Episode 11 : Mulai protektif

Pertama kali tidur dalam satu kamar, membuat Ezar tak dapat memejamkan mata. Kasur empuk yang dulu selalu membuatnya terlelap, kini berubah seperti dipan keras yang membuatnya gelisah.

Di depan tv, tepatnya di sofa panjang, seorang gadis cantik sudah tertidur lelap sejak tadi. Gadis itu bahkan tidak peduli dengan kondisi Ezar yang sedang gusar.

Siluet tubuh Zara tampak jelas di sinari cahaya bulan. Dan itu sangat indah di pandang mata.

Jam tiga dini hari, di saat Ezar baru saja terlelap. Zara bangun dari tidurnya. Dan setiap hari memang sudah seperti itu. Kebiasaan shalat malam yang di ajarkan Abi Adam dan umi Aza kini mendarah daging dalam diri Zara.

Dia bangkit dari tempat tidur, melangkah ke kamar mandi, mengambil wudhu dan bersiap melakukan ibadah.

Suatu keberuntungan baginya yang selalu membawa mukena ke mana mana, jadi di situasi seperti ini, Zara punya solusi dan tidak harus menyusahkan orang lain.

Waktu subuh datang, dan Ezar masih terlelap. Bunyi alarm yang bahkan bisa membangunkan satu kampung itu, tak di gubris Ezar.

Zara mulai gelisah, jam menunjuk di angka lima. Jika di rumah mereka, Ezar akan ke mesjid shalat subuh berjamaah.

" Mungkinkah dia sakit?" Gumam Zara lalu menghampiri Ezar.

" Dok.." Panggilnya.

Tidak ada respon.

Zara jadi over thinking. Dia menempelkan tangannya di kepala Ezar.

" Tidak demam. Tapi kenapa dia belum bangun?"

Sekali lagi Zara memanggil Ezar." Dok."

Ezar membuka mata, tangannya menarik tangan Zara yang baru saja menempel di jidatnya. Karena kaget, Zara hilang keseimbangan dan jatuh tepat di atas tubuh Ezar.

Zara mencoba bangkit setelah menyadari di mana tubuhnya berada saat ini, tapi tangan kekar Ezar menahan punggungnya.

" Kau menggodaku?" Pertanyaan itu refleks membuat Zara mengangkat wajahnya.

" Sa..saya? Menggoda anda?"

Ezar mengangguk sembari menatap lekat wajah Zara yang terlihat sangat cantik tanpa balutan bedak atau apapun itu.

Zara kembali mencoba bangkit, tapi tetap tidak bisa, karena Ezar memeluknya dengan erat.

" Dokter yang memeluk saya, lalu kenapa saya yang di jadikan tersangka?" Protes Zara.

Ezar mengurai senyum. Di telinganya, pertanyaan Zara justru semakin membuatnya tergoda.

" Aku tidak memelukmu." Kilah Ezar.

" Tapi, tangan dokter di atas punggung ku, bukankah itu namanya memeluk?" Kembali Zara melayangkan protesnya.

" Salahkan saja tangannya, kenapa malah menyalahkan ku?" Bantah Ezar yang membuat Zara melotot sempurna.

Zara menghela nafas panjang. Dia pusing menghadapi Ezar.

" Ya Allah dok.." Hanya itu, Zara tidak bisa berkata kata lagi.

Ezar kemudian tertawa renyah." Kenapa membangunkan ku? Kau butuh sesuatu?" Ujarnya kemudian.

" Sudah masuk waktu subuh dok, Telat sedikit saja, dokter akan kalah sama matahari pagi." Kata Zara.

Ezar melihat jam di dinding kamarnya, dan baru kali ini dia melewatkan shalat subuh nya di mesjid.

" Kamu sudah shalat?" Tanya Ezar.

" Belum."

" Berjamaah mau?"

Zara menatap mata Ezar, pria yang masih memeluknya itu terlihat sangat serius.

Zara akhirnya mengangguk dengan rona merah di kedua pipinya. Biasanya itu akan terjadi ketika seorang pria sedang menggoda atau mengatakan cinta pada wanitanya, tapi ini agak lain. Zara justru menampilkan semburat merah ketika Ezar mengajaknya shalat berjamaah.

Ezar melepas pelukannya lalu bangkit dan bergerak ke kamar mandi. Zara menyiapkan sajadah dan pakaian untuk Ezar.

Tidak lama kemudian Ezar keluar. Melihat pakaian di atas tempat tidur, Ezar tersenyum sumringah.

Shalat subuh mereka laksanakan dengan khusuk. Zara mencium tangan Ezar dan Ezar refleks mencium kepala Zara. Dan interaksi keduanya mengalirkan kehangatan di dalam hati masing masing.

" Di rumah mu, apa kau melakukan shalat berjamaah seperti ini juga?"

" Iya, tapi hanya terkadang berdua dengan umi, soalnya abi dan mas Zayn pergi ke mesjid."

Ezar menatap Zara, ia seperti tidak bosan melakukan hal itu.

" Boleh pinjam mobil anda dok?" Tanya Zara setelah keheningan yang melanda.

" Mau kemana?" Kening Ezar mengernyit.

" Pulang, saya tidak ada pakaian ganti."

Ezar tersenyum. " Sebaiknya kamu mandi saja, pakaianmu sudah ibu siapkan di dalam lemari."

Zara terkesiap. " Kapan ibu menyiapkannya?"

" Entahlah, tapi semalam saat kita datang, semuanya sudah ada."

" Lalu, kenapa saya tidak di beri tau? Kan bisa pakai pakaian saya sendiri, tidak harus meminjam punya dokter." Sungut Zara.

" Aku hanya ingin melihatmu memakai pakaian ku saja."

Zara pun berdiri." Dasar dokter aneh." Gumamnya sembari berlalu meninggalkan Ezar.

" Bilang apa barusan? Aneh katamu?" Tanya Ezar tersenyum. Dengan sangat jelas dia mendengar kalimat hinaan Zara untuknya.

" Tidak ada, dokter mungkin salah dengar." Bantah Zara dan memilih masuk ke dalam kamar mandi.

" Kenapa dia menggemaskan sekali?" Gumam Ezar tersenyum penuh arti.

Namun senyuman itu menghilang, ketika sebuah panggilan di ponselnya memperlihatkan nama seorang wanita.

" Iya Na."

" Kamu di mana?"

" Di rumah."

" Di rumah kita?"

" Bukan, di mansion mama. Kenapa ada yang penting? Aku harus segera ke rumah sakit."

" Judul ku di terima Zar, dan minggu depan aku sudah sidang."

" Syukurlah."

Di seberang sana, kening Ghina mengernyit. " Ada apa dengan mu? Biasanya kau yang paling antusias."

" Tidak ada, nanti aku akan menelpon mu, ok." Ezar memutus panggilannya secara sepihak, bersamaan dengan keluarnya Zara dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapi.

" Aku akan mengantarmu."

" Tidak usah dok, aku bisa naik kendaraan umum."

" Kamu tidak apa?"

" Tidak masalah, naik apapun yang jelasnya tiba di rumah sakit dengan selamat." Katanya tersenyum manis.

Ezar terpaku, jantungnya berdegup kencang, senyum itu lagi, senyuman yang dia lihat di hari pemakaman opa Erwin, di taman belakang dengan view bunga bunga nan cantik. Senyum itu sangatlah tulus dan menenangkan.

" Baiklah." Kata Ezar." Sarapan dulu sebelum berangkat." Lanjutnya.

" Iya dok."

Zara keluar setelah mengambil tas dan macbook nya.

Tepat di depan pintu, suara lembut Ezar menghentikan langkahnya. Dan sebuah kalimat dari Ezar membuatnya berdiri sesaat dengan jantung berdetak tidak karuan.

" Jangan tersenyum seperti tadi di depan laki laki lain!" Tegas Ezar.

Zara tidak berani menoleh. Otak dan jantungnya tidak sejalan dengan baik.

Dengan langkah cepat, Zara menghilang dari hadapan Ezar. Sekuat itu ucapan Ezar mempengaruhi hatinya, sampai sampai panggilan sarapan dari pembantu mansion Pradipta tidak dia indahkan.

Tiba di rumah sakit, Zara mulai menata perasaannya. Kembali ke realita dengan banyaknya pekerjaan dan tugas yang akan menunggunya. Sudah cukup baginya untuk berkhayal.

Lagian dari awal, sudah ada kata kata Ezar yang membuatnya harus selalu menjaga jarak. Namun seiring intensnya mereka bertemu dan dengan Ezar yang Zara rasa berubah sedikit lembut padanya, membuat Zara mengharap lebih. Harapan jika Ezar bisa membuka hati untuknya, harapan jika Ezar bisa mencintainya, harapan jika Ezar bisa menjadi imam baginya hingga maut memisahkan. Semua itu sangat Zara harapkan.

Mungkinkah sekarang, Zara sudah mencintai Ezar?

*

*

Zara kini berada di ruang poliklinik bedah umum. Pekan depan, Zara akan menjadi bagian dari departemen bedah tersebut. Untuk itu, dia, Syifa dan beberapa teman lainnya datang untuk memperkenalkan diri. Seorang pria tampan dengan snelli dokter yang duduk tidak jauh dari mereka nampak memperhatikan gerak gerik Zara. Tidak lama kemudian, seulas senyum terbit dari bibirnya.

" Adik adik, perkenalkan, beliau dokter bedah yang akan menjadi pembimbing kalian selama enam minggu ke depan." Kata seorang perawat senior pada Zara dan beberapa temannya.

Pria tampan tadi mengangkat tangannya. " Hai semua." Setelahnya, pria itu berjalan menghampiri beberapa coas termasuk Zara. Dan dengan sengaja, pria itu berdiri tepat di depan Zara.

" Namaku Bayu Gatra. Semoga kalian betah berada di sini." Katanya mengulas senyum dan sesekali melirik Zara.

" Mohon bimbingannya dok." Ujar Zara di ikuti oleh temannya.

Bayu kembali menatap Zara. Sulit juga melepas pandangannya dari gadis cantik di depannya itu.

" Kamu.."

Syifa menyenggol lengan Zara. Zara menoleh ke arah Syifa dan gestur tubuh sahabatnya itu menunjuk ke dokter Bayu. Zara mengikuti ke mana arah mata Syifa memandang.

Akhirnya Zara paham kode dari Syifa. " Saya dok."

" Siapa namamu?"

" Zara dok."

" Senin depan, aku menunggumu di kamar operasi."

...****************...

Terpopuler

Comments

Bunda SalVa

Bunda SalVa

saingan Ezar dah nongol nih,,tambah posesif gak ya kalo tahu dokter pembimbingnya Zara masih muda dan ganteng 😃😃

2025-02-09

2

Minarni

Minarni

bau" bakal bucin ini

2024-11-06

1

ir

ir

pengen sesekali kata² Ezar yg pedes² itu di balikin sama Zara, biar nyahok

2024-10-29

3

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 : Nikah instan
2 Episode 2 : Syarat pernikahan
3 Episode 3 : Sah
4 Episode 4 : Interaksi pertama
5 Episode 5 : Zayn dan Zara
6 Episode 6 : Tugas pertama
7 Episode 7 : Pernikahan Azura
8 Episode 8 : Pernikahan yang tidak sama
9 Episode 9 : Ciuman pertama
10 Episode 10 : Godaan iman
11 Episode 11 : Mulai protektif
12 Episode 12 : Kakak yang rindu
13 Episode 13 : Jatuh cinta?
14 Episode 14 : Tidur bersama
15 Episode 15 : Zara terluka
16 Episode 16 : Cemburu
17 Episode 17 : Marah
18 Episode 18 : Acara di luar kota
19 Episode 19 : Pengakuan pertama kali
20 Episode 20 : Boleh aku mengenalmu lebih dekat?
21 Episode 21 : Panggilan baru
22 Episode 22 : Praduga tak bersalah
23 Episode 23 : Tatapan kemarahan
24 Episode 24 : Kemarahan dan kecemburuan
25 Episode 25 : Kecelakaan
26 Episode 26 : Kesabaran setipis tisu
27 Episode 27 : Cukup tiga saja
28 Episode 28 : Perang hati di mulai
29 Episode 29 : Mati kita putus
30 Episode 30 : Kita mulai dari awal
31 Episode 31 : Tamu tak di undang
32 Episode 32 : Biar aku yang urus
33 Episode 33 : Pembalasan kecil
34 Episode 34 : Terkuaknya identitas
35 Episode 35 : Pencarian bukti
36 Episode 36 : Semut pun melawan jika terinjak
37 Episode 37 : Malam pertama
38 Episode 38 : Jahil satu sama lain
39 Episode 39: Umi Aza yang kesepian
40 Episode 40 : Kepribadian Zayn yang koleris
41 Episode 41 : Ezar dan Zayn
42 Episode 42 : Iblis wanita
43 Episode 43 : Zara hamil
44 Episode 44 : Ghina pun tau
45 Episode 45 : Menyala pembantuku
46 Episode 46 : Mari berpacaran
47 Episode 47 : Jurus yang sama
48 Episode 48 : Sepak terjang Ghina
49 Episode 49 : Trauma psikologis
50 Episode 50 : Wanita menjijikkan
51 Episode 51 : Zayn menggila
52 Episode 52 : Giliran Ezar
53 Episode 53 : Nasehat umi
54 Episode 54 : Kuncinya adalah ikhlas
55 Episode 55 : Umi yang paling pengertian
56 Episode 56 : Aku mencintaimu
57 Episode 57 : Pertemuan Zara dan Ghina
58 Episode 58 : Pamit
59 Episode 59 : Masalah baru
60 Episode 60 : Waktunya bercocok tanam
61 Episode 61 : Bubur langganan
62 Episode 62 : Zayn menginap
63 Episode 63 : Sikap paling utama adalah, menghormati siapapun
64 Episode 64 : Siapa wanita itu?
65 Episode 65 : Lebih agresif
66 Episode 66 : Allah Maha Baik
67 Episode 67 : Zayn yang terbully
68 Episode 68 : Kecewa karena cinta
69 Episode 69 : Safa dan Marwah
70 Episode 70 : Jalan jalan bersama si kembar
71 Episode 71 : Kembali dalam keadaan tak berdaya
72 Episode 72 : Karma atau bukan?
73 Episode 73 : Rasa bersalah itu ada
74 Episode 74 : Ingin bertemu lagi
75 Episode 75 : Hasrat yang tertunda
76 Episode 76 : Rasa sakit itu sudah hilang
77 Episode 77 : Mengajak si kembar
78 Episode 78 : Titipan Ghina
79 Episode 79 : Ingin bertemu Ezar
80 Episode 80 : Kesedihan tuan Sony
81 episode 81 : Mencoba menerima
82 Episode 82 : Tuan Sony dan Zara
83 Episode 83 : Tingkah Zayn
84 Episode 84 : Surprise termanis
85 Episode 85 : Pamer kemesraan
86 Episode 86 : Teman baru
87 Episode 87 : Resepsi yang terlambat
88 Episode 88 : Rencana liburan
89 Episode 89 : Kehangatan keluarga Brawijaya
90 Episode 90 : Zayn kena marah
91 Episode 91 : Zayn dan si kembar
92 Episode 92 : Aretha dan si kembar
93 Episode 93 : Cinta Zara ( End )
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Episode 1 : Nikah instan
2
Episode 2 : Syarat pernikahan
3
Episode 3 : Sah
4
Episode 4 : Interaksi pertama
5
Episode 5 : Zayn dan Zara
6
Episode 6 : Tugas pertama
7
Episode 7 : Pernikahan Azura
8
Episode 8 : Pernikahan yang tidak sama
9
Episode 9 : Ciuman pertama
10
Episode 10 : Godaan iman
11
Episode 11 : Mulai protektif
12
Episode 12 : Kakak yang rindu
13
Episode 13 : Jatuh cinta?
14
Episode 14 : Tidur bersama
15
Episode 15 : Zara terluka
16
Episode 16 : Cemburu
17
Episode 17 : Marah
18
Episode 18 : Acara di luar kota
19
Episode 19 : Pengakuan pertama kali
20
Episode 20 : Boleh aku mengenalmu lebih dekat?
21
Episode 21 : Panggilan baru
22
Episode 22 : Praduga tak bersalah
23
Episode 23 : Tatapan kemarahan
24
Episode 24 : Kemarahan dan kecemburuan
25
Episode 25 : Kecelakaan
26
Episode 26 : Kesabaran setipis tisu
27
Episode 27 : Cukup tiga saja
28
Episode 28 : Perang hati di mulai
29
Episode 29 : Mati kita putus
30
Episode 30 : Kita mulai dari awal
31
Episode 31 : Tamu tak di undang
32
Episode 32 : Biar aku yang urus
33
Episode 33 : Pembalasan kecil
34
Episode 34 : Terkuaknya identitas
35
Episode 35 : Pencarian bukti
36
Episode 36 : Semut pun melawan jika terinjak
37
Episode 37 : Malam pertama
38
Episode 38 : Jahil satu sama lain
39
Episode 39: Umi Aza yang kesepian
40
Episode 40 : Kepribadian Zayn yang koleris
41
Episode 41 : Ezar dan Zayn
42
Episode 42 : Iblis wanita
43
Episode 43 : Zara hamil
44
Episode 44 : Ghina pun tau
45
Episode 45 : Menyala pembantuku
46
Episode 46 : Mari berpacaran
47
Episode 47 : Jurus yang sama
48
Episode 48 : Sepak terjang Ghina
49
Episode 49 : Trauma psikologis
50
Episode 50 : Wanita menjijikkan
51
Episode 51 : Zayn menggila
52
Episode 52 : Giliran Ezar
53
Episode 53 : Nasehat umi
54
Episode 54 : Kuncinya adalah ikhlas
55
Episode 55 : Umi yang paling pengertian
56
Episode 56 : Aku mencintaimu
57
Episode 57 : Pertemuan Zara dan Ghina
58
Episode 58 : Pamit
59
Episode 59 : Masalah baru
60
Episode 60 : Waktunya bercocok tanam
61
Episode 61 : Bubur langganan
62
Episode 62 : Zayn menginap
63
Episode 63 : Sikap paling utama adalah, menghormati siapapun
64
Episode 64 : Siapa wanita itu?
65
Episode 65 : Lebih agresif
66
Episode 66 : Allah Maha Baik
67
Episode 67 : Zayn yang terbully
68
Episode 68 : Kecewa karena cinta
69
Episode 69 : Safa dan Marwah
70
Episode 70 : Jalan jalan bersama si kembar
71
Episode 71 : Kembali dalam keadaan tak berdaya
72
Episode 72 : Karma atau bukan?
73
Episode 73 : Rasa bersalah itu ada
74
Episode 74 : Ingin bertemu lagi
75
Episode 75 : Hasrat yang tertunda
76
Episode 76 : Rasa sakit itu sudah hilang
77
Episode 77 : Mengajak si kembar
78
Episode 78 : Titipan Ghina
79
Episode 79 : Ingin bertemu Ezar
80
Episode 80 : Kesedihan tuan Sony
81
episode 81 : Mencoba menerima
82
Episode 82 : Tuan Sony dan Zara
83
Episode 83 : Tingkah Zayn
84
Episode 84 : Surprise termanis
85
Episode 85 : Pamer kemesraan
86
Episode 86 : Teman baru
87
Episode 87 : Resepsi yang terlambat
88
Episode 88 : Rencana liburan
89
Episode 89 : Kehangatan keluarga Brawijaya
90
Episode 90 : Zayn kena marah
91
Episode 91 : Zayn dan si kembar
92
Episode 92 : Aretha dan si kembar
93
Episode 93 : Cinta Zara ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!