Setelah mendengar neneknya keluar dari kamarnya, Fabby pun membuka selimutnya. “Perasaan wajah pria itu tidak asing, aku pernah lihat wajah itu di mana, ya?” batin Fabby.
Sementara itu, Arga mampir ke warung kopi langganannya. “Bu Oneng pesan kopi hitam seperti biasa,” ucap Arga.
“Loh, Mas Arga ke mana saja? Sudah lama tidak mampir ke sini?” tanya Bu Oneng.
“Biasalah Bu, sedang sibuk mengumpulkan uang biar bisa jadi orang kaya,” sahut Arga santai.
“Jangan terlalu keras cari uangnya, harus jaga kesehatan juga.” Bu Oneng memberikan satu gelas kopi hitam beserta gorengan yang masih hangat itu.
“Tenang Bu, aku orang kuat dan tahan banting kok,” sahut Arga.
Oneng hanya tersenyum mendengar jawaban Arga. Arga mulai menyesap kopi hitam buatan Oneng sembari makan gorengan yang rasanya sangat enak menurut Arga. Tatapan Arga menerawang ke arah jalan raya yang saat ini masih padat dengan para pengendara karena memang belum terlalu malam.
“Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan kamu, Fabby. Lihat saja, aku akan bekerja keras supaya kamu mau menikah denganku,” batin Arga.
***
Flash back on...
20 tahun yang lalu....
Sejak kecil Arga memang sudah menyukai Fabby. Dulu, Arga adalah tetangga Andin dan semuanya berawal saat tiba-tiba Andin membawa seorang anak perempuan cantik yang berusia 5 tahun. Arga pada waktu itu sedang memulung botol bekas di depan rumah Andin.
“Cantik sekali, apa anak itu cucunya Nenek Andin?” gumam Arga.
Rumah Arga tidak jauh dari rumah Andin, semenjak dia tahu ada anak perempuan di rumah Andin, dia menjadi sering lewat di depan rumah Andin. Beberapa bulan tinggal di rumah Andin, Arga sering mendengar suara tangisan anak perempuan cantik itu. Hingga suatu saat, Arga lewat rumah Andin, dia dikagetkan dengan anak perempuan itu berlari.
“Fabby, tunggu!” teriak Nenek Andin.
Andin dan beberapa pekerja di rumahnya berlari mengejar anak perempuan itu. “Arga, tolong bantu kejar Fabby, nenek sudah sangat capek,” ucap Nenek Andin dengan napas ngos-ngosan.
“Ba-baik, Nek.” Arga menyimpan karung dan segera mengejar Fabby.
Pekerja di rumah Andin tidak bisa menemukan Fabby karena Fabby berlari sangat kencang. Hingga Arga yang celingukan, melihat sebuah sendal pink di balik semak-semak. Perlahan, Arga menghampirinya dan benar saja, Fabby sedang bersembunyi di sana.
“Pak, ini anak kecilnya ada di sini!” teriak Arga.
Fabby sangat terkejut dengan teriakan Arga, dia hendak kabur lagi namun pekerja Andin berhasil menangkapnya. Fabby menantap tajam ke arah Arga, dia sangat marah karena Arga sudah memberitahukan mengenai keberadaannya. Pekerja Andin, segera membujuk Fabby untuk kembali pulang.
“Dasar orang miskin tidak tahu diri, aku benci sama kamu!” bentak Fabby.
Kata-kata Fabby membuat Arga merasa sakit hati, tapi entah kenapa Arga tidak bisa membenci Fabby. Arga bertanya kepada pekerja Andin, kenapa Fabby selalu nangis setiap hari dan juga kabur kalau tidak ada yang jaga. Ternyata Fabby selalu merengek dan menangis ingin bertemu dengan kedua orang tuanya yang meninggal akibat kecelakaan.
“Kasihan sekali dia,” batin Arga.
Semenjak tahu itu, Arga semakin sering lewat ke depan rumah Andin hanya sekedar untuk melihat Fabby. Bahkan, Arga juga sering masuk ke dalam rumah Andin karena Andin sengaja suka mengumpulkan botol bekas untuk nantinya diberikan kepada Arga. Andin sangat mengenal Arga, dan Andin juga sering menyuruh Arga untuk bermain bersama Fabby namun Fabby tidak mau dan berujung pengusiran.
