Episode 4 : Interaksi pertama

Zara melangkah masuk ke dalam rumah yang ke depannya dia belum tau, rumah itu akan membawa kebahagiaan atau justru malapetaka baginya.

Ezar melempar kunci mobil di atas meja." Duduk, aku mau bicara."

Zara mengambil posisi duduk tepat di depan Ezar.

" Kau sudah mengerti maksud perkataan ku tadi siang kan?"

Zara mengangguk.

" Bagus, selama kita menikah, kamu akan tinggal di sini bersamaku, tapi kita akan tidur terpisah. Kau bisa memilih, rumah ini memiliki banyak kamar, terserah kau mau tidur di mana, asal tidak di sana." Terang Ezar panjang lebar dengan telunjuk yang menunjuk ke arah kamar tepat di belakang Zara.

" Baiklah."

" Kau masih ingat perkataanku untuk merahasiakan pernikahan ini?"

" Iya." Singkat Zara.

" Di kampus kau adalah mahasiswaku, dan kau harus menjaga mulutmu agar tidak kelepasan saat kau berbicara dengan teman temanmu. Dan, kau punya mobil sendirikan? Jangan mengharap aku akan mengantarmu. Dan usahakan kau berangkat lebih pagi dariku."

" Baik."

Ezar menatap tajam wajah Zara, gadis itu hanya menjawab singkat semua perkataannya. Tapi baginya itu lebih bagus.

Ezar mengeluarkan dompetnya dan memberikan sebuah kartu pada Zara." Ambil ini, kau boleh pergunakan semaumu. Limitnya tidak terbatas."

" Tidak perlu, saya juga punya dok."

" Kembalikan kartu itu pada ayahmu. Aku tidak ingin di cap suami yang tidak menafkahi istri."

" Bukan abi yang memberikannya, tapi mas Zayn."

" Zayn?"

Ezar terperangah. Sesaat dia sampai lupa kalau gadis berjilbab panjang yang sekarang berstatus sebagai istrinya berasal dari keluarga konglomerat. Tapi yang Ezar herankan adalah, bagaimana mungkin Zayn bisa memberikan black card pada Zara sementara mereka seumuran. Zayn masih kuliah sama seperti Zara, lalu dari mana asal sebenarnya dari black card itu?

" Iya, mas Zayn yang memberikannya pada saya tiga tahun lalu."

" Itu pasti dari ayahmu dan Zayn hanya di beri mandat untuk memberikannya padamu."

" Tidak, dulu saya punya dua dok, satu dari abi dan satu dari mas Zayn, tapi kartu yang abi berikan sudah saya kembalikan padanya."

Meski masih diliputi rasa penasaran, Ezar tetap memberikan kartu itu pada Zara." Ambil saja, kalau perlu kembalikan black card pemberian Zayn."

" Baiklah."

" Aku mau istirahat, kau cari sendiri kamar yang sesuai seleramu."

Zara tidak menjawab, dia hanya menatap kepergian Ezar yang menghilang dari balik dinding.

Zara menghela nafas panjang. Dia mengedarkan pandangannya.

" Aku saja baru menginjakkan kaki di rumahnya, mana aku tau kamarnya di sebelah mana, harusnya dia mengajakku tour dulu." Gumam Zara lalu perlahan melangkah mencari keberadaan kamar yang di maksud Ezar.

Setelah hampir tiga puluh menit berputar putar, Zara akhirnya menentukan pilihannya, dia memilih salah satu kamar yang view nya menghadap ke taman belakang. Kamar yang dia rasa sangat tenang dengan akses yang dekat dengan dapur.

Zara merebahkan tubuhnya, baru saja pelayan datang membawakan beberapa lembar pakaian dari rumahnya.

Jam di dinding berdetak tiga kali pertanda sudah masuk dini hari, Ezar sudah membungkus tubuhnya dengan selimut dan tiba tiba saja, ponselnya berdering. Sebagai dokter yang kadang melakukan operasi dadakan, itu hal lumrah bagi Ezar, jadi jika dia mendapatkan telpon tengah malam, itu sudah sewajarnya.

Namun suara tangisan di seberang sana membuatnya membuka mata dengan sempurna. Panggilan itu dari ibunya, apa yang terjadi?

" Assalamuaikum bu. Ada apa?"

" Waalaikumsalam, opa nak, opa mu sudah pergi meninggalkan kita semua." Ibu Sindy menangis sesenggukan.

Ponsel Ezar terjatuh karena tangannya tiba tiba saja gemetar dan tidak kuat menahan beban benda segi empat itu yang sebenarnya sangatlah ringan.

" Halo,,halo.."

" Iya bu." Ezar mengambil kembali ponselnya yang terjatuh.

" Segera ke rumah sakit, bawa Zara juga."

" Iya bu."

Panggilan berakhir.

Ezar segera berganti pakaian, keluar dari kamar dan memungut kunci mobil yang dia lemparkan semalam di atas meja.

Mobil sudah dia nyalakan, hingga akhirnya dia tersadar jika ibunya menyuruh membawa Zara ikut dengannya.

" Sial, merepotkan saja." Ezar membuka pintu mobil dan membantingnya, di saat harus buru buru ke rumah sakit, dia punya tugas lain yaitu membangunkan bocah yang dia yakini masih tertidur pulas.

Ezar kembali masuk ke dalam rumah. Dan di sinilah ia mulai bingung. " Kamarnya yang mana?" Ezar merutuki dirinya sendiri. Dia tidak menyangka akan mendapatkan telpon mendadak di tengah malam begini.

Jadilah dia bekerja ekstra, membuka setiap pintu kamar yang berada di rumahnya.

Keributan yang di lakukan Ezar mengundang bibi yang bekerja di rumahnya datang menghampiri.

" Ada yang bisa saya bantu tuan?" Kata wanita paruh baya itu sopan.

" Oh..mungkinkah bibi tau kamar Zara yang mana?"

" Nyonya tidur di kamar paling ujung tuan."

" Terima kasih bi."

Tanpa menunggu lama lagi, Ezar ke kamar ujung sesuai petunjuk bibi Surti.

Karena buru buru, Ezar tidak sempat mengetuk dan membuka pintu dengan kasar. Namun dia sungguh terkejut dengan pemandangan yang dia lihat di dalam sana.

Untung dia tidak meneriaki Zara dengan lantang, karena di pikirannya gadis itu sedang tidur dengan air liur yang sudah membentuk pulau dan merusak bantalnya.

Tapi apa yang dia lihat? Zara memakai mukena dengan posisi sujud sedang melaksanakan shalat malam.

Ezar menutup pintu pelan, jauh berbeda ketika dia membukanya lima menit lalu.

Dia berdiri tak jauh dari kamar Zara, menunggu gadis itu selesai shalat dan mengetuk kembali pintu kamarnya.

Lima menit dia rasa cukup, lalu Ezar melangkah mendekati kamar Zara. Ezar belum sempat mengetuk, Zara sudah membuka pintu.

" Ka..kau sudah selesai?" Ucapnya tergagap.

" Iya. Ada apa?"

" Kita harus segera ke rumah sakit, opa berpulang."

" Innalilahi wainnailaihi rojiun. Ayo."

Mereka akhirnya berangkat ke rumah sakit.

Tidak butuh waktu lama, Ezar dan Zara sudah berada di tengah tengah keluarga besar mereka.

Umi Aza datang menghampiri anaknya." Umi menelpon mu dari tadi sayang."

" Ponsel Zara tertinggal di rumah umi. Oiya, umi bawa air minum?"

" Ada, kamu belum sempat sahur?"

" Iya umi."

" Air minum ada di dalam tas umi, ada roti juga, bawa keluar dan makanlah dulu."

" Iya umi."

Tanpa menganggu keluarga lainnya yang sedang berduka, Zara diam diam keluar dari kamar sembari membawa tas umi Aza.

Tapi gerakan kecil dan tak terlihat dari Zara masih bisa di intai Ezar.

Zara duduk di kursi ruang tunggu, membuka tas uminya dan mengambil roti serta air minum di sana.

Umi Aza memang ibu yang sangat luar biasa. Dia seperti mengerti kebutuhan anak anaknya tanpa harus di beri tau.

Dari jauh, Ezar memperhatikan Zara yang sedang makan sebungkus roti. " Mungkinkah dia kelaparan? Aku ingat, dia belum makan apapun sejak kami resmi menikah. Akh,,kenapa aku bisa lupa?"

Jenazah Opa Erwin di makamkan setelah sholat dzuhur. Keluarga besar masih berkumpul di rumah mewah keluarga Pradipta.

Ezar mengedarkan pandangannya, ada seorang wanita yang dia cari, tapi tidak melihatnya dari tadi.

" Cari siapa? Cari kak Zara ya?" Kata Faiz adik Ezar.

" Sok tau, dasar bocah. Sana pergi!"

" Ala...tidak usah pura pura kak, Faiz maklum, yang namanya pengantin baru, tidak bisa jauh jauhan, rindunya bertambah dua kali lipat." Goda Faiz.

" Kalau kau tidak pergi sekarang juga, aku akan membujuk ibu dan ayah memasukkan mu ke pesantren."

" Iya..iya..Begitu saja marah. Aku tadi melihatnya jalan ke arah taman, itu info akurat ya kak. Kalau ketemu, uang jajan Faiz di tambah. Ok.." Ujarnya langsung berlari takut kakaknya akan murka.

Ezar menggelengkan kepala, kemudian berjalan ke dapur dan mengambil beberapa macam buah lalu dia susun di atas piring. Seperti petunjuk Faiz tadi, Ezar mencari Zara di taman belakang.

Langkahnya terhenti ketika melihat Zara yang tengah duduk menatap lurus ke depan, entah dia menikmati indahnya bunga ataukah hanya sedang melamun tidak jelas.

" Apa yang kau lakukan di sini?"

Zara terperanjat, lamunannya usai kala Ezar berjalan ke arahnya.

" Tidak ada dok, hanya cari angin segar saja."

Ezar mengambil dua buah apel, yang satu dia sodorkan pada Zara." Kau mau?"

" Tidak dok terima kasih."

" Kau jangan ge'er, aku bukan berbaik hati padamu, tapi buahnya kasian kalau kau tidak makan."

Zara tersenyum manis, bahkan senyumannya itu membuat Ezar lupa bagaimana caranya menggigit apel yang ada di tangannya.

" Saya tidak Ge'er dok, hanya memang saya belum bisa makan sampai adzan maghrib berkumandang." Ujarnya tersipu.

Ezar lebih salah tingkah lagi, dia segera menyimpan apel itu kembali.

" Kamu puasa?"

...****************...

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Malu tu dr Ezar 🙈 siapa yang geer di sini

2024-11-02

2

Nurhayati Nia

Nurhayati Nia

kenapa sih dok kamu selalu berpikir dan buruk tentang zaraa

2024-11-18

1

Bunda Aish

Bunda Aish

hayoo lho malu gak tuh /Smug/ Ezar....

2025-01-06

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 : Nikah instan
2 Episode 2 : Syarat pernikahan
3 Episode 3 : Sah
4 Episode 4 : Interaksi pertama
5 Episode 5 : Zayn dan Zara
6 Episode 6 : Tugas pertama
7 Episode 7 : Pernikahan Azura
8 Episode 8 : Pernikahan yang tidak sama
9 Episode 9 : Ciuman pertama
10 Episode 10 : Godaan iman
11 Episode 11 : Mulai protektif
12 Episode 12 : Kakak yang rindu
13 Episode 13 : Jatuh cinta?
14 Episode 14 : Tidur bersama
15 Episode 15 : Zara terluka
16 Episode 16 : Cemburu
17 Episode 17 : Marah
18 Episode 18 : Acara di luar kota
19 Episode 19 : Pengakuan pertama kali
20 Episode 20 : Boleh aku mengenalmu lebih dekat?
21 Episode 21 : Panggilan baru
22 Episode 22 : Praduga tak bersalah
23 Episode 23 : Tatapan kemarahan
24 Episode 24 : Kemarahan dan kecemburuan
25 Episode 25 : Kecelakaan
26 Episode 26 : Kesabaran setipis tisu
27 Episode 27 : Cukup tiga saja
28 Episode 28 : Perang hati di mulai
29 Episode 29 : Mati kita putus
30 Episode 30 : Kita mulai dari awal
31 Episode 31 : Tamu tak di undang
32 Episode 32 : Biar aku yang urus
33 Episode 33 : Pembalasan kecil
34 Episode 34 : Terkuaknya identitas
35 Episode 35 : Pencarian bukti
36 Episode 36 : Semut pun melawan jika terinjak
37 Episode 37 : Malam pertama
38 Episode 38 : Jahil satu sama lain
39 Episode 39: Umi Aza yang kesepian
40 Episode 40 : Kepribadian Zayn yang koleris
41 Episode 41 : Ezar dan Zayn
42 Episode 42 : Iblis wanita
43 Episode 43 : Zara hamil
44 Episode 44 : Ghina pun tau
45 Episode 45 : Menyala pembantuku
46 Episode 46 : Mari berpacaran
47 Episode 47 : Jurus yang sama
48 Episode 48 : Sepak terjang Ghina
49 Episode 49 : Trauma psikologis
50 Episode 50 : Wanita menjijikkan
51 Episode 51 : Zayn menggila
52 Episode 52 : Giliran Ezar
53 Episode 53 : Nasehat umi
54 Episode 54 : Kuncinya adalah ikhlas
55 Episode 55 : Umi yang paling pengertian
56 Episode 56 : Aku mencintaimu
57 Episode 57 : Pertemuan Zara dan Ghina
58 Episode 58 : Pamit
59 Episode 59 : Masalah baru
60 Episode 60 : Waktunya bercocok tanam
61 Episode 61 : Bubur langganan
62 Episode 62 : Zayn menginap
63 Episode 63 : Sikap paling utama adalah, menghormati siapapun
64 Episode 64 : Siapa wanita itu?
65 Episode 65 : Lebih agresif
66 Episode 66 : Allah Maha Baik
67 Episode 67 : Zayn yang terbully
68 Episode 68 : Kecewa karena cinta
69 Episode 69 : Safa dan Marwah
70 Episode 70 : Jalan jalan bersama si kembar
71 Episode 71 : Kembali dalam keadaan tak berdaya
72 Episode 72 : Karma atau bukan?
73 Episode 73 : Rasa bersalah itu ada
74 Episode 74 : Ingin bertemu lagi
75 Episode 75 : Hasrat yang tertunda
76 Episode 76 : Rasa sakit itu sudah hilang
77 Episode 77 : Mengajak si kembar
78 Episode 78 : Titipan Ghina
79 Episode 79 : Ingin bertemu Ezar
80 Episode 80 : Kesedihan tuan Sony
81 episode 81 : Mencoba menerima
82 Episode 82 : Tuan Sony dan Zara
83 Episode 83 : Tingkah Zayn
84 Episode 84 : Surprise termanis
85 Episode 85 : Pamer kemesraan
86 Episode 86 : Teman baru
87 Episode 87 : Resepsi yang terlambat
88 Episode 88 : Rencana liburan
89 Episode 89 : Kehangatan keluarga Brawijaya
90 Episode 90 : Zayn kena marah
91 Episode 91 : Zayn dan si kembar
92 Episode 92 : Aretha dan si kembar
93 Episode 93 : Cinta Zara ( End )
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Episode 1 : Nikah instan
2
Episode 2 : Syarat pernikahan
3
Episode 3 : Sah
4
Episode 4 : Interaksi pertama
5
Episode 5 : Zayn dan Zara
6
Episode 6 : Tugas pertama
7
Episode 7 : Pernikahan Azura
8
Episode 8 : Pernikahan yang tidak sama
9
Episode 9 : Ciuman pertama
10
Episode 10 : Godaan iman
11
Episode 11 : Mulai protektif
12
Episode 12 : Kakak yang rindu
13
Episode 13 : Jatuh cinta?
14
Episode 14 : Tidur bersama
15
Episode 15 : Zara terluka
16
Episode 16 : Cemburu
17
Episode 17 : Marah
18
Episode 18 : Acara di luar kota
19
Episode 19 : Pengakuan pertama kali
20
Episode 20 : Boleh aku mengenalmu lebih dekat?
21
Episode 21 : Panggilan baru
22
Episode 22 : Praduga tak bersalah
23
Episode 23 : Tatapan kemarahan
24
Episode 24 : Kemarahan dan kecemburuan
25
Episode 25 : Kecelakaan
26
Episode 26 : Kesabaran setipis tisu
27
Episode 27 : Cukup tiga saja
28
Episode 28 : Perang hati di mulai
29
Episode 29 : Mati kita putus
30
Episode 30 : Kita mulai dari awal
31
Episode 31 : Tamu tak di undang
32
Episode 32 : Biar aku yang urus
33
Episode 33 : Pembalasan kecil
34
Episode 34 : Terkuaknya identitas
35
Episode 35 : Pencarian bukti
36
Episode 36 : Semut pun melawan jika terinjak
37
Episode 37 : Malam pertama
38
Episode 38 : Jahil satu sama lain
39
Episode 39: Umi Aza yang kesepian
40
Episode 40 : Kepribadian Zayn yang koleris
41
Episode 41 : Ezar dan Zayn
42
Episode 42 : Iblis wanita
43
Episode 43 : Zara hamil
44
Episode 44 : Ghina pun tau
45
Episode 45 : Menyala pembantuku
46
Episode 46 : Mari berpacaran
47
Episode 47 : Jurus yang sama
48
Episode 48 : Sepak terjang Ghina
49
Episode 49 : Trauma psikologis
50
Episode 50 : Wanita menjijikkan
51
Episode 51 : Zayn menggila
52
Episode 52 : Giliran Ezar
53
Episode 53 : Nasehat umi
54
Episode 54 : Kuncinya adalah ikhlas
55
Episode 55 : Umi yang paling pengertian
56
Episode 56 : Aku mencintaimu
57
Episode 57 : Pertemuan Zara dan Ghina
58
Episode 58 : Pamit
59
Episode 59 : Masalah baru
60
Episode 60 : Waktunya bercocok tanam
61
Episode 61 : Bubur langganan
62
Episode 62 : Zayn menginap
63
Episode 63 : Sikap paling utama adalah, menghormati siapapun
64
Episode 64 : Siapa wanita itu?
65
Episode 65 : Lebih agresif
66
Episode 66 : Allah Maha Baik
67
Episode 67 : Zayn yang terbully
68
Episode 68 : Kecewa karena cinta
69
Episode 69 : Safa dan Marwah
70
Episode 70 : Jalan jalan bersama si kembar
71
Episode 71 : Kembali dalam keadaan tak berdaya
72
Episode 72 : Karma atau bukan?
73
Episode 73 : Rasa bersalah itu ada
74
Episode 74 : Ingin bertemu lagi
75
Episode 75 : Hasrat yang tertunda
76
Episode 76 : Rasa sakit itu sudah hilang
77
Episode 77 : Mengajak si kembar
78
Episode 78 : Titipan Ghina
79
Episode 79 : Ingin bertemu Ezar
80
Episode 80 : Kesedihan tuan Sony
81
episode 81 : Mencoba menerima
82
Episode 82 : Tuan Sony dan Zara
83
Episode 83 : Tingkah Zayn
84
Episode 84 : Surprise termanis
85
Episode 85 : Pamer kemesraan
86
Episode 86 : Teman baru
87
Episode 87 : Resepsi yang terlambat
88
Episode 88 : Rencana liburan
89
Episode 89 : Kehangatan keluarga Brawijaya
90
Episode 90 : Zayn kena marah
91
Episode 91 : Zayn dan si kembar
92
Episode 92 : Aretha dan si kembar
93
Episode 93 : Cinta Zara ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!