SAHABAT 19

Zea. Lo kok disini?” tanya Fero dengan napas yang masih terengah-engah

“Itu tadi gue diajak om Reyhan kesini. Sorry ya gue ninggalin lo. Tapi, gue tadi sudah kirim chat ke elo kok.”

Fero menghela napas lega, ia menoleh pada Andi, dan pria itu mengangguk.

“Lo tahu gak gue sudah kayak orang kesurupan nyariin lo, untung saja gue gak kecelakaan dijalan,” cecar Fero sedikit kesal, pemuda itu duduk di sebelah Andi.

“Sorry Fer.” Kata Zea

“Lagian kenapa harus pulang sama orang lain sih? Kan gue sudah bilang gue yang akan nganterin lo pulang.” Fero melirik kepada Reyhan yang kini hanya menunduk. Reyhan tahu siapa Fero. Mana berani dia bersitegang dengan anak konglomerat itu.

“Om Reyhan tadi mau ngomong sama gue, makanya dia ngajak gue pulang”

Helaan napas Fero kembali terdengar, sepertinya pemuda itu kesal sekali.

“Khawatir banget kayaknya. Kenapa gak di pacarin saja sih?” bisik Andi sambil menahan tawa. Wajah tegang Fero membuat Andi ingin tertawa.

Fero melirik sinis kepada Andi. “Bacot lo bang. Lagi emosi ini.”

“Ceileh emosi, pegangan tanga dulu biar gak emosi,” ejek Andi lagi.

Fero langsung mengambil tangan Andi dan menggenggam tangan pria itu.

“Sialan! Bukan tangan abang, noh tangan Zea”

Zea yang mendengar ucapan Andi pun mendelik, kenapa jadi bawa-bawa tangan dia.

“Dasar nggak jelas!” gumam Zea

Tiba-tiba Reyhan berdiri dan mohon undur diri. Tidak enak juga dia berlama-lama disini, sementara urusannya telah selesai dari tadi.

“Makasih ya Om. Maaf karena tadi sempat curiga sama Om.” Kata Zea tak enak hati.

Reyhan tersenyum mengangguk. Pria itupun keluar dari ruangan Andi.

Setelah kepergian Reyham, Fero segera menodong Zea dan Andi dengan banyak pertanyaan. Salah satunya kenapa Zea bisa ikut dengan Reyhan, dan banyak pertanyaan lainnya.

“Satu-satu kalau tanya itu, Fer. Tarik napas dulu” kata Andi mengajarkan Fero.

“Nggak bisa, aku sudah gak sabar dengar jawaban kalian! Ayo jawab.”

Zea memutar matanya malas, gadi itu mendorong wajah Fero dengan telapak tangannya. “Dasar lo gak sabaran”

“Gue memang gak sabaran orangnya. Lo tahu sendiri gue itu orangnya kayak mana kan? Masih gak mau jawab perntanyaan gue? Mau gue kasih pertanyaan seratus lagi?”

“Ish!” kata Zea lalu pergi ke kamar yang ada di ruangan Andi, lebih baik dia tidur dan menyerahkan Fero kepada Andi. “Jawab itu kak pertanyaan Fero”

Sementara Fero kini sedang duduk menghadap Andi, dia penasaran sekali tentang Reyhan, lebih tepatnya penasaran apakah Reyhan itu orang baik atau bukan.

“Oke, abang jawab semua pertanyaan kamu, tapi dengan satu syarat”

Fero mendelik, kenapa harus pakai syarat segala. “Paan sih bang. Sudah kayak mau ngelamar kerja saja pakai syarat-syarat segala”

“Lah, memang kamu mau ngelamar kok. Kan ngelamar adiknya Abang” bisik Andi terkikik sendirian.

“Ih, apaan sih Bang Andi, nggak lucu tahu nggak. Buruan deh jawab pertanyaan aku tadi”

Andi langsung tertawa melihat wajah Fero yang berubah masam, suatu kesenangan untuknya membuat Fero salah tingkah seperti itu. Andi yakin sekali Fero suka pada Zea, hanya saja Fero terlalu gengsi untuk mengakui perasaannya.

“Om Reyhan nggak terlibat dalam kecelakaan papi. Justru dia pulang sebelum waktunya ke Jakarta untuk ngelindungi Zea. Satu hal yang baru Abang tahu, ternyata istrinya om Reyhan itu saudara jauh dari tante Rani dan istrinya nggak sengaja dengar tante Rani ngomong sama orang suruhannya pas acara keluarga”

“Om Reyhan juga sudah tahu kalau target utama adalah Zea, bukan papi. Dia menyesal karena nggak berhasil mencegah kecelakaan itu. Dan tadi kenapa Om Reyhan ke sekolah kalian, orang suruhan tante Rani ada di depan sekolah kalian dia mantau pergerakan Zea. Tadi Om Reyhan sudah cerita ke Zea semuanya. Jadi, Om Reyhan itu baik, Abang salah karena sudah curiga sama dia.”

Fero mengusap wajahnya. Dia mulai gelisah. Kenapa Tante rani masih bisa meminta orang suruhannya untuk mengincar Zea, padahal kan dia sudah di tetapkan sebagai tersangka.

Ya, dua hari yang lalu istri Om Doni di tetapkan sebagai tersangka kecelakaan ayah Zea dan Andi. Suaminya sendiri yang melaporkan tante Rani.

“Bukannya tente Rani sudah tersangka ya? Kok masih bia bayar orang untuk mantau zea?” tanya Fero penasaran.

Andi mengedikkan bahu, awalnya dia tidak percaya, tapi setelah mendapat laporan dari orang suruhannya, Andi pun percaya jika ada yang memata-matai adik kesayangannya itu.

“Kayaknya sih dalang sebenarnya bukan tante Rani, Abang lagi usaha cari semuanya. Saat ini nggak ada yang bisa Abang percaya”

“Om Reyhan?”

Pria itu menggeleng. “Abang percaya kalau Om Reyhan itu orang baik, tapi Abang nggak bisa percaya dia sepenuhnya untuk masalah ini. Cuma kamu harapan Abang, Fer. Tolong jaga Zea baik-baik ya.”

“Pasti Bang, Zea itu sahabat aku, aku nggak mau kalau Zea sampai kenapa-napa”

“Ah, yakin Cuma dianggap sahabat?” Andi mulai lagi.

“Yakin lah. Bang Andi ini lucu, kayaknya ingin banget aku macarin Zea.

“Ya sudah sih kalau kamu memang nggak mau sama Zea, Abang nggak maksa. Lagian Abang mau ngenalin Zea sama teman Abang. Walaupun Abang sama dia hampir seumuran, tapi kayaknya cocok sama Zea. Abang yakin kalau dia lihat Zea pasti langsung suka”

Raut wajah Fero berubah dan itu yang membuat Andi diam-diam tersenyum miring.

“Abang juga yakin Zea langsung suka pas pertemuan pertama. Mukanya itu....aduh, bagaimana ya Abang bilangnya. Pokoknya cocok sama Zea. Maulihat nggak orangnya?” tanya Andi seraya mengambil ponselnya yang sejak tadi dia biarkan tergeletak di atas meja.

Fero mengangguk cepat. “Aku Cuma penasaran saja ya, bukan cemburu”

“Dih, yang bilang kamu cemburu siapa? Pede banget kamu Fer.” Andi terkekeh-kekeh sedangkan Fero menelan ludahnya dan salah tingkah.

“Mana fotonya” Fero menadah tangan di depan wajah Andi.

“Sebentar Fer, Abang tanya teman Abang dulu, takutnya dia nggak kasih ijin”

Fero berdecak kesal. “Katanya tadi mau lihatin, sekarang malah minta ijin dulu. Nggak jelas banget sih Bang Andi ini.” Omel Fero.

Andi mengetik sesuatu pada ponselnya lalu menoleh pada Fero. “Ya katanya nggak boleh Fer. Bagaimana dong? Gagal deh kamu lihat calon pacarnya Zea.”

Zea yang menjadi bahan pembicaraan kedua pria itu pura-pura batuk dan menghampiri keduanya. ‘’Kak, aku pulang ya. Nggak enak badan, ingin tiduran di rumah saja” dusta Zea.

Andi mengangguk. “Ya sudah pulang saja, jangan lupa minum obat, minta sama Mami. Pulangnya sama Fero ya.”

“Iya, ayo Fer”

Fero mau tidak mau mengangguk, padahal dia penasaran sekali dengan wajah teman Andi yang katanya akan menjadi calon pacar Zea.

Terpopuler

Comments

Uswatun Arifah

Uswatun Arifah

terlalu lama mengungkapkan.. yaa.. siap siap mengikhlaskan.

2024-09-25

2

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

😂🤣

2024-09-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!