nya dalam hati. Tapi, ternyata ...
"belajar yg bener. Dia beda jauh umurnya sama kamu, Dek. Kinan pantesnya sama kakak kamu itu lhooo. Udah ah, sana berangkat", ucap Mama Andin
"ups, mama denger ?" tanya Dio
"papa juga denger lhoo dek", sahut Papa Adness
"lho, papa juga ? kirain, Dio bilangnya dalam hati. Huft, malu banget", sambil mengacak-acak rambut nya
"saya juga denger lhoo Den", ujar Bi Inah sambil melangkah pergi ke dapur
"oh nooooooo, kenapa suara hatiku kedengaran ??? tau ah. Moga aja bisa ketemu lagi sama kak Kinan yg cantik jelita dan sholehah. Pa, Ma, Dio berangkat yaaa. Assalamualaikum", Dio pergi berlari kemobil dan berangkat ke sekolah
"Waalaikumsalam", balas Papa Adness dan Mama Andin bersamaan
"yuk, Ma berangkat. Kita jadikan ke kebun tehnya ?"
"jadi donk Pa", jawab Mama Andin sambil berjalan masuk kedalam rumah dengan menggandeng tangan Papa Adness
#Flashback Off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments