Episode 19 : Pengakuan pertama kali

" Mondok?" Kening Zayn mengernyit.

Setaunya, tidak ada yang mondok di Al Hidayah modelan seperti ini. Zayn menatap gadis remaja itu. Namun itu hanya sesaat, karena dia segera mengalihkan netranya ke arah lain.

Zayn melihat arloji di tangan kanannya. " Kenapa dokter Ezar lama sekali Ra?"

" Iya mas, pasiennya semakin sesak, aku takut kita bisa kehilangan dia kalau penanganannya terlambat." Kata Zara cemas.

Zayn menghela nafas, benar yang di katakan Zara, kalau mereka harus bergegas.

" Ada box berwarna putih di bagasi, cepat kau ambilkan." Perintah Zayn pada Zara.

Zara berlari dan mengambil box yang di maksud Zayn.

Box itu sudah berada di depan Zayn. Zayn membukanya.

" Mas.." Panggil Zara dengan suara lirih."

Zayn menatap Zara.

" Mas yakin?"

" Insyaallah Ra, kita tidak punya pilihan lain."

Setelah mengucapkan basmalah, Zayn melepaskan arlojinya dan memberikan pada Zara. Zara menyiapkan alat, sementara Zayn menyiram tangannya menggunakan alkohol lalu memakai sarung tangan.

Luka lebam terdapat di dada kiri pasien. Zayn memberikan obat anastesi lokal setelah membersihkan area yang akan dia suntik. Jarum dimasukkan untuk membantu memasukkan selang ke rongga dada melalui sela antara tulang iga, agar tekanan berkurang dan bentuk paru-paru kembali seperti semula.

Aspirasi di lakukan, dan setelahnya, tampak korban bisa bernafas dengan baik, detak jantung kembali normal.

Zayn dan Zara mengucapkan syukur pada sang maha pencipta. Terlebih Zayn, ini adalah pengalaman pertamanya melakukan sesuatu yang tergolong sangat rumit bagi pemula sepertinya. Tapi berkat ketekunannya belajar serta bimbingan yang baik dari beberapa dokter bedah selama masa koasnya di departemen tersebut membuatnya bisa menolong nyawa seseorang.

Sementara di bungalow, Ezar sudah terburu buru, melangkahkan kakinya ke tempat parkir. Tapi teriakan seorang wanita membuat langkahnya terhenti.

" Zar, mau ke mana?" Tanyanya.

Ezar menghela nafas panjang ketika melihat wajah Ghina yang sedang tersenyum padanya.

" Apa yang kau lakukan di sini?"

" Aku menyusul mu."

" Kan sudah ku katakan, ini khusus untuk bedah saja." Dengusnya.

" Aku tau, tapi aku kan juga calon istrimu, banyak teman mu yang membawa pacarnya ke sini." Protes Ghina.

Mereka berdebat, Ezar harus segera mengakhirinya sebelum pasien yang bersama Zayn dan Zara meninggal.

Tiba tiba, Dila lewat dengan air mata yang sesekali ia usap.

" Tunggu Na." Tangan kanan Ezar terangkat.

Dia meninggalkan Ghina dan menghampiri Dila yang terlihat kebingungan.

" Adek koas." Panggil Ezar.

Dila menoleh dan memberikan hormat pada Ezar.

" Iya dok."

" Kamu mau kemana? Kenapa menangis?" Tanya Ezar.

" Sepupu saya kecelakaan di sekitar pesantren dok."

Kening Ezar mengernyit. " Mungkinkah yang di maksud adalah orang yang sama?"

Ezar mengambil ponsel dan memperlihatkan sebuah foto yang di kirim Zara beberapa saat lalu.

" Apa mungkin ini sepupu mu?"

Dila menatap gambar yang di perlihatkan Ezar. Dan seketika tangisnya kembali pecah.

" Iya dok, dia sepupu saya."

" Ayo, ikut dengan ku."

Ezar kembali ke mobilnya di susul Dila yang berjalan di belakang.

Wajah Ghina di tekuk, cemburu sudah pasti.

" Zar, mau kemana?" Pekiknya karena Ezar sama sekali tidak memperdulikan keberadaannya.

" Nanti kita bicara, aku buru buru. Ayo." Ajaknya pada Dila.

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi.

Sementara Ghina menatap penuh amarah kepergian Ezar bersama seorang gadis muda.

Tidak butuh waktu lama, mereka tiba di lokasi.

Ezar setengah berlari ke arah kerumunan. Di susul Dila.

Zara cukup kaget melihat keberadaan Dila yang tiba tiba saja bersimpuh dan memeluk gadis itu.

Ezar memeriksa keadaan pasien. Nampak olehnya, jika korban terlihat baik baik saja, apalagi setelah mengecek kondisinya, sebuah selang terlihat di dada kiri pasien.

" Siapa yang melakukan aspirasi?" Tanya Ezar, matanya bergantian menatap Zayn dan Zara.

" Saya dok. Maaf karena tidak menunggu anda." Kata Zayn tertunduk. Dalam hal ini, dia salah. Meski menolong, tapi dia belum punya lisensi untuk melakukan hal hal berbahaya seperti tadi.

Ezar berdiri dan menepuk bahu Zayn. " Bagus, kau melakukannya dengan sangat baik." Ujar Ezar tersenyum. " Dan maaf karena aku terlambat datang hingga mengharuskan mu berada dalam situasi ini."

Zayn tersenyum.

Zara menghampiri Dila yang mulai terlihat tenang.

" Kau kenal dengannya?"

" Dia sepupu ku yang aku ceritakan tadi saat di perjalanan Ra."

Zara terperanjat." Subhanallah."

" Seperti yang ku katakan sebelumnya pasti anak nakal ini kabur lagi dari pesantren." Kata Dila kesal sekaligus sedih.

" Kamu tenang saja, sepupu mu sudah tertangani dengan baik." Zara mengusap lembut punggung Dila.

Ezar juga menghampiri Dila. " Kita bawa keluargamu ke Brawijaya Hospital, kau boleh ikut, bersama Zayn."

Zayn sudah di beri tahu terlebih dulu dan dia tidak menolak sama sekali.

" Ada ambulance di bungalow, pakai itu saja." Ujar Ezar pada Zayn.

" Baik dok."

Ezar menelpon sopir ambulance dan menyuruhnya ke lokasi kecelakaan.

Tidak butuh waktu lama, ambulance datang.

Zayn membawa pasiennya itu ke dalam mobil menggunakan tandu.

Dila sudah masuk dan duduk di samping sepupunya yang terbaring belum sadarkan diri.

Sementara Zayn duduk di depan di samping supir. Zara juga terlihat menyusul, tapi baru saja akan membuka pintu belakang ambulance tersebut, Ezar sudah memanggilnya.

" Kau mau kemana?"

Zara menoleh." Ikut."

" Siapa yang menyuruhmu?"

" Tidak ada, hanya saja saya merasa bertanggung jawab."

" Tidak perlu, dua dokter sudah cukup." Ujar Ezar lalu menarik tangan Zara." Kau ikut dengan ku."

Zara tak bisa berkutik, ia pasrah mengikuti Ezar.

Ezar membuka pintu mobil untuk Zara. Zara menoleh dan menatap Ezar.

Ezar menghela napas. " Naik.."

Zara masuk ke dalam mobil dalam keadaan terpaksa. Wajahnya kelihatan sangat tertekan ketika Ezar duduk di balik kemudi.

Mobil putar arah.

" Kita mau kemana?" Tanya Zara karena Ezar tidak mengemudikan mobilnya ke pesantren.

" Bungalow." Jawab Ezar singkat.

" Tapi saya mau ke pesantren."

" Tanpa Zayn?"

Zara diam. Hari ini dia sungguh egois. Kenapa dia sampai lupa kalau sekarang Zayn tidak ada bersamanya? Apa mungkin karena dia masih marah pada Ezar?

Jujur, seminggu setelah kejadian di mana Zara melampiaskan kemarahannya, tak pernah sekalipun ia berbicara dengan Ezar bila itu bukan hal yang sangat penting. Padahal Ezar selalu menunggu momen di mana Zara menegurnya. Bahkan kemarahan mengerikan itu berlaku hingga ke rumah sakit.

Bagaimanapun usaha yang di lakukan Ezar untuk menarik perhatian Zara, tetap saja gadis keras kepala itu tak goyah.

Makanya, saat Zara menghubunginya beberapa saat lalu, Ezar seperti mendapat jackpot. Tapi sayang, Zara hanya melaporkan sebuah kasus kecelakaan padanya.

Mereka tiba di bungalow saat hari sudah gelap. Angin di pedesaan bertiup sangat kencang. Bunyi gemuruh di langit terdengar begitu keras dan dengan jarak yang tidak terlalu berjauhan.

" Kamu sudah makan?" Tanya Ezar. Keduanya masih berada di parkiran, belum keluar dari kendaraan mewah tersebut.

" Belum."

Ezar kembali menyalakan mesin kendaraan.

" Loh, kenapa tidak turun?"

" Kita cari makan dulu."

" Bukankah di dalam ada?" Pertanyaan Zara merujuk pada koki yang di siapkan penyelenggara acara.

" Aku hanya ingin makan di luar."

Sudah cukup dengan jawaban Ezar, Zara kini memilih untuk tidak lagi berbicara.

Jarak tempuh lumayan jauh hanya untuk mencari rumah makan. Hingga akhirnya, Ezar berhenti di depan sebuah warung sederhana yang menjual pecel lele.

" Kamu pernah makan pecel lele?" Tanya Ezar.

Zara mengangguk.

" Kamu tidak keberatan jika kita makan di tempat seperti ini?"

" Tentu saja tidak. Abi dan umi sering membawa kami makan di warung warung pinggir jalan."

" Baiklah, kita makan di sini saja."

Makan malam selesai, waktunya pulang ke bungalow. Namun tiba tiba saja hujan turun dengan deras di sertai angin yang sangat kencang.

Walau membawa mobil, tapi Ezar tidak berani berkendara di saat cuaca begitu ekstrim.

Seorang warga berdiri di samping Ezar sembari memegangi payungnya, dia terlihat ragu, mau memakai payung, takut payungnya terbawa angin. Tidak mengenakannya jelas dia akan basah.

" Bapak mau ke mana?" Tanya Ezar.

" Dekat sini den."

Bapak tadi memperhatikan Ezar dan Zara.

" Kalian dari kota ya?"

" Iya pak."

" Mau ke mana?"

" Kami dokter dari rumah sakit Brawijaya dan sedang mengadakan acara di desa sebelah pak. Tapi untuk pulang ke sana dalam keadaan hujan deras begini, saya tidak berani."

Bapak tadi terlihat berpikir.

" Beberapa meter ke depan, ada penginapan. Kalian boleh di sana dulu sambil menunggu hujan reda." Katanya kembali memperhatikan Ezar dan Zara bergantian.

Tentu dia bertanya tanya dalam hati, apakah saran ke penginapan adalah yang paling tepat? Karena dia terlihat ragu dengan pasangan muda di depannya itu.

Ezar bisa membaca jalan pikiran pria setengah baya itu. Karenanya, Ezar meraih pinggang Zara dan merangkulnya dengan erat.

" Bapak tidak usah khawatir, dia bukan pacar saya, tapi..... istri saya."

...****************...

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Ngaku istri karena ga ada orang yg di kenal

2024-11-02

3

Bunda Aish

Bunda Aish

plin-plan kamu nih Zar 😬

2025-01-07

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

sok soan ngakuin..tuh ghona udh nungguin

2024-11-26

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 : Nikah instan
2 Episode 2 : Syarat pernikahan
3 Episode 3 : Sah
4 Episode 4 : Interaksi pertama
5 Episode 5 : Zayn dan Zara
6 Episode 6 : Tugas pertama
7 Episode 7 : Pernikahan Azura
8 Episode 8 : Pernikahan yang tidak sama
9 Episode 9 : Ciuman pertama
10 Episode 10 : Godaan iman
11 Episode 11 : Mulai protektif
12 Episode 12 : Kakak yang rindu
13 Episode 13 : Jatuh cinta?
14 Episode 14 : Tidur bersama
15 Episode 15 : Zara terluka
16 Episode 16 : Cemburu
17 Episode 17 : Marah
18 Episode 18 : Acara di luar kota
19 Episode 19 : Pengakuan pertama kali
20 Episode 20 : Boleh aku mengenalmu lebih dekat?
21 Episode 21 : Panggilan baru
22 Episode 22 : Praduga tak bersalah
23 Episode 23 : Tatapan kemarahan
24 Episode 24 : Kemarahan dan kecemburuan
25 Episode 25 : Kecelakaan
26 Episode 26 : Kesabaran setipis tisu
27 Episode 27 : Cukup tiga saja
28 Episode 28 : Perang hati di mulai
29 Episode 29 : Mati kita putus
30 Episode 30 : Kita mulai dari awal
31 Episode 31 : Tamu tak di undang
32 Episode 32 : Biar aku yang urus
33 Episode 33 : Pembalasan kecil
34 Episode 34 : Terkuaknya identitas
35 Episode 35 : Pencarian bukti
36 Episode 36 : Semut pun melawan jika terinjak
37 Episode 37 : Malam pertama
38 Episode 38 : Jahil satu sama lain
39 Episode 39: Umi Aza yang kesepian
40 Episode 40 : Kepribadian Zayn yang koleris
41 Episode 41 : Ezar dan Zayn
42 Episode 42 : Iblis wanita
43 Episode 43 : Zara hamil
44 Episode 44 : Ghina pun tau
45 Episode 45 : Menyala pembantuku
46 Episode 46 : Mari berpacaran
47 Episode 47 : Jurus yang sama
48 Episode 48 : Sepak terjang Ghina
49 Episode 49 : Trauma psikologis
50 Episode 50 : Wanita menjijikkan
51 Episode 51 : Zayn menggila
52 Episode 52 : Giliran Ezar
53 Episode 53 : Nasehat umi
54 Episode 54 : Kuncinya adalah ikhlas
55 Episode 55 : Umi yang paling pengertian
56 Episode 56 : Aku mencintaimu
57 Episode 57 : Pertemuan Zara dan Ghina
58 Episode 58 : Pamit
59 Episode 59 : Masalah baru
60 Episode 60 : Waktunya bercocok tanam
61 Episode 61 : Bubur langganan
62 Episode 62 : Zayn menginap
63 Episode 63 : Sikap paling utama adalah, menghormati siapapun
64 Episode 64 : Siapa wanita itu?
65 Episode 65 : Lebih agresif
66 Episode 66 : Allah Maha Baik
67 Episode 67 : Zayn yang terbully
68 Episode 68 : Kecewa karena cinta
69 Episode 69 : Safa dan Marwah
70 Episode 70 : Jalan jalan bersama si kembar
71 Episode 71 : Kembali dalam keadaan tak berdaya
72 Episode 72 : Karma atau bukan?
73 Episode 73 : Rasa bersalah itu ada
74 Episode 74 : Ingin bertemu lagi
75 Episode 75 : Hasrat yang tertunda
76 Episode 76 : Rasa sakit itu sudah hilang
77 Episode 77 : Mengajak si kembar
78 Episode 78 : Titipan Ghina
79 Episode 79 : Ingin bertemu Ezar
80 Episode 80 : Kesedihan tuan Sony
81 episode 81 : Mencoba menerima
82 Episode 82 : Tuan Sony dan Zara
83 Episode 83 : Tingkah Zayn
84 Episode 84 : Surprise termanis
85 Episode 85 : Pamer kemesraan
86 Episode 86 : Teman baru
87 Episode 87 : Resepsi yang terlambat
88 Episode 88 : Rencana liburan
89 Episode 89 : Kehangatan keluarga Brawijaya
90 Episode 90 : Zayn kena marah
91 Episode 91 : Zayn dan si kembar
92 Episode 92 : Aretha dan si kembar
93 Episode 93 : Cinta Zara ( End )
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Episode 1 : Nikah instan
2
Episode 2 : Syarat pernikahan
3
Episode 3 : Sah
4
Episode 4 : Interaksi pertama
5
Episode 5 : Zayn dan Zara
6
Episode 6 : Tugas pertama
7
Episode 7 : Pernikahan Azura
8
Episode 8 : Pernikahan yang tidak sama
9
Episode 9 : Ciuman pertama
10
Episode 10 : Godaan iman
11
Episode 11 : Mulai protektif
12
Episode 12 : Kakak yang rindu
13
Episode 13 : Jatuh cinta?
14
Episode 14 : Tidur bersama
15
Episode 15 : Zara terluka
16
Episode 16 : Cemburu
17
Episode 17 : Marah
18
Episode 18 : Acara di luar kota
19
Episode 19 : Pengakuan pertama kali
20
Episode 20 : Boleh aku mengenalmu lebih dekat?
21
Episode 21 : Panggilan baru
22
Episode 22 : Praduga tak bersalah
23
Episode 23 : Tatapan kemarahan
24
Episode 24 : Kemarahan dan kecemburuan
25
Episode 25 : Kecelakaan
26
Episode 26 : Kesabaran setipis tisu
27
Episode 27 : Cukup tiga saja
28
Episode 28 : Perang hati di mulai
29
Episode 29 : Mati kita putus
30
Episode 30 : Kita mulai dari awal
31
Episode 31 : Tamu tak di undang
32
Episode 32 : Biar aku yang urus
33
Episode 33 : Pembalasan kecil
34
Episode 34 : Terkuaknya identitas
35
Episode 35 : Pencarian bukti
36
Episode 36 : Semut pun melawan jika terinjak
37
Episode 37 : Malam pertama
38
Episode 38 : Jahil satu sama lain
39
Episode 39: Umi Aza yang kesepian
40
Episode 40 : Kepribadian Zayn yang koleris
41
Episode 41 : Ezar dan Zayn
42
Episode 42 : Iblis wanita
43
Episode 43 : Zara hamil
44
Episode 44 : Ghina pun tau
45
Episode 45 : Menyala pembantuku
46
Episode 46 : Mari berpacaran
47
Episode 47 : Jurus yang sama
48
Episode 48 : Sepak terjang Ghina
49
Episode 49 : Trauma psikologis
50
Episode 50 : Wanita menjijikkan
51
Episode 51 : Zayn menggila
52
Episode 52 : Giliran Ezar
53
Episode 53 : Nasehat umi
54
Episode 54 : Kuncinya adalah ikhlas
55
Episode 55 : Umi yang paling pengertian
56
Episode 56 : Aku mencintaimu
57
Episode 57 : Pertemuan Zara dan Ghina
58
Episode 58 : Pamit
59
Episode 59 : Masalah baru
60
Episode 60 : Waktunya bercocok tanam
61
Episode 61 : Bubur langganan
62
Episode 62 : Zayn menginap
63
Episode 63 : Sikap paling utama adalah, menghormati siapapun
64
Episode 64 : Siapa wanita itu?
65
Episode 65 : Lebih agresif
66
Episode 66 : Allah Maha Baik
67
Episode 67 : Zayn yang terbully
68
Episode 68 : Kecewa karena cinta
69
Episode 69 : Safa dan Marwah
70
Episode 70 : Jalan jalan bersama si kembar
71
Episode 71 : Kembali dalam keadaan tak berdaya
72
Episode 72 : Karma atau bukan?
73
Episode 73 : Rasa bersalah itu ada
74
Episode 74 : Ingin bertemu lagi
75
Episode 75 : Hasrat yang tertunda
76
Episode 76 : Rasa sakit itu sudah hilang
77
Episode 77 : Mengajak si kembar
78
Episode 78 : Titipan Ghina
79
Episode 79 : Ingin bertemu Ezar
80
Episode 80 : Kesedihan tuan Sony
81
episode 81 : Mencoba menerima
82
Episode 82 : Tuan Sony dan Zara
83
Episode 83 : Tingkah Zayn
84
Episode 84 : Surprise termanis
85
Episode 85 : Pamer kemesraan
86
Episode 86 : Teman baru
87
Episode 87 : Resepsi yang terlambat
88
Episode 88 : Rencana liburan
89
Episode 89 : Kehangatan keluarga Brawijaya
90
Episode 90 : Zayn kena marah
91
Episode 91 : Zayn dan si kembar
92
Episode 92 : Aretha dan si kembar
93
Episode 93 : Cinta Zara ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!