Adiba duduk di
belakang karena ia menolak duduk berdampingan dengan pria yang bukan mahramnya.
lagi-lagi hal itu membuat Gibran kesal.
Cihh!!!! gadis sok suci!!.Batin Gibran
Tidak ada
pembicaraan didalam mobil itu selain keheningan menyelimuti keduanya. Dibelakang
kemudi, sesekali Gibran menatap kaca spion yang mengarah kebelakang menatap
wajah gadis yang dibalut dengan hijab berwarna putih itu.
Aku akan mengabulkan mimpimu menjadi nyonya gadis sok suci! Kau
telah berani menolakku dan kau akan merasakan akibatnya. Penolakan Adiba untuk duduk di depan membuat
Gibran sangat kesal, baru kali ini ada gadis yang menolak berdekatan dengannya.
Adiba yang
sadar jika pria itu menatapnya dengan tatapan yang menyeramkan langsung
menundukan wajahnya. Bibirnya komat kamit membaca banyak doa yang dihafalnya
guna melindungi diri dari pria itu.
"Berapa usiamu?" Tanya Gibran
datar memecah keheningan. Pria itu hanya bertanya asal, dia semakin marah dengan
kebisuan Adiba membuatnya terlihat jelas seperti sopirnya.
Usahanya tak
sia-sia, Adiba mendongkakkan wajahnya dan berkata
"19 tahun tuan" Jawab Adiba
kemudian menunduk lagi sambil meremas ujung bajunya. Dia sangat takut dengan
pria dewasa di depannya ini, sangat tampan namun menyeramkan.
"Apa kau menerima perjodohan mama?"
Bertanya karena ia yakin mamanya pasti sudah berbicara panjang lebar dengan gadis
ini.
Adiba
menganggukan kepalanya
Tersungging
seringai sinis dari ujung bibir Gibran.
Sudah kuduga! Gadis licik, kau memanfaatkan kesalahanku agar bisa menjadi
nyonya kan? tetapi dihadapan semua orang kau berlaga sok suci dengan menolakku
ketika aku menggenggam tanganmu dan bahkan dengan hanya duduk di sampingku.
baiklah, akan ku kabulkan keinginanmu gadis licik!!.Batin Gibran
Tidak mengerti
arti tatapan Gibran, Adiba hanya menundukan wajahnya. Adiba menyetujui
perjodohan ini karena ini adalah amanat terakhir sang ayah tercinta sebagai
bakti terakhirnya dan dia juga tidak tahu siapa anak tante Alexa yang dimaksud.
Tidak mungkin dengan
tuan menyeramkan ini kan? Dia sudah tuan dan pasti sudah menikah kan? Entahlah.
Sesampai di
pemakaman.
"Turun!!" Sentak Gibran mengejutkan
Adiba yang sedang melamun. Adiba bergegas turun dan berjalan mendekati pintu
kemudi.
"Terima kasih tuan, sudah mengantar saya."
Ucap Adiba menunduk tanpa berani menatap wajah Gibran yang sangat seram baginya.
Pria ini, seperti psyco saja.
Tanpa menjawab
ucapan Adiba, Gibran langsung melajukan mobilnya meninggalkan Adiba yang masih
berdiri menatap kepergiannya.
Huft
Adiba menghela
nafasnya panjang. Bisa-bisanya dia bertemu dengan pria Arrogant sepertinya.
"Kenapa dengan pria itu? kenapa menatapku
seperti itu, dia seperti mau memakanku hidup-hidup saja?! Huh aneh, aku bahkan
tidak mengenalnya." Gerutu Adiba sembari melangkah menuju pemakaman
ayahnya yang sudah sepi.
Tubuh Adiba langsung ambruk ketika netranya
tepat pada kata nama sang ayah. Benda itu seperti mimpi baginya.
"Ayah, hikss, hiks hiks. Kenapa ayah tinggalin
Adiba sendiri? Adiba pengen ikut sama ayah dan ibu saja, Adiba nggak sanggup
harus hidup sendiri seperti ini.”
Senyap, keluhan Adiba hanya berlalu bergitu saja tanpa lawan bicaranya.
Adiba semakin menangis.
“Ayah bangunlah, Adiba lebih suka ayah memarahi Adiba daripada pergi
seperti ini, hikss….”
Menumpahkan seluruh kesedihan sambil menciumi batu nisa. Sekelebat
bayangan kenangan manis bersama sang ayah kembali muncul. Adiba tersenyum
melihat ayah yang sedang berdiri tersenyum padanya, Adiba mengerjap. Ayah
menghilang, sosok yang dirindukan itu sudah tidak ada.
“Maafin semua kesalahan Adiba, maaf Adiba belum bisa berbakti kepada
Ayah. Adiba akan melaksanakan amanat terakhir ayah.”
“Ayah, hiks, hikss, hiks. Ayah sudah berjanji akan menemani adiba
wisuda nanti,
ayah sudah berjanji akan membawakan bunga untuk adiba jika adiba juara
nanti. Ayah akan datang mengganti Ibu. tapi kenapa sekarang ayah pergi? Aiapa yang akan menemani adiba nanti hikss, hiks,
hiks" Lirih Adiba masih belum terima, hidungnya kembang kempis. Jangan
lupa dengan matanya yang sudah basah sedari tadi.
Setelah mulai
tenang, Adiba menenangkan dirinya dan mulai membacakan ayat-ayat suci
Al-qur'an.
Dari kejauhan,
Hati Gibran bagaikan tersayat pisau tajam melihat dan mendengar keluhan Adiba,
ia memang tidak menyukai gadis itu. tetapi semua penderitaannya adalah
penyebabnya, ia sangat merasa bersalah karna itu.
Hatinya kesal,
kasian, marah bercampur malu ia tidak mengerti akan emosi yang dihadapinya
sekarang.
Gibran tidak
meninggalkan Adiba, ia hanya memarkirkan mobilnya dan hanya menatap Adiba dari
kejauhan. Karena jika ditinggal, ia tahu akan seberapa marah mamanya itu.
Sekian lama
menunggu membuat Gibran kesal karena gadis itu tak kunjung selesai dari
kegiatannya.
"Apa yang dilakukan gadis bodoh itu. Kenapa lama sekali!!." Kesal
Gibran melihat Adiba yang tak kunjung selesai dari aktifitasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Lienda nasution
do'a untuk ayahnya mana adiba
2023-01-12
0
Yani
Jangan main nuduh licik selediki dulu .udah jelas dia yang bersalah
2023-01-03
0
Aruna Zahrani
s3 tp otak kosong y kek gini nih. tanpa alasan jelas maen nuduh2 org licik
2021-11-16
0