Pagi ini, cuaca sangat sejuk. Seperti biasa setelah sholat, Ajeng pergi ke dapur. Membantu Arum dan ibunya menyiapkan sarapan. ibu Mutia, ibu dari Arum sebenarnya sudah melarang Ajeng membantu. Tapi Ajeng sendiri yang sudah terbiasa. Sepama eyang tidak melarang Ajeng akan terus melakukan kegiatan yang ia suka.
"Bibi, Ajeng mandi dulu ya... Siap-siap berangkat kuliah. Ayo Arum..." pamit dan ajak Ajeng.
"Iya nona kecil, Arum buru mandi nak. Tidak enak kalau nanti nona menunggu mu." nasehat ibu Mutia.
"Baik buk..."
Arum dan Ajeng pun pergi meninggalkan dapur. Mereka telah siap, mobil antar jemput mereka pun telah disiapkan Guntur. Kaka dari Ajeng yang diberi tugas menjadi supir pribadi Ajeng. Sekalian bodyguard Ajeng.
"Nona kecil, nanti saya yang mengantar nona ke perusahaan tuan Nalendra. Arum, kamu pulang naik taxi ya dek." ucap Guntur.
"Siap bang." jawab Arum.
"Kenapa nggak pergi sendiri aja sih bang?" tanya Ajeng.
"Tuan besar sudah memerintahkan saya nona." jawab Guntur tegas.
"Baiklah, baiklah..."
Ajeng pun mengalah. Sampai dikampus, Guntur menghentikan mobilnya di lobby kampus. Disana ada sebuah mobil hitam. Yang tak asing lagi bagi Guntur. Ya, itu adalah mobil tuan muda Nalendra. Dia sengaja datang ke kampus untuk bertemu dengan Ajeng. Dua bodyguard mengarah ke mobil Ajeng dan membukakan pintu untuk Ajeng.
"Mereka siapa bang?" tanya Ajeng.
"Nona tenang saja, mereka orang-orang tuan muda nona." jelas Guntur.
"Silahkan turun nona, dan ikut kami masuk ke mobil tuan muda." ucap salah satu pengawal.
Ajeng hanya mengangguk, sedang Arum pergi masuk ke dalam kampus. Guntur pun keluar dan mengikuti Ajeng. Semua pasang mata menatap sinis kearah Ajeng. Karena mereka semua tidak pernah tahu Ajeng itu siapa.
"Kamu kembali ke kantor saja, biar nanti nona mu ini aku yang antar." ucap orang asing itu.
Dan ketika Ajeng masuk ternyata Raden Mas Nalendra sudah ada didalam mobil. Ajeng pun terlihat gugup dan merasa tak nyaman. Pertama kali bertemu orang asing secara privat. Mobil itu pun berjalan menjauh dari area kampus.
"Loh, kenapa pergi? Aku kan ada kelas pagi." ucap Ajeng.
Tanpa ada jawaban, mereka semua diam. Ajeng pun semakin merasa takut. Ajeng mencoba menelepon Guntur. Tapi tidak diangkat, dia mencoba menelepon kakeknya. Dan menelepon paman Yudi. Mereka semua tidak mengangkatnya. Nalendra, yang duduk disamping Ajeng. Langsung mengambil ponsel Ajeng dan memasukkannya ke dalam saku celananya.
"Eh.... Sinikan ponsel saya." pinta Ajeng.
"Duduk dan diam." suara dingin keluar dari mulut Nalendra.
Eyang yakin, mau menjodohkan cucu semata wayangnya ini. Sama laki-laki yang modelannya seperti ini. Pertanyaan Ajeng dalam hati. Sampailah mereka di sebuah rumah besar. Yang tak kalah mewah dari rumah Ajeng. Bahkan lebih mewah dari rumah Ajeng. Ajeng pun turun, ketika seorang pengawal membukakan pintu.
Nalendra masuk dengan menggandeng tangan Ajeng. Ajeng melotot dan ingin menarik tangannya. Kembali Nalendra menggenggam tangan Diajeng Danisa Kusuma Putri. Ajeng pun menurut saja setelah mata Nalendra ingin keluar dari tempatnya😁. Masuk kedalam rumah ternyata disana sudah ada sang kakek dan paman Yudi.
Perlakuan Nalendra sangat berbanding terbalik. Ketika berada didepan para orang tua. Sangat manis dan lembut kepada Ajeng.
"Duduk sini Nis, kenapa bengong disitu?" ucap Nalendra.
"Oh iya... Terima kasih."
Tapi sebelum duduk, Ajeng menyalami om Surya dan tante Ayu. Kedua orang tua Nalendra. Dan juga Eyang dan paman Yudi. Setelah itu, Ajeng baru duduk.
"Kenapa panggilanmu beda Ndra?" tanya pak Surya.
"Lebih seneng panggil Danisa pa. Beda dari yang lain." ucapnya dengan seulas senyum.
Senyum yang begitu jarang terlihat dari bibir Nalendra. Ajeng hanya menunduk tak tahu haus berbuat apa.
"Duh, nak Ajeng bisa buat tuan muda Nalendra ini tersenyum lo eyang. Biasanya selalu berwajah dingin dan menyeramkan." ucap bu Ayu.
"Mama..." sadar Nalendra.
Mereka pun tertawa bersama kecuali Ajeng. Dia hanya menundukkan kepalanya. Tanpa tahu, apa maksud dari pertemuan ini dilangsungkan. Sebenarnya mereka ingin membahas sebuah pernikahan. Yang seminggu lagi akan diadakan secara tertutup.
"Nduk cah ayu, cucu semata wayang eyang. Kita berkumpul hari ini, untuk membahas pesta pernikahan kalian. Yang akan diadakan seminggu lagi." jelas Eyang Budiono.
"Eyang, apa ini tidak terlalu cepat? Ajeng dan om eh mas Nalendra belum saling mengenal." bantah Ajeng secara halus.
"Semakin cepat semakin baik nduk Nisa. Nggak papa kan mama panggil nduk Nisa. Ikut calon suami kamu nduk." tanya mama Ayu.
"Tidak tante, senyamannya tante saja." jawab Ajeng.
"Jangan ma, hanya aku calon suaminya. Yang boleh memanggil Danisa." tegas Nalendra.
"Sudahlah, kok kalian malah memperdebatkan panggilan untuk Ajeng. Kita bahas pernikahannya kapan?" relai pak Surya.
Hari ini ternyata pertama kali Ajeng bertemu calon suaminya sekaligus menetapkan tanggal pernikahannya. Yang akan diadakan seminggu lagi.
"Bagaimana nduk cah ayu? Kamu setuju dengan syarat yang diberikan Nak Nalendra. Dengan pernikahan privat hanya keluaga saja yang tahu." tanya eyang.
"Ajeng ikut bagaimana baiknya Eyang. Pernikahan kan memang harus sakral dan kondusif. Jadi bagaimana baiknya saja. Ajeng akan setuju." jawab Ajeng tanpa ragu.
Sedang sikap yang ditunjukkan oleh Ajeng. Disalah artikan oleh Nalendra. Pasti dia suka dengan ku, makanya dia langsung setuju. Ucap Nalendra dalam hatinya. Sedangkan Ajeng hanya ingin membuat sang kakek bahagia. Dengan apa yang ia inginkan terlaksana dengan baik.
Persiapan pun sudah mulai disiapkan mulai dari sekarang dikediaman Ajeng. Sudah banyak yang lalu lalang sibuk mendekor. Ajeng sendiri sedang memantapkan hati dalam kamarnya. Tiba-tiba ada yang masuk tanpa permisi.
"Danisa..." panggil seseorang.
Yang Ajeng pun sedikit banyak sudah hafal dengan suara tegas itu. Panggilan yang beda dari yang lain siapa lagi kalau bukan Nalendra. Danisa pun mulai menoleh.
"Dalem mas." jawab Danisa (dalem artinya iya)
"Kenapa kamu malah termenung disini?" tanya Nalendra.
"Tidak apa-apa. Apa ada yang dibutuhkan mas Nalen?" tanya Danisa.
"Tidak, aku hanya mau ngobrol sesuatu."
"Apa ini mas?" tanya Danisa.
Nalendra memberikan berkas untuk dibaca oleh Danisa. Danisa sangat terkejut dengan isi berkas tersebut. Isinya tentang beberapa syarat setelah menjadi istri Nalendra. Dan Danisa harus menaati semua isi dalam berkas tersebut. Yang isinya..
Hubungan mereka tidak boleh di publikasikan.
Mereka akan tinggal satu atap tapi beda kamar tidur.
Setelah menikah mereka akan tinggal berdua dirumah Nalendra.
Tidak boleh ikut campur pribadi masing_masing.
Akan terlihat mesra dan baik-baik saja didepan keluarga mereka masing-masing.
"Paham kan isinya?" ucap Nalendra.
Danisa hanya mengangguk menyetujui berkas yang diberikan Nalendra. Jika memang kita tidak saling suka. Tidak saling mencintai dan menyayangi. Maka aku akan mengikis jarak antara kita. Aku janji akan menumbuhkan rasa itu didiri kita masing-masing mas Nalen. Ucap Ajeng dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
teteup yah ada semacam kontrak pernikahan😆😆😆
2024-12-08
0
Dnur
kakak dari Arum
2025-01-02
0
Titin Taslim
🥰
2024-11-19
0