Borgol dan Penjara?

Pukul 00.00. Kres mau pulang setelah memaksa perempuan itu yang sudah diketahui bernama Merlin akhirnya mau pulang meskipun besok mau datang lagi.

"Ikut saya" kata Kres.

Sherli melihat Kres yang secara perlahan pergi dan jadi merasa tidak enak melihat tatapan Kres yang mengintimidasi. Akhirnya Sherli juga izin pergi dengan semua teman Kres dan berjalan mengikuti Kres. Sampai di tempat parkir Kres melihat terus Sherli.

"Akar semua permasalahan ini karena dia" pikir Kres sebal.

Sherli tahu Kres mau protes dan tidak senang dirinya masih ada karena memang terakhir Kres menyuruh Bapak yang menolong mengantarkannya ke terminal untuk pulang.

"Apa Bapak itu bohong?" pikir Kres.

"Kenapa kamu masih ada di sini?" tanya Kres dengan mengerutkan dahi.

"..."

"Seharusnya kamu sudah ada di kotamu. Adik tahu di sini bahaya? Adik pantas pulang bukan justru masih di sini"

Sherli menggeleng pelan.

"Lalu kalau tidak mau pulang gimana? Sepertinya penjahat tadi seorang pemerkosa. Saya tidak main-main atau cuma sekedar menakuti Adik"

Sherli terkejut dan melihat Kres masih menunggu jawabannya.

"Barang saya" kata Sherli pelan.

"Apa Adik tidak percaya saya?"

"Bukan tapi..."

"Jangan bohong sama saya. Sejujurnya kenapa?" potong Kres.

"Nanti saya dimarahi mama" kata Sherli pelan.

Kres merasa konyol mendengar alasan sederhana Sherli dan mau bicara.

"Kalau mama sudah biasa tapi papa...papa punya sakit jantung. Kalau tahu saya pulang dengan keadaan begini pasti jantungnya kambuh" kata Sherli pelan.

Kres tidak jadi bicara dan melihat terus Sherli. Akhirnya Kres tahu Sherli tidak bohong.

"...tapi tetap saja dia harus pulang" pikir Kres.

"Barang kamu sudah ditemukan. Nanti saya akan kasih lalu kamu bisa pulang"

"Tolong, Pak. Jangan paksa saya untuk pulang. Saya khawatir dengan kesehatan papa" kata Sherli memohon.

"Penjahat tadi belum berhasil ditangkap. Gimana kalau kamu dijahati lagi apalagi dengan orang yang sama? Menurut saya dia bukan mau menculik justru memperkosa kamu. Mengertilah penjelasan saya, Dik"

"Iya saya paham tapi memang tetap harus di sini, Pak. Penyakit papa saya jantung. Saya belum siap kehilangan papa"

"Jadi kamu lebih memilih mengorbankan diri kamu?"

"Maksud Pak Kres?"

"Kamu tetap di sini lalu terjadi sesuatu dengan kamu. Diperkosa..."

"Saya juga bingung harus gimana, Pak? Saya juga tidak bisa pulang karena kondisi papa" potong Sherli dengan mengeluarkan air mata.

"Terserahlah" kata Kres dengan mengerutkan dahi dan berjalan pergi.

Sejak tadi Kres berusaha sabar menjelaskan tapi Sherli keras kepala sehingga lebih memilih angkat tangan. Seketika Kres berhenti berjalan.

"Dia perempuan dan gue seorang polisi. Apa begini seorang polisi?" pikir Kres pelan.

Kres membalikkan badan dan melihat Sherli yang mulai berjalan pergi dengan pelan lalu Kres berjalan menghampiri Sherli dan berdiri di hadapan Sherli. Sherli berhenti berjalan dan melihat Kres.

"Ikut saya" kata Kres dengan berusaha sabar.

"Apa katanya?" pikir Sherli berusaha yakin tidak salah mendengar.

Kres berjalan dan merasa Sherli tidak mengikutinya maka berhenti berjalan lalu membalikkan badan dan merasa sebal.

"Tidak bisa jalan? Mau jadi patung?" tanya Kres dengan tatapan tidak senang.

Menurut Sherli tatapan Kres sinis tapi akhirnya maklum karena memang dirinya merepotkan orang lain apalagi oknum polisi. Akhirnya Sherli berjalan mengikuti Kres.

"Lho, ini mau jalan masuk lagi?" pikir Sherli.

Akhirnya memang Kres kembali ke ruang Irfan untuk bertemu dengan temannya tadi.

"Astaga. Kenapa gak sekalian tadi?" pikir Sherli.

Kres berjalan menghampiri temannya dan saling memberi hormat. Sherli merasa tidak mengerti.

"Jabatan mereka sama, bukan? Kenapa saling hormat? Setahu gue kalau sama komandan" pikir Sherli.

Kres melihat Irfan yang masih belum menunjukkan tanda sadar.

"Kasihan ya?" pikir Sherli pelan.

Sherli kembali mengingat kejadian waktu di mall.

"Eits...kenapa gue jadi kasihan sama polisi? Itu sudah jadi kewajiban polisi menangkap penjahat" pikir Sherli sewot.

Sudah hampir dua jam Sherli ada di sana dan Kres masih sibuk bicara dengan beberapa temannya.

"Apa yang dibicarakan sampai lama?" pikir Sherli menghela napas pelan.

Sherli melihat lagi Kres yang masih sibuk bicara.

"Memang. Kalau sama polisi urusannya lama. Dulu gue juga hampir tiga jam" pikir Sherli cemberut.

***

"Jangan bilang begitu kalau di hadapan Irfan" kata Kres pelan.

Kres melihat Irfan dengan prihatin.

"Gimanapun juga dia sudah berusaha. Kami juga masih terus berlatih" lanjut Kres pelan.

"Saya tidak menyalahkan siapapun. Baik kamu maupun Irfan cuma lain kali hati-hati. Cara menangkap bukan seperti itu"

"Baik. Baik" kata Kres mengangguk-angguk.

Sherli melihat Kres jalan menghampirinya dengan langkah gontai.

"Kenapa sama Pak Polisi ini? Sama sekali gak semangat" pikir Sherli.

Sherli melihat Kres berusaha menunjukkan sikap profesionalnya dan secara sekilas memang Kres terlihat baik saja tapi dari bahunya saja kelihatan kalau ada beban. Bahu yang tidak tegak lagi.

"BODO AMAT" pikir Sherli acuh.

"Ikut saya" kata Kres dengan berjalan pergi.

"Pak..."

Seketika Sherli berhenti memanggil karena percuma tidak dihiraukan.

"Jalan terus saja seperti kereta api" pikir Sherli agak sebal.

Sherli terpaksa berjalan mengikuti Kres.

"Dari tadi bilang 'ikut saya' tapi ujungnya ke mana? Gue gak paham. Ceritanya gue diajak ke manapun" pikir Sherli dengan menggaruk sebentar kepalanya.

Sherli berhenti berjalan dengan napas sedikit terengah.

"Bapak gak ngerti ya? Saya capek, Pak. Jalannya cepat sekali" pikir Sherli merengek.

"Masih mau jadi patung?"

Sherli sedikit tertegun Kres sudah naik ke sepeda motor kopling dan menunggunya untuk naik.

"Duh...tatapannya sinis lagi" pikir Sherli.

"Tidak mau, Pak" kata Sherli dengan menggeleng keras.

"Maksud kamu?"

"Ya...saya tidak mau, Pak. Memangnya saya mau diajak ke mana lagi?"

"Makanya cepat naik biar urusannya selesai"

"Kenapa ajak saya atau Bapak mau ajak saya ke terminal?"

Kres menatap Sherli datar.

"Bapak mau kalau saya pulang?"

"Naik"

"Tidak mau"

Kres menghela napas pelan.

"Pekerjaan saya tidak cuma mengurus kamu"

"Memangnya saya minta diurus Bapak?"

"Kalau bukan saya lalu siapa? Kamu mau diikuti penjahat lagi?"

"Pokoknya saya tidak mau kalau di terminal"

"Cukup nurut dan naik"

"Ke mana dulu?"

Sherli melihat Kres mulai sedikit sebal tapi masih dengan sikap tenang.

"BODOH AMAT. Daripada gue diajak ke terminal" pikir Sherli.

"Ke kantor saya"

"Kenapa ke sana? Saya mau ditahan? Masuk ke dalam penjara? Begitu?"

Kres merasa tidak mengerti.

"Maksud kamu apa? Tolong jangan membuang waktu saya" kata Kres menekan suara.

"Jawab dulu pertanyaan saya, Pak" kata Sherli memaksa.

"Cukup naik. Kenapa mesti harus ribut?"

"Bapak yang ajak ribut. Pertama. Saya tidak minta diurus Bapak jadi jangan menyalahkan saya. Kedua. Alasan Bapak ajak saya ke kantor kenapa? Apa saya berbuat salah? Kalau saya tidak mau pulang itu merupakan pelanggaran?"

Kres merasa pusing mencerna maksud Sherli karena jujur tidak ada hubungannya. Akhirnya karena terlalu sebal Kres sampai harus turun dari sepeda motornya lalu sengaja berdiri dengan jarak beberapa inci di depan Sherli sehingga membuat Sherli harus melihat jelas cetak wajah Kres walaupun sedikit menghindar karena takut dan jujur seolah tubuhnya jadi dua kali lebih pendek daripada Kres (padahal tidak begitu juga).

"Gue paling takut borgol dan penjara" pikir Sherli ngeri.

Terpopuler

Comments

Codigo cereza

Codigo cereza

Oke bangett

2024-07-28

0

lihat semua
Episodes
1 Perjalanan
2 Pertemuan Awal
3 Dikejar Penjahat
4 Tidak Menyerah
5 Borgol dan Penjara?
6 Sudah Diketemukan
7 Harus Digertak?
8 Pamit Pergi
9 Merepotkan?
10 Di Kost Itu?
11 Masih Nakal
12 Dunia Om
13 Dibawa Angin
14 Tingkatan
15 Ditagih
16 Bukan Adik Polisi
17 Tidak Buruk
18 Pulang atau Tidak?
19 Lancang
20 Ikhlas
21 Penawaran Rahasia
22 Minta Petunjuk
23 Kenalannya
24 Benar Pulang?
25 Undangan
26 Niat Baik
27 Bergejolak
28 Menang Sendiri?
29 Perjanjian
30 Tolol?
31 Sekeras Itu...
32 Sakit?
33 Sempurna?
34 Ditolak?
35 Budak Cinta?
36 Mabuk?
37 Tidak Terima
38 Tahanan...
39 Orang Spesial?
40 Minta Antar?
41 Hubungan yang Dekat
42 Seujung Kuku
43 Tidak Mengakui
44 Digoda
45 Saling Menunggu
46 Ndusel
47 Catatan Author, Kres dan Sherli
48 Kepikiran?
49 Foto Prawedding?
50 Alasan Bertahan
51 Alien?
52 Kejadian
53 Cowok Pintar Menyanyi
54 Ke Rumahnya...
55 Tergoda
56 Optimal Menjaga
57 Pemberian Semