Chapter 11

Revisi.

"Raja sudah sakit-sakitan Mecca! Sejak aku mulai dewasa, ayah selalu mempercayakan aku untuk menjadi panglima perang, ayah percaya bahwa aku bisa memimpin perang dengan hebat, terbukti dengan meluasnya wilayah kekuasaan kerajaan Siluman harimau putih sejak aku mulai menjadi panglima perang, aku bisa menaklukan beberapa kerajaan lain, dan saat ini mereka tunduk pada kerajaan kita. Aku berjanji akan segera kembali setelah perang usai Mecca. Setelah itu aku akan menemani hari-hari mu melewati masa kehamilan hingga kamu melahirkan putra mahkota." ucap Pandita dengan mengusap pipi Mecca yang berseri setelah mereka bercinta.

Mecca mengubah posisinya dengan tangan bertumpu pada dada bidang Pandita dan posisi Pandita tidur di bawahnya.

"Berapa lama kamu akan pergi Pandita?" tanya Mecca dengan wajah sendu.

"Tergantung seberapa cepat aku bisa menaklukan kerajaan ular biru, jika mengingat tempat yang jauh di seberang pulau Jawa, aku akan kembali setelah 3 bulan Mecca."

Mecca menggeleng dan airmatanya mengalir deras karena akan di tinggal selama itu.

"Nggak Pandita, aku nggak bisa kalau selama itu, aku nggak mau. Tolong jangan pergi, kita baru menikah Pandita, aku butuh kamu!" Mecca merengek dengan air mata berlinang.

"Sayang, ini perintah raja. Aku tidak bisa menolaknya. Lagipula jika aku tidak segera pergi untuk menyerang kerajaan mereka terlebih dahulu, akan sangat berbahaya bagimu dan calon putra mahkota jika mereka menyerang kerajaan kita. Percaya padaku sayang, aku akan kembali secepatnya, aku akan kembali dalam keadaan sehat dan tak kurang satu apapun."

"Aku nggak bisa Pandita. Aku ada disini karena kamu!" Mecca masih merengek dan memeluk pandita erat.

"Sayang, dengar aku! Sejak kehadiran putra mahkota di dalam rahimmu, kekuatanku tak tertandingi, aku bisa mengalahkan siapapun meskipun mereka memiliki ilmu yang tinggi. Kekuatanku bergantung pada keselamatanmu dan calon putra mahkota. Jika dirimu terluka dan putra mahkota gugur. Maka aku akan hancur!" jelas Pandita. Mecca kembali menatap Pandita dengan air mata berlinang.

Mecca tidak dapat berkata apapun lagi saat ini, lidahnya kelu.

"Jadi tolong, jaga dirimu dan calon putra mahkota dengan baik demi aku!" pandita menangkup wajah Mecca.

Mecca mengangguk pelan, ia paham sekarang! Semua karena darah daging calon putra mahkota yang bercampur antara darahnya dan darah Pandita.

"Aku berjanji akan menjaga diri ku dan anak kita dengan baik! Aku menunggu kepulanganmu ke pelukanku Pandita!" ucap Mecca dengan wajah bersimbah air mata.

Pandita tersenyum dan kembali mencium bibir Mecca.

Al

"Kita masih memiliki waktu beberapa jam lagi untuk bersama sayang! Puaskan aku hingga aku benar-benar puas. Setelah ini kita akan berpisah selama beberapa bulan. Buat aku merindukan kepuasan darimu, sehingga aku bisa membakar semangatku untuk segera menaklukkan kerajaan ular biru dan segera pulang ke pelukanmu lagi Mecca." ucap Pandita. Mecca mengangguk dan mencium bibir Pandita dengan air mata berlinang.

Mereka kembali menyatu dengan perasaan haru karena harus berpisah dalam waktu yang relatif lama.

Baru saja Mereka merasakan indahnya menjadi pengantin baru,tapi harus kembali menelan pil pahit untuk segera berpisah karena Pandita harus mengemban tugas dari sang raja.

Seharian ini Pandita dan Mecca sama sekali tidak keluar dari dalam kamar pengantin mereka.

Mereka terus menerus saling memuaskan satu sama lain. Besok adalah hari keberangkatan Pandita dan pasukannya menuju gunung Sinabung. Raja telah mempersiapkan buroq yang akan membawa Pandita dan pasukannya menyebrangi laut.

Pramudya sedang melihat para pasukan yang sedang berlatih bertarung bersama dengan Adipala dan juga Sansik pengawal pribadi raja.

"Raja, apakah kita tidak meminta pangeran untuk berlatih terlebih dahulu bersama dengan prajurit lainnya?" usul Adipala pada raja.

"Biarkan pangeran menghabiskan waktu bersama istrinya selama beberapa jam ini sampai mereka saling terpuaskan, dan jangan ada yang mengganggunya. Jangan lagi meragukan kekuatan pangeran saat ini, karena istrinya sedang mengandung calon putra mahkota, dengan kehadiran calon putra mahkota di dalam kandungan permaisuri, akan membuat kekuatan pangeran tidak akan tertandingi. Dan aku minta pada kau Adipala, selama pangeran tidak ada di istana, kawal kemanapun permaisuri pergi, dan jangan biarkan permaisuri keluar dari istana karena itu akan sangat berbahaya bagi keselamatannya." Titah Pramudya.

Adipala kemudian menunduk hormat pada Pramudya.

"Siap mengemban tugas raja, aku akan mengawal permaisuri!" ucap Adipala.

"Bagaimana rakyat jelata yang kau kurung di penjara bawah tanah? Apakah sudah ada penjelasan dari tabib istana mengenai bahan yang terkandung dalam makanan yang dia bawa." ucap Pramudya.

"Belum yang mulia, mungkin siang nanti tabib akan memberikan kabar." ucap Adipala.

Pramudya mengangguk sekali dan meninggalkan tempat pelatihan para prajurit.

Pramudya mengirimkan seribu prajurit dan beberapa pengawal pribadinya dan pangeran untuk ikut ke Medan perang.

Sementara penjagaan di istana juga makin di perketat lagi untuk melindungi permaisuri dan calon putra mahkota.

.

"Aaahh. Pandita!" Mecca menutup matanya dan memeluk kepala Pandita yang wajahnya menyusup di ceruk leher Mecca.

Mereka baru saja mengakhiri pergulatan panasnya yang ke sekian kalinya.

Tidak ada rasa puas dari mereka, ingin selalu mengulanginya lagi dan lagi, apa lagi beberapa jam lagi mereka akan berpisah untuk jangka waktu yang lumayan lama.

"Pandita, apa aku boleh mengunjungi ayahku saat kau pergi nanti?" Ucap Mecca dengan nafas tersengal. Tangannya terus meremas-remas pelan rambut lurus berwarna tembaga milik Pandita.

"Mana boleh sayang, kamu sedang hamil. Akan sangat berbahaya bagimu, selain musuh akan menangkap mu dan membunuhmu, berada di dunia manusia

Perbedaan waktu di dunia manusia dan dunia siluman sangat berbeda. Semenit disini, bisa memakan waktu 3 hari di dunia manusia. Kandunganmu akan semakin cepat membesar, dan itu sangat membahayakan bagi dirimu." Pandita menjelaskan sambil menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Mecca yang masih berkeringat.

Mecca hanya memandangi wajah tampan Pandita, Mecca bingung harus melakukan apa di dalam istana selama Pandita pergi.

Pandita tersenyum karena bisa mengetahui isi hati dan pikiran istrinya.

"Kamu bisa berjalan-jalan di taman yang berada di dalam lingkungan castil sayang, kamu bisa memetik buah-buahan, kamu bisa meminta ibu ratu untuk mengajakmu ke istana peri." ucap Pandita dengan senyum manis.

"Istana peri?" ucap Mecca, Pandita mengangguk.

"Ibu ratu adalah keturunan peri sebelum menikah dengan ayah, istana peri tidak terlalu jauh dari kastil kristal. Aku akan meminta ayah dan ibu untuk mengajakmu mengunjungi istana peri jika kamu bosan di dalam Castil. Tapi pastinya kamu harus menghafalkan dulu mantra yang ibu suruh, sebagai perlindungan bagimu dan putra mahkota."

Wajah Mecca berbinar mendengar jika ibu mertuanya adalah seorang peri.

Dirinya merasa seperti benar-benar berada di dalam dunia dongeng. Dulu Mecca suka sekali menonton film Tinkerbell. dirinya menghayal bisa datang ke dunia peri Tinkerbell.

"Aku mau Pandita, aku mau ke istana peri. Apakah para peri itu memang baik Pandita, seperti di film Tinkerbell, apakah mereka kecil dan bisa terbang?" tanya Mecca dengan mata berbinar.

"Ya sayang, mereka adalah satu-satunya mahluk kecil di dunia siluman, tapi ada kalanya mereka berubah menjadi manusia seperti kita. Keluarga ibu semuanya baik. Aku akan meminta ayah dan ibu untuk mengajak mu mengunjungi istana peri." ucap Pandita.

Pandita mencium bibir Mecca dan melumatnya. "Puaskan aku sayang, aku tidak bisa berhenti untuk menyentuhmu!" ucap Pandita dengan suara serak karena kembali berhasrat.

"Nanti lagi ya Pandita, aku sangat lapar sekali. Sudah 4 jam kamu tidak memberikan aku waktu untuk istirahat dan makan." keluh Mecca dan mendorong tubuh Pandita hingga terjatuh di sampingnya.

"Ha ha ha, ya ya. Maafkan aku, aku sampai lupa memberikanmu makan. Kalau begitu aku akan meminta dayang untuk kembali mengantarkan makanan ke kamar kita." ucap Pandita dan bangkit dari ranjang dan memakai jubah berwarna hitam.

"No Pandita, aku ingin keluar kamar. Aku bosan makan disini, kita makan di meja makan saja ya." pinta Mecca.

Pandita memicingkan matanya dan tersenyum smirk.

"Kamu yakin sayang? lihat kondisi tubuhmu sekarang!" ucap Pandita sambil memindai tubuh polos Mecca.

Mecca menunduk dan menatap tubuhnya yang sangat banyak sekali kissmark dari Pandita.

"Aku bisa memakai jubah tidurku Pandita, lagipula mana mungkin aku keluar kamar dalam keadaan telanjang." ucap Mecca lalu meraih jubah tidurnya yang berbahan sutra berwarna merah marun. Ia segera berdiri dan memakainya.

"Baiklah, terserah kamu saja. Tapi jangan malu jika para dayang istana tersenyum melihatmu ya." ucap Pandita. Mecca mengerutkan keningnya karena tak paham maksud dari perkataan Pandita.

Mereka keluar kamar bersama menuju ke ruang makan. Di belakang para pengawal yang akan mengikuti di tahan oleh Pandita dengan kode dari tangannya.

"Kami hanya ingin makan di ruang makan, kalian tunggu saja di sini, jangan biarkan ada penyusup yang masuk." titah Pandita tanpa menatap pengawalnya lalu berjalan menyusul Mecca yang sudah terlebih dahulu menuju ruangan makan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!