Hujan yang turun di malam hari menciptakan suasana yang menakutkan dan suram. Jalan-jalan yang sepi kini terendam oleh air hujan, sinar rembulan sudah tak terlihat karena di tutupi awan membuat kota ini diselimuti oleh gelapnya malam. Bunyi gemuruh petir kadang-kadang memecah kesunyian, menciptakan suasana yang menyeramkan.
Dalam gelap malam yang pekat, seekor monster yang mirip dengan buaya merangkak di depan sebuah pabrik lama yang telah ditinggalkan. Matanya memancarkan cahaya kuning yang samar-samar, menciptakan aura yang menyeramkan. Tubuhnya dipenuhi dengan sisik gelap yang keras dengan garis-garis kuning yang terlihat bersinar. Mulutnya yang menganga lebar dipenuhi dengan taring-taring besar yang tajam, perutnya merasa puas setelah memakan mangsa yang telah ia dapatkan. Tubuhnya yang besar dan basah karena hujan menggeliat di atas tanah basah, menyisakan jejak lumpur yang dalam. Sekarang waktunya untuk meninggalkan tempat ini dan mencari mangsa lainnya.
“Ctreet”
Monster buaya yang berjalan seketika berhenti, ada rasa sakit yang mendalam di dalam tubuhnya dan sedetik kemudian, perutnya sudah terbelah menjadi dua. Tangan menyeramkan mencoba keluar dari balik monster buaya yang sudah tak bernyawa, dan ‘swosh’ monster itu melompat kemudian mendarat di tanah yang basah dan menunjukkan wujudnya.
Sosok itu berbentuk humanoid dengan kulit hitam dan beberapa warna biru di bagian tubuhnya, tangan birunya mengeluarkan sedikit aura petir yang terlihat indah namun mengerikan. Ekor panjangnya menggeliat ke sana kemari dengan petir biru di ujungnya. Matanya menatap tajam ke segala arah, monster itu berteriak kencang dan berlari meninggalkan area itu. Di setiap langkah yang ia lewati, kilat menyambar dan cahaya biru terang menghiasi tanah yang gelap.
...-------------...
Tidak jauh dari pabrik yang Araka tinggali. Saat langit masih gelap, ada beberapa orang yang berkumpul di luar.
“Aww”
Seorang gadis mengaduh kesakitan akibat di dorong oleh seorang pria yang lebih tua dari dirinya. Ada empat orang di tempat itu, mereka melihat si gadis dengan berbagai tatapan, seorang pria yang mendorong gadis itu melihatnya dengan tatapan benci.
“Pergilah dari sini!” Teriak pria itu dengan wajah yang marah.
“Hey, sudah kasihan dia,” salah satu pria dengan badan yang sedikit gemuk mencoba menahan temannya agar tidak berlebihan, pria itu merasa sedikit kasihan kepada gadis di depannya, tapi dia tidak bisa membantu.
“Apa yang kamu pikirkan? Apa kau ingin dia berubah menjadi monster dan memakan kita? Hah?” teriak seorang ibu dari belakang, dia memegangi anaknya agar tidak dekat-dekat dengan gadis itu.
“Ibu,” ucap si anak dengan nada melas dan wajah yang bingung.
Sementara gadis itu bingung, kenapa semuanya harus menjadi seperti ini. Tapi gadis itu senang karena anak kecil yang dia selamatkan tidak terluka akibat cairan hitam yang sekarang melekat di kakinya.
“Ayo semuanya, kita pergi, jangan sampai Liana berubah menjadi monster dan kita masih tetap di sini.” Teriak pria yang tadinya mendorong gadis bernama Liana itu, memberi perintah kepada yang lainnya.
Baju Liana basah akibat air hujan yang tergenang di tanah. Dia menunduk memikirkan nasibnya setelah ini.
“Rail” Liana mencoba memanggil pria bernama Rail itu, “Tolong jaga mereka.”
Pria itu berhenti saat namanya dipanggil tapi tidak menolehkan kepalanya, dia sudah tidak peduli lagi terhadap gadis di belakangnya, pria bernama Rail itu tidak akan membiarkan perasaannya menyebabkan dia atau orang yang selamat di sini harus mati karena membawa seseorang yang akan berubah menjadi monster.
“krek Ctar”
“krek Ctar”
“Ayo semuanya, cepat!!”
Rail dan yang lainnya langsung panik, si ibu langsung menggendong anaknya supaya lebih cepat melarikan diri. Suara itu terdengar seperti guntur yang memecah langit tapi bedanya suara itu terdengar sedang berada di atas tanah. Dari arah timur mereka bisa melihatnya, cahaya biru yang terus bersinar seperti petir mendekat ke tempat mereka berada sebelumnya.
Liana tidak bisa bergerak. Kakinya mati rasa akibat cairan hitam yang ada di kakinya. Sementara orang-orang tadi sudah melarikan diri, petir biru itu semakin mendekat ke arahnya.
Dari balik kegelapan, sosoknya terlihat. Sosok itu berbentuk humanoid dengan kulit hitam dan beberapa warna biru di bagian tubuhnya, tangan birunya mengeluarkan sedikit aura petir yang terlihat indah namun mengerikan. Ekor panjangnya menggeliat ke sana kemari dengan petir biru di ujungnya. Matanya menatap tajam ke segala arah, dan berhenti ketika melihat seorang gadis di depannya. Wajah Liana terlihat pucat. Monster di depannya benar-benar mengerikan.
Gadis itu tidak menyadari, bukan hanya monster di depannya yang mengincar dirinya. Di balik puing-puing bangunan yang tergeletak, siluet bayang-bayang bergerak secara perlahan. Ada 5 monster yang bergerak untuk mengincar gadis itu dari balik bayangan.
Monster biru itu berada di sebuah bangunan yang sudah hancur dan menatap ke arah gadis di depannya sekilas, kemudian berganti ke arah para predator yang siap menerkam mangsanya. Ekor petirnya bergerak ke sana kemari seolah memiliki nyawa, petir di ekornya terlihat semakin bersinar dan “Sreet” saat ekor monster itu lurus ke arah atas, bersamaan dengan itu “Ctar” 5 pilar petir tercipta dan menyambar 5 monster itu dari langit secara bersamaan. Liana kaget dan semakin takut dengan apa yang dilakukan oleh monster di depannya, dia ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini tapi kakinya terasa mati, Liana menutup matanya dan berharap ini adalah mimpi.
“Tidak apa-apa, ini hanya mimpi dan saat aku bangun, aku akan makan banyak makanan di tempat perlindungan.” Gadis itu berusaha meyakinkan dirinya.
Monster petir berjalan dengan perlahan. Meskipun menutup mata, tapi suara langkahnya bisa terdengar di telinga Liana. Badan gadis itu semakin gemetar karena ketakutan, matanya tetap terpejam, dia tidak ingin melihat rupa monster mengerikan itu. Saat suasana menjadi sepi, dan Liana merasa monster itu sudah pergi, tiba-tiba “Bugh” suara benda jatuh terdengar, membuat Liana dengan spontan membuka mata. Gadis itu sangat terkejut karena yang dia lihat bukanlah monster dengan mata biru yang mengerikan, melainkan seorang pemuda berambut hitam yang terkapar di depannya. Hal itu membuat banyak pertanyaan di dalam kepala Liana, apakah sekarang dia harus bersyukur atau tetap takut kepada pemuda di depannya?
Hujan sudah berhenti dari tadi tapi tanah masih basah. Gelapnya malam akan segera berakhir dan digantikan oleh cahaya matahari. Pada waktu itu, ada sebuah pertemuan antara dua orang manusia yang berbeda, yang memiliki takdir yang berbeda tapi harus berjuang bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments