Gagal Malam Pertama

Sekitar 20 menit perjalanan barulah Lion bersama anak buahnya sampai di markas utama milik Xavier. Disana terlihat banyak sekali anak buah Xavier berjaga didepan gerbang utama.

Melalui HT earphone yang digunakan seluruh anggota Cakrawala, Lion bisa mendengar dengan jelas kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing anggotanya. Tentunya hal ini mempermudah pergerakan Lion untuk masuk ke dalam markas besar milik Xavier.

Para penembak sudah bersiap pada posisi masing-masing.

"Gas asap tolong diluncurkan sekarang. Tim penebak utama siap-siap masuk melalui gerbang depan. Selebihnya bisa berpencar. Kepung seluruh markas, jangan sampai ada celah sedikitpun" instruksi Lion dengan suara barinton nya.

Kumpulan asap tebal mulai memenuhi pekarangan Markas Xavier. Seluruh penjaga yang berada didepan gerbang sudah pingsan dibuatnya. Gas asap itu mampu memberikan efek bius pada sebagian anak buah Xavier, beruntung seluruh anggotanya sudah memakai masker anti asap begitupun dengan Lion.

Dengan langkah mantap Lion melangkahkan kakinya menuju rumah besar bak istana itu. Dibukanya pintu berwarna putih, Asap tebal yang masih di kepul sejak tadi sudah berhasil menerobos masuk kedalamnya.

"Pak Lion, anak anda berada dilantai dua" Ucap Nareksa yang terdengar dari HT earphone miliknya

"K7, Leana dimana?" tanya Lion

"Di ruangan yang sama seperti tuan Leon" Lion mengangguk paham

"J4 bawa penembak masuk, saya tidak bisa menembak" perintah Lion sembari menelusuri rumah besar itu.

J4 sendiri merupakan nama agen dari pimpinan tim penembak. Setiap orang yang berkerja dengan Cakrawala pasti memiliki nama agen untuk menjaga kerahasian indentitas masing-masing.

Beberapa anak buah Xavier masih tersadar membuat Lion terpaksa melawannya satu persatu menggunakan tangan kosong.

~Dor dor dor

Beberapa peluru sudah meluncur kearah Lion dengan sempurna, Lion mampu menghindari dengan lihai seakan-akan tidak takut mati walaupun hanya sendirian didalam ruangan itu.

"Cih, hanya segini kemampuan kalian" ucap Lion sembari melewati tumpukan anak buah Xavier yang sudah terkapar dilantai.

"Pasukan penembak tidak bisa masuk pak, didepan sudah berdatangan orang-orang Bentala dari markas cabang. Kami akan mengurusnya dengan segera" Balas pimpinan tim penembak bernama Ares atau biasa disebut J4.

"Sial!"

Suara riuh dari tembakan diluar sana terdengar sangat jelas dari dalam, Lion memilih mencari Leana dan leon seorang diri. Menurutnya sangat membuang-buang waktu jika harus menunggu orang-orang nya masuk kedalam.

Lion terburu-buru menaiki lift menuju lantai dua tanpa memprediksi hal apa yang akan terjadi selanjutnya.

~Dor

Tepat pintu lift terbuka disitulah Xavier sudah berdiri dengan tegap didepannya. Memberikan tembakan hangat kearah Lion, beruntung Lion bisa menghindarinya dengan cepat.

Xavier terlihat semakin menggila menekan pelatuk nya beberapa kali hingga menembakan 2 pistol sekaligus kearah Lion.

~Dor dor dor

Satu peluru tepat mengenai lengan Lion. Darah segar mulai mengalir dari lengan kekarnya, dengan langkah mantap Lion mendekati orang yang menembaknya itu.

"Selamat datang di markas utamaku Kaka ipar" sapa Xavier

"Jangan panggil saya dengan panggilan menjijikan itu" balasnya dengan ketus

~Bugh

Pukulan keras dilayangkan kearah Xavier, dengan secepat kilat Lion mampu mengubah posisinya. Kedua pistol yang berada ditangan Xavier sudah tergeletak dilantai.

"Pistol Desert Eagle. Kau tau bukan jika aku menekan pelatuk nya akan terjadi apa?" ancam Lion sembari menghadapkan pistolnya tepat di kepala Xavier.

***

~Akh om

Suara desahan merdu lolos dari mulut Rihana ketika tangan kekar milik Mahendra berhasil mengobrak-abrik intinya dengan begitu dalam. Tak tinggal diam, mulut Mahendra sudah menyedot dengan rakus gunung kembar milik istrinya itu. Suara desahan terus keluar dari mulut Rihana, apalagi dirinya tau jika kamar Mahendra kedap suara.

~Dret dret dret

Suara ponsel Mahendra sudah terdengar beberapa kali, sudah dihiraukannya sejak tadi namun suara bising itu terus mengusik aktivitas nya.

"Om angkat dulu, siapa tau penting" ucap Rihana sembari menghentikannya suaminya

Mau tidak mau Mahendra menuruti permintaan istrinya itu, mengambil ponsel nya dari atas nakas lalu menekan tombol hijau pada layar.

"Ada apa Hans?" tanyanya dengan keheranan, jika bukan masalah penting tidak mungkin asistennya itu menghubungi nya.

"Tuan Lion, dia sudah berada di markas utama Bentala yang terletak di pantai ostia. Anaknya dan juga adiknya disandera oleh Xavier, dan sekarang tuan Lion hanya sendirian didalam markas itu sementara anggota Cakrawala terjebak diluar." jelas Hans sesingkat mungkin

"Ck, Kenapa bocah itu sangat gegabah. Kau ini bodoh Hans, kenapa tidak mencegahnya!!!" geram Mahendra dari sebrang telpon.

Situasi yang semakin memanas membuat Hans terpaksa menghubungi Mahendra, takut jika hal tidak diinginkan terjadi pada Lion. Apalagi posisinya Lion hanya sendirian didalam markas utama itu.

Belum ada satu pun anggota Cakrawala yang berhasil masuk kedalam sana. Akses pintu dari bagian manapun sudah diblokir oleh Xavier.

"M-maafkan saya tuan. Saya bingung harus bertindak apa" ucapnya dengan gugup

"Siapkan mobil untukku, kita kesana. Lion bisa mati sia-sia jika seperti ini." setelahnya Mahendra mematikan telponnya.

Mahendra tau betul jika Lion tidak bisa menekan pelatuk pada pistolnya. Masa lalu yang kelam membuatnya menjadi trauma.

Istrinya mati tertembak oleh Xavier karena menyelamatkan nya. Tidak mau disalahkan justru Xavier memfitnah Lion sebagai pembunuh istrinya sendiri. Lion menjadi buronan black stone selama beberapa tahun terakhir.

Black Stone sendiri hampir sama seperti perusahaan Cakrawala bergerak dibidang keamanan dan militer, namun perusahaan ini jangkauannya lebih luas dibandingkan cakrawala.

Dengan gerakan secepat elang Mahendra kembali memakai bajunya, meninggalkan Rihana yang masih terbengong-bengong dibuatnya.

"Om mau kemana?" tanya Rihana yang masih terheran-heran, bukannya tadi Mahendra sedang naik-naik nya. kenapa tiba-tiba dia ingin pergi setelah menerima telpon

"Ada sedikit masalah. Kita lanjutkan setelah saya pulang ya. Kamu tidur dulu" ucapnya lalu mengecup kening kepala Rihana

"Tapi ini udah malam om, ga bisa besok aja perginya?" tanyanya dengan khawatir

"Masalah ini sangat penting. Jangan kecewa gitu, besok kita bisa melakukannya seharian." ucapnya dengan jahil

"Ish apaan sih, yaudah pergi sana. Rumah om amankan? ga ada rampok gitu?" tanyanya memastikan

"Aman sayang, saya pergi dulu ya. Kalau mau pergi kabari saya dulu, jaga diri kamu baik-baik."

Barulah Mahendra menuruni anak tangga dengan terburu-buru setelah mendapat izin dari istrinya. Mobil hitam miliknya sudah melaju dengan kencang membelah jalanan yang mulai sepi. Tepat pukul 22.30 barulah Mahendra sampai di perusahaan nya itu.

Hans terlihat sudah menggunakan setelah baju tempur miliknya, berdiri tegap dekat mobil yang biasa digunakannya untuk dinas.

"Tuan tidak memakai baju pelindung?" tanya Hans

"Tidak usah. Senjata kesayangan saya sudah siap?" tanyanya kembali sembari memasuki mobil

"Sudah tuan"

Terpopuler

Comments

Ulufi Dewi

Ulufi Dewi

bingung sih alurnya blm cerita blm bsa ditebak dr romantis jd aksi tembak menembak🔫🔫🔫🔫🔫

2024-10-18

1

Retno Anggiri Milagros Excellent

Retno Anggiri Milagros Excellent

wah keren sekali . 👍🏻🙏🏻😍

2024-08-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!