Pada saat sore hari, hujan mulai mereda walau masih menyisakan suasana suram dan gelap di hutan.
Hewan liar bergegas mengibaskan air di tubuh mereka dan berlari menuju tempat lain yang mungkin saja menyisakan tempat kering untuk di tinggali malam ini.
Pada saat Hisa datang ketendanya bersama Vyin yang dia ajak paksa, sepasang kelinci abu-abu itu telah menunggu di luar tenda.
Mereka mencicit dan mendekati tepi pelindung sihir seolah menyambut Hisa yang sekarang mereka anggap sebagai tuannya.
"Alala...apakah kalian kesepian? Takut? Kedinginan? Lapar? Kalian mau buah? Aku mendapatkan buah malam untuk kalian."
Hisa melembutkan suaranya seperti tengah membujuk seorang bayi, dia masuk kedalam lingkaran pelindung sihir dan menyerahkan semua buah berbentuk bulan sabit putih di depan kedua kelinci itu.
Buah malam ini dia dapatkan saat berjalan pulang, salah satu favoritnya. Kulitnya sangat tipis dan Buah ini memiliki rasa manis dan dominan asam dengan sedikit rasa garam laut serta memiliki tekstur seperti kentang yang baru di rebus.
Batangnya tidak tinggi bahkan bisa di sebut sebagai gulma namun Hisa suka memetiknya ketika masih sependek lutut ayahnya karena rasanya sangat unik dan perasaan kenyang yang cepat.
Namanya ia berikan secara sepihak karena bentuknya seperti bulan dan bulan hanya muncul pada malam hari.
"makan yang kenyang oke..." Dia berjongkok memangku dagunya dengan kedua tangannya sambil tersenyum lembut.
Vyin melihat dari luar pelindung dengan tatapan menyedihkan, dirinya mengigil karena perasaan dingin dan basah akibat hujan.
Seharusnya dia bisa mengeringkan tubuhnya secara cepat dengan mantra pengeringan namun dia tidak mampu lagi memunculkan sihir akibat kehabisan energi sihir.
Lagi pun sepertinya Hisa lupa bahwa dia membawa paksa manusia lemah tanpa kekuatan dalam domainnya.
"ah...kau masih disini?"
Vyin menghela napas—sudahlah, jika dia pergi elf muda ini akan menahannya untuk pergi. Vyin tidak tahu apakah dia akan mati kedinginan karena hujan hari ini.
"masuklah! Mengapa kau berada di luar sana? Bukankah dingin?" Hisa menatapnya heran dengan pandangan yang seolah berkata:"apakah kau bodoh." sebelum membuka sedikit celah pada pelindung sihirnya.
'Kau tidak mengizinkan ku masuk dari awal!!'
Vyin mengeluh dalam hati, ingin sekali berteriak dan memarahi elf muda itu,tapi dia sudah lelah untuk berbicara. Dia jatuh tersungkur di tanah setelah diizinkan masuk oleh Hisa kedalam pelindung sihirnya.
Kelinci yang lebih besar yang mungkin saja kakak dari kelinci satunya mendekati Vyin, buah malam yang lezat itu dia abaikan begitu saja.
Dia mencicit lalu mengendus mencoba memahami makhluk apa yang masuk ditempat aman ini.
"cit cit cit!" hidungnya bergerak dan tubuhnya berdiri dengan dua kaki belakang. Adiknya mencoba mendekati juga namun di tepuk keras oleh sang kakak.
" cit cit! Cit cit cit!"
Sang kakak menggigit telinga sang adik, dia menariknya menjauh dan meletakkannya di dekat kaki Hisa.
Hisa yang sedari tadi memperhatikan tertawa pelan. Beberapa saat kemudian dia mengambil kelinci besar itu dan mengangkatnya tinggi.
"aku memutuskan memberimu nama Lan, kau akan menjadi saudara kedua setelah caramel," Ucap Hisa sambil mendekatkan hidungnya dengan Lan si kelinci itu.
"dan kau akan aku panggil Lin, si bungsu!"
Kelinci yang berada di tanah si Lin memperhatikan dengan polos, hidungnya bergerak dan mencicit seolah menanggapi ucapan Hisa.
* * *
Hisa mengumpulkan ranting kecil diluar dan mengeringkannya dengan sihirnya, tapi dia segera merasakan tubuhnya lelah hanya dalam beberapa menit setelah mengeluarkan sebagian energi.
Hisa merasa energinya selalu ada dalam tubuhnya, mengisi setiap sudut organ dan pembuluh darahnya bahkan dia tidak berhenti menyerap energi murni yang melayang di udara.
Namun, saat dia akan menggunakannya energi itu tidak akan mendengarkan bahkan terkesan tidak terkendali seolah dia kembali kemasa dimana dia tidak tahu menahu akan sihir apalagi menyerap energi murni.
Hal ini membuat wajahnya tidak sedap dipandang, wajahnya suram setiap detik tindakannya.
Bahkan rasa gembiranya dengan jarahan dari Vyin tidak bisa memperbaiki suasana hatinya yang tengah berantakan.
"aku melihat, energi mu seolah tertahan oleh sesuatu dan tidak dapat dikeluarkan dan dikendalikan oleh mu...apakah kau diracuni?" Suara Vyin yang heran menggema dari kejauhan, jaraknya hanya dua meter darinya dalam posisi duduk buddha.
Tampaknya Vyin baru bangun dari rasa lelahnya setelah menyerap dengan lambat energi spiritual murni di udara.
Hisa meliriknya dengan tatapan waspada seolah berubah kepribadian dan bertanya: "Kau tahu apa?"
"bagaimanapun kau baru menyelamatkan ku dari pembunuh bayaran itu, aku seorang dokter dari kerajaan Heigr jadi aku sedikit tahu racun yang disebabkan oleh tanaman sihir, ah nama ku Vyin," ujarnya sambil tersenyum.
Kerajaan Heigr—Hisa mengangkat alis sambil berpikir. Setahunya kerajaan itu didominasi oleh ras manusia setelah melawan pasukan iblis yang keluar dari dunia kegelapan.
Dia baru tahu bahwa ada penyihir seperti Vyin disana sebab pada saat dia baru berumur 25 tahun ketika mengikuti acara lelang disana bersama ayahnya, dia sedikit belajar tentang budaya serta adatnya dan bahasa yang menurutnya merepotkan.
Kebanyakan yang tinggal adalah ahli seni bela diri manusia dengan sedikit xenophobia terhadap ras yang memiliki sedikit bentuk manusia.
Dia masih ingat bahwa pada saat itu orc dijadikan budak atau bahkan pemuas nafsu hingga akhirnya tindakan itu di protes langsung oleh bangsa orc yang tinggal di semua negara benua selatan.
Sihir tidak begitu populer disana bahkan dianggap sebagai penyimpangan ilmu hitam.
"penyihir? Sejak kapan manusia dinegara itu tertarik pada sihir?" dia berbicara dalam bahasa Heigr kuno yang umum di gunakan disana dengan sedikit tersentak.
bagaimana pun dia sudah bertahun-tahun tidak keluar negeri apalagi meninggalkan wilayah kerajaan Uxu semenjak dia memiliki tokonya di kota sutra merah. Jadi dia agak kurang tahu tentang perubahan negara atau kerajaan lain. Apalagi benua selatan itu luas, dengan pembagian wilayah dari tujuh negara dan tujuh kerajaan yang tidak saling bersinggungan.
Mata Vyin seketika melebar, kebanyakan bangsa dari negara lain merasa bahasa kuno mereka yang sudah diturunkan generasi ke generasi itu merepotkan dengan pengucapan yang terlalu berbelit membuat banyak negara enggan mempelajarinya.
Tapi dia mendapatkan satu disini yang dapat berbicara lancar walau sedikit tersentak.
"kau..kau tahu bahasa Heigr kuno? Baru pertama kalinya aku bertemu yang bisa selancar ini!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments