...༻✿༺...
Beby bingung saat mendengar Eza menyebutkan kata mama. Sontak dia menoleh ke belakang. Memastikan apakah ada orang lain selain dirinya.
Kemunculan Beby tidak hanya membuat Arkan dan Eza takjub. Tetapi hal yang sama juga dirasakan Agung. Atensi semua orang tertuju pada Beby.
"Sebelum aku memperkenalkan diri, aku minta direkam ya." Beby mengambil ponsel dan menyerahkannya pada Agung. Dia hanya ingin mendokumentasikan bukti pada Ferry bahwa dirinya berhasil ikut sayembara.
Setelah itu, Beby segera memperkenalkan dirinya.
"Kenalkan, Tuan Arkan dan juga Adek Eza. Namaku Bebytha Alinea. Aku hanya punya satu kekurangan, yaitu nggak punya kelebihan," ujar Beby. Dia sengaja memberikan kesan yang buruk agar tidak terpilih.
"Aku suka!" seru Eza. Dia turun dari bangkunya. Lalu menghampiri Arkan.
"Papa! Kita menemukan kembaran Mama! Ayo nikahi dia!" ucap Eza.
"Eza! Semuanya tidak semudah itu," balas Arkan.
"Dia ikut sayembara, berarti dia bersedia menikah denganmu!" sahut Eza.
Sementara Beby, dia tentu kebingungan mendengar pembicaraan ayah dan anak tersebut. Dirinya juga merasa panik saat mendengar Eza meminta Arkan untuk menikahinya.
'Sepertinya aku harus cepat-cepat pergi,' batin Beby. Dia langsung mengambil ponselnya dari tangan Agung. Kemudian beranjak pergi begitu saja.
Beby sampai berlari karena takut dirinya akan benar-benar terpilih. Apalagi keinginannya untuk ikut sayembara bukan karena bersedia menikahi Arkan. Melainkan karena taruhannya dengan Ferry.
Di ruangan, Eza panik ketika melihat Beby sudah pergi.
"Lihat, Pa! Ini gara-gara kau. Sekarang dia sudah pergi. Cepat lakukan sesuatu," desak Eza.
"Agung! Kejar gadis itu!" perintah Arkan.
Agung bergegas pergi untuk menyusul Beby. Dia melihat gadis tersebut berlari keluar gedung.
Beby tampak menghampiri kedua temannya yang sedang menunggu di mobil. Dia langsung masuk dengan nafas tersengal-sengal.
"Kau kenapa? Kayak dikejar setan?" tukas Rani.
"Nanti aku cerita. Cepat jalan!" ujar Beby.
"Kenapa sih, Beb? Kau bikin kami--"
"Udah cepat jalan!" desak Beby. Terutama saat melihat Agung yang sudah mendekati posisinya.
Alhasil Rani menjalankan mobilnya. Beby lantas mengelus dada. Saat itulah dia menceritakan semuanya pada Rani dan Dini. Kedua temannya itu tentu terkejut mendengarnya.
"Tapi bukankah itu bagus? Tuan Arkan itu ganteng, Beb. Terus kaya lagi. Kalau aku jadi kau, aku nggak akan kabur!" komentar Dini.
"Iya, aku juga. Kau aja yang aneh," kata Rani.
"Kalian yang aneh! Lagian kita masih sekolah juga," sahut Beby. Membela diri.
"Aku rela berhenti sekolah kalau yang ngajak kawin itu Tuan Arkan," tanggap Dini.
"Aku juga." Rani lagi-lagi sependapat dengan Dini.
"Idih! Kalian ini. Kalau suka sama laki-laki, tahu diri juga kali!" balas Beby.
"Tapi kalau laki-lakinya yang mau, kan nggak salah! Iya kan, Din?" imbuh Rani. Dini lantas mengangguk setuju.
Beby akhirnya memilih diam. Dia tentu kalah jika berdebat dengan dua orang sekaligus.
Di waktu yang sama, Agung kembali ke hadapan Arkan dan Eza. Dia memberitahu kalau Beby telah terlanjur pergi.
"Pokoknya kita harus cari dia! Aku ingin dia jadi mamaku!" pinta Eza sambil menghentak-hentakkan kakinya.
"Sayang... Wajahnya memang mirip sama mendiang mamamu, tapi bukan berarti sikapnya juga." Arkan mencoba membuat Eza mengerti.
"Enggak! Pokoknya aku mau mama sekarang juga! Aku mau mama, Pa..." Eza menjatuhkan dirinya ke lantai. Dia mengalami tantrum.
"Eza... Bagaimana kalau kita suruh wanita lain masuk. Kan masih banyak orang yang ikut sayembara." Arkan berusaha keras membujuk Eza.
"Enggak mau!" tegas Eza memekik lantang.
Arkan mendengus kasar. Dia berdecak kesal karena kelakuan Eza yang kian menjadi-jadi. Arkan sadar, kalau dirinya tak bisa terus-menerus memanjakan sang anak.
"Bagaimana ini, Tuan?" tanya Agung.
"Biarkan saja dia. Beritahu semua wanita yang tersisa untuk bubar. Sayembara telah dihentikan!" perintah Arkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments