Kevin sudah berangkat sejak pagi sekali.
Seperti biasa, Alika menjalani rutinitasnya sebagai Ibu Rumah Tangga tengah disibukkan dengan segudang pekerjaan rumah dan mengurus Adam.
Rasanya waktu 24 jam sehari begitu cepat dan tak cukup meski begitu Alika mencoba untuk berdamai dengan keadaannya dan menerima bahwa kini ialah yang bertanggung jawab menyelesaikan segala pekerjaan rumah tangga sambil mengasuh Adam.
Alika tersenyum melihat Adam makan dengan lahap.
Meski Alika sendiri sejak tadi belum makan apapun namun melihat putranya makan dengan lahap apa yang ia buat sudah cukup bagi Alika.
"Alika!"
Alika melirik kearah pintu, suara Ibu Mertuanya terdengar.
Alika membawa Adam dalam gendongannya untuk menghampiri kedatangan sang Ibu Mertua.
"Alika! Wah ini pasti Adam ya?"
Rupanya sang Ibu Mertua yang datang hari ini tidak sendirian, namun Alika mengenal orang yang kini sudah menyapa Adam.
"Bu Suroto," Alika menyalami sambil tersenyum.
Bu Suroto adalah tetangga Ibu Mertua Alika yang juga Alika kenal.
"Buat minum Alika!" perintah Ibu Mertua Alika.
"Iya Ma. Bude Roto, mau minum apa?"
Adam sudah dalam gendongan sang Nenek yang sedang bercengkrama bersama Bu Suroto diruang tamu rumah Alika.
"Ga usah repot-repot Lika,"
"Ga apa-apa Bude, Alika kebelakang dulu ya buatin minum."
"Ma, Ma, Ma!"
Adam membubbling Alika yang terlihat meninggalkan ruang tamu.
"Adam sama Nenek dulu! Ini ada Mbah Uti! Mama lagi repot!" Ibu Mertua Alika mengalihkan Adam yang ingin kembali dalam dekapan sang Mama.
Alika membuat teh manis hangat dan memotong kue lapis yang dibawa oleh Ibu dan Adiknya saat datang 2 hari lalu.
"Silahkan Bude, Ma, diminum dulu Tehnya." Alika menata minuman dan makanan dimeja untuk suguhan tamu dan Mertuanya.
"Jadi ngerepotin Lika." Bude Roto membantu Alika menggeser cangkir Teh kehadapannya.
"Ga kok Bude. Silahkan Bude diminum, diicip juga kuenya."
"Kamu beli kapan keluar?" Ibu Mertua Alika menatap kue lapis yang ada dihadapannya.
"Oh, ini, Alika ga beli Ma. 2 hari lalu Mama sama Adik Alika datang kesini dan bawa ini."
Tanpa menjawab Ibu Mertua Alika kembali ngobrol dengan Bude Roto.
"Oh ya Alika, waktu lahiran Caesar ya?" setelah meneguk teh manis yang Alika hidangkan wanita yang seumuran Ibu Mertua Alika membuka percakapan.
"Iya Bude."
"Padahal sudah pembukaan 7. Ga sabara aja!" Ibu Mertua Alika menyela.
"Loh, itu dikit lagi Lika! Padahal bisa normal."
Mendengar jawaban Bu Suroto Ibu Mertua Alika memutar bola matanya.
"Alika sudah 24 jam sejak pecah ketuban, dan Adam waktu itu masih belum masuk panggul. Dokter juga sudah 2 kali menginduksi Alika, tapi pembukaan tidak nambah-nambah. Ketuban sudah mengucur sejak dini hari makanya saran Dokter diambil tindakan operasi."
Sesungguhnya Alika sudah bosan menjelaskan kepada setiap yang berkunjung atau menanyakan kenapa Alika melahirkan dengan operasi Caesar.
Sungguh, sejak awal mengetahui kehamilan, Alika sama seperti kebanyakan perempuan lain yang mengharapkan bisa melahirkan secara normal.
Alika banyak mencari informasi apa saja yang bisa mendukung agar bisa melahirkan secara normal.
Setiap hari Alika jalan pagi dan melakikan gerakan yoga dirumah dengan melihat youtube.
Alika juga jarang rebahan, qodarullah, Adam saat didalam kandungan Alika justru senang jika Alika banyak bergerak dan beraktivitas, justru Alika akan merasa sakit dipinggangnya kalau rebahan saja.
"Ya mudah-mudahan saja, nanti pas anak kedua bisa lahiran normal ya Lika." Bu Suroto sambil mencicipi kue lapis.
"Haruslah! Memang ga mau merasakan jadi Ibu seutuhnya. Kalo lahiran normal Kita tuh berasa banget berjuangnya! Ngeden! Kalo Caesar kan enak dibius ga sakit! Ga berjuang!" tambah Ibu Mertua Alika.
Alika sebisa mungkin menahan gemuruh kesedihan dalam hatinya.
Jangan tanyakan bagaimana perasaan Alika saat ini, hancur, remuk dan ingin menangis tapi semua Alika tahan dan telan sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments