"Sebaiknya aku segera ke rumah kepala desa! Jika informasi di forum benar, aku bisa mendapat senjata, uang, serta beberapa ramuan kesehatan dan ramuan energi di sana."
Alex memutuskan untuk mengikuti petunjuk yang pernah dia baca di forum resmi Another Life. Setelah meninggalkan Pohon Ibu, Alex bergegas menyusuri jalan utama desa. Langkahnya cepat. Tubuhnya meliuk-liuk di antara para pengguna jalan. Gerakannya sempurna, tidak pernah sekalipun menyenggol atau mengganggu perjalanan orang lain. Alex juga tidak sungkan untuk mengacuhkan barisan lapak pedagang di kanan kiri jalan.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Alex untuk mencapai tempat tujuan. Selain petunjuk yang disebar luaskan di forum sangat mendetail dan mudah diingat, ada banyak pemain baru yang juga menuju ke tempat tersebut.
Langkah Alex melambat. Pandangannya tertuju pada beberapa kelompok pemain di kedua sisi jalan. Pemain-pemain tersebut mengenakan perlengkapan sama persis. Berwarna biru. Di dada mereka terukir globe. Sebuah simbol yang sangat familiar bagi semua orang, terutama bagi Alex.
"Belum apa-apa sudah bertemu mereka." Alex mendengus, pandangannya mengudara ke setiap sosok berpenampilan sangat mencolok itu. "Mau bagaimana lagi? Mereka memang seharusnya ada dimana-mana. Mereka ada memang hanya untuk melindungi. Itulah tugas utama pihak militer. Menjadi perisai bagi semua orang."
Alex melanjutkan perjalanan. Kali ini dia berjalan santai seperti pemain baru lainnya. Alex sadar jika bergerak seperti sebelumnya pasti akan menarik perhatian para anggota militer. Tentu saja hal tersebut akan membuat masalah mendatanginya, atau hal terburuk dari semua itu akan membuatnya berurusan dengan para petinggi militer.
Seiring langkah terayun, di kejauhan terlihat penumpukan pemain baru di satu area. Mereka membentuk empat barisan dan barisan tersebut cukup panjang dan dijaga ketat oleh pihak militer. Lebih dari seratus anggota militer ada di sana. Sosok-sosok berbaju zirah biru itu mengatur dan mengarahkan setiap pemain baru yang baru datang untuk mengambil posisi di barisan paling belakang.
Layaknya anak bebek, Alex mematuhi instruksi yang ada. Ikut berbaris dengan tenang, diam dan tidak bertindak mencolok.
"Hai! Bagaimana menurutmu?" Pemain di depan Alex tiba-tiba menoleh ke belakang.
"Eh--kau bicara denganku?" Alex cukup terkejut karena tidak menyangka ada yang mengajaknya bicara di tengah situasi yang sesungguhnya cukup canggung. Apalagi sejak memasuki barisan, Alex selalu menunduk dan menghindari interaksi dengan pemain lain.
Pemain laki-laki berambut putih itu berbalik. Dia menatap Alex dengan penuh senyuman. Sorot matanya dipenuhi antusias. "Jadi apa pendapatmu tentang militer?"
"Pendapatku?"
"Ya."
Alex melempar pandangan ke langit. Dahinya mengernyit, sedangkan jemari mengusap dagu. "Entahlah! Sepertinya tidak ada yang salah dengan mereka. Aku rasa mereka bisa diandalkan." Alex mengakhiri ucapannya dengan melempar pandangan ke sosok di depannya. Senyum tipis tersungging di bibir remaja itu.
"Menarik! Pemikiran sederhana." sosok tersebut menanggapi. Kepalanya mengangguk-angguk. "Mereka memang sangat bisa diandalkan. Jika bergabung dengan mereka, maksudku pihak militer, seribu persen dapat dipastikan kehidupan kita di dunia ini terjamin. Selain seluruh kebutuhan terpenuhi, kita juga akan mendapat pelatihan khusus. Bisa dibilang hanya akan ada keuntungan jika bergabung dengan pasukan biru seperti mereka."
Kepala Alex menggeleng pelan. "Kau salah."
"Salah?"
"Ya."
"Apa maksudmu?"
"Timbal balik! Militer akan meminta timbal balik dari apa yang sudah mereka berikan. Asal kau tahu, mereka akan meminta sesuatu yang sangat penting bagi semua anggotanya."
Ekspresi remaja berambut putih berubah serius. Dia sedikit merapatkan tubuh ke Alex. Sekilas menoleh ke kiri dan kanan, mengamati situasi yang masih sama seperti beberapa saat sebelumnya.
"Hati-hati kalau bicara!" sosok berambut putih memperingatkan. Suaranya pelan dan dipenuhi tekanan di setiap katanya. "Kau akan mendapat masalah jika ada pihak militer mendengarmu. Kau benar-benar akan mendapat masalah besar."
Senyum Alex melebar. Tawa ringan meluncur dari mulutnya. Lalu menggeleng. "Kebebasan! Militer akan menjerat kebebasan semua anggotanya. Aku rasa semua orang tahu hal tersebut. Jadi walau aku meneriakan semua ucapanku tadi di depan wajah pimpinan mereka, aku tidak akan pernah mendapat masalah."
"Eh--itu--sepertinya memang tidak akan ada masalah." laki-laki berambut putih menanggapi. Senyum kecut melengkung di wajahnya. "Kebebasan! Mereka memang akan melakukan itu. Tapi bukankah kita memang wajib mengikuti semua aturan dimanapun kita bernaung. Entah itu kelompok kecil atau organisasi besar seperti militer?"
"Ya, kau benar. Tapi sayangnya mereka bukan kelompok baru. Mereka legenda. Mereka benar-benar memiliki pondasi kuat untuk mengatur seluruh anggotanya. Semuanya terstruktur dan diawasi dengan sangat ketat. Sehebat apapun menyembunyikan kesalahan, mereka akan dengan mudah menemukannya. Mata mereka ada dimana-mana. Tindakan apapun yang dilakukan setiap anggotanya akan diketahui. Bahkan pemikiran yang masih tersimpan rapat di otak akan dengan mudah di bongkar."
"Serius? Sampai segitunya?"
Alex mengangguk. "Seperti itulah militer. Memang tidak ada hal buruk di dalam diri mereka. Tapi jika memilih, aku tidak akan pernah bergabung dengan mereka. Kenapa? Karena bebas itu sangat menyenangkan."
"Kau benar. Aku juga menyukai kebebasan."
"Kalau begitu jangan pernah bergabung dengan militer!"
Laki-laki berambut putih mengangguk. Pandangannya sejenak melesat ke ketinggian langit. Lalu kembali menatap Alex dengan senyuman merekah lebar di bibir. Sedangkan antusias semakin berkilauan di kedua matanya.
"Aku punya ide! Bagaimana jika kita membuat guild?"
Dahi Alex mengernyit. Sepersekian detik nafasnya tercekat di tenggorokan. "Tunggu! Apa kau serius? Setelah pembicaraan panjang lebar yang baru saja kita lakukan, sekarang kau--apa kau gila?" Alex mengakhiri ucapannya dengan gelengan kepala. Terkejut sekaligus kecewa tergurat jelas di wajahnya.
"Jangan berlebihan! Ini hanya sebuah ajakan."
"Ajakan yang akan membatasi kebebasanku."
"Aku tidak pernah bilang seperti itu."
"Kau baru saja mengajakku mendirikan guild. Bukankah itu sama saja dengan berniat mengekang kebebasanku? Benar, kan? Lagipula kita tidak saling kenal. Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya dan kau tidak tahu siapa aku."
Tangan kanan laki-laki berambut putih terjulur ke Alex. Senyum penuh persahabatan tersungging di bibirnya. "Perkenalkan, Namaku Kerosima Whiterock."
"Whiterock?" Alex memasang ekspresi penuh pemikiran. "Sepertinya nama itu tidak asing. Mungkin aku pernah mendengarnya di suatu tempat. Atau mungkin juga aku mendengar nama lain yang mirip dengan namamu itu."
"Hei! Ayolah! Tidak mungkin kau tidak mengenal Whiterock. Seluruh dunia mengetahuinya."
"Maaf! Tidak tahu." Kepala Alex menggeleng.
"Whiterock! Keluarga tentara bayaran."
"Ah! Tentara bayaran? Jadi seperti itu keluargamu? Tapi tunggu! Boleh aku bertanya sesuatu?" Alex diam sejenak, menunggu konfirmasi sosok di hadapannya. Namun karena tidak segera mendapat tanggapan, Alex kembali bicara, "Apa siapa saja bisa menyewa tenaga kalian? Maksudku keluargamu? Apa biayanya murah? Jika murah aku ingin menyewa salah satu dari kalian untuk melindungiku di dunia ini."
Kerosima menghela nafas panjang. "Sudahlah! Tidak usah membahas keluargaku." antusiasnya pada rencananya mendirikan guild seketika menguap.
"Baiklah jika itu maumu." balas Alex santai.
Alex memasang senyum penuh penyesalan. Namun di sisi lain, Alex merasa lega karena tidak harus berpura-pura bodoh lebih lama lagi.
Sebenarnya Alex sangat mengetahui seperti apa keluarga Kerosima. Whiterock merupakan keluarga tentara bayaran yang paling disegani di seluruh dunia. Mereka merupakan pilihan pertama bagi siapa saja yang membutuhkan perlindungan. Dengan kata lain, Whiterock merupakan tentara bayaran yang berpihak pada kebaikan. Mereka dibayar hanya untuk melindungi.
Alex sengaja bersikap seperti orang bodoh demi menciptakan kesan biasa saja pada orang-orang disekitarnya, terutama pada Kerosima yang dengan beraninya tiba-tiba mengajak bicara dan mendirikan guild. Hanya dengan menilai hal tersebut, Alex yakin jika remaja seumuran dengannya itu pasti memiliki penilaian lebih terhadap dirinya. Alex menebak jika penilaiannya didasarkan pada postur tubuhnya.
Layaknya buah simalakama. Pengakuan Kerosima membuat Alex mengetahui siapa lawan bicaranya. Kerosima bukan anggota keluarga Whiterock biasa. Dia merupakan benang merah penerus kekuasaan keluarga Whiterock. Dengan kata lain sosok di hadapannya itu akan menggantikan pemimpin keluarga Whiterock yang sekarang diduduki oleh Ayahnya.
"Jadi siapa--"
"Alex. Namaku Alex. Kau bisa memanggilku Alex."
"Hanya Alex?"
"Ya. Hanya Alex."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Cici Fitri
lanjut!
2024-08-22
0
Alamsyah B. B.
Kerosima sang tentara beyaran!
2024-08-17
1