Menginjak usia remaja, Fabby tumbuh menjadi remaja yang sangat cantik membuat Arga semakin menyukai Fabby. “Hai, pemulung miskin, sini kamu,” panggil Fabby dari balik pintu gerbang.
“Ada apa?” Arga menghampiri Fabby.
“Tolong kamu belikan aku bakso itu, soalnya aku tidak bisa keluar dari rumah ini,” ucap Fabby.
“Oke.”
Tanpa berpikir panjang, Arga pun segera berlari untuk membelikan Fabby bakso yang dia mau. Fabby berteriak ingin memberikan uangnya namun Arga tidak mendengar, hingga akhirnya Arga membeli bakso itu dengan uang hasil dia jualan rongsokan. Setelah mendapatkan baksonya, Arga pun segera memberikannya kepada Fabby.
“Ini, bakso yang kamu mau,” ucap Arga.
“Terima kasih ya, ini uangnya,” ucap Fabby sinis.
“Tidak usah, baksonya sudah aku bayar kok,” sahut Arga.
“Sudah, ini terima saja jangan sok-sok-an beliin aku bakso, aku tahu kamu tidak punya uang.” Fabby memasukan uangnya ke dalam karung rongsokan Arga, lalu dia segera berlari masuk ke dalam rumah.
Sejak kecil, Fabby memang sudah angkuh namun Arga tetap menyukai Fabby. Hingga Fabby pun lulus sekolah dasar dan memutuskan melanjutkan sekolah ke luar negeri dan itu membuat Arga sedih. Bahkan Andin pun ikut pergi juga dan rumah itu dijaga oleh orang kepercayaan Andin.
“Kapan kamu kembali, Fabby? Aku sangat merindukanmu,” batin Arga sembari berdiri di depan gerbang rumah Andin.
Arga pulang ke rumahnya dengan langkah gontai dan sama sekali tidak semangat. Arga melihat celengannya yang sudah hampir penuh itu. Arga memeluk celengan itu dengan sangat erat.
“Aku yakin, kalau aku dan Fabby berjodoh, Allah akan mempertemukan kita dan sekarang aku akan berjuang semoga aku menjadi orang sukses dan bisa memantaskan diri jika bertemu kembali dengan Fabby,” batin Arga.
Semenjak itu, Arga tidak pernah bertemu dengan Fabby bahkan rumah Andin pun dijual. Arga dan kedua orang tuanya pindah ke kota besar, mereka berharap bisa merubah nasib keluarga mereka. Puluhan tahun tidak bertemu, Arga dipertemukan lagi dengan Andin dan setelah beberapa kali bertemu, Andin langsung ingin menjodohkan dirinya dengan Fabby dan itu membuat Arga sangat bahagia.
Flash back off...
Keesokan harinya...
Fabby turun ke bawah dan tidak biasanya Andin tidak ada. “Bi, nenek mana?” tanya Fabby.
“Nenek Andin sedang tidak enak badan, Non. Sekarang beliau sedang istirahat di dalam kamarnya,” sahut Bi Nunung.
“Apa? Nenek sakit?” Fabby sangat terkejut, dia pun hendak menemui neneknya namun ponselnya berdering.
Fabby melihat jika Poppy yang menghubunginya dan menyuruh Fabby untuk segera datang ke kantor karena ada hal penting. “Astaga. Bi, aku harus segera ke kantor nanti bibi tolong buatkan bubur, nanti aku panggilkan dokter pribadi nenek untuk datang memeriksa nenek. Kalau ada apa-apa, bibi segera hubungi aku,” ucap Fabby.
“Baik, Non.”
Fabby pun segera pergi ke kantor dengan perasaan tidak tenang karena harus meninggalkan neneknya yang sedang sakit. Tapi di sisi lain, ada hal penting juga yang harus dia urus dan tidak bisa diwakilkan oleh siapa pun. Fabby pun mengotak-atik ponselnya dan segera menghubungi dokter pribadi neneknya untuk segera datang ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Aisyah Christine
bukan salah fabby kalau sombong. dia lahir aja sdh kaya😂. ya smoga saja nnti terbuka hatinya tuk terima keikhlasan Arga.
2024-08-17
1
☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Nidahiat
ayo dimana kmu pernah ngeliat wajah pria itu sampe kamu penasaran
2024-08-17
1
⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ
wah semoga lekas kaya, biar tak lagi berbagi keluh kesah, tapi berbagi berlian dan harta
2024-08-17
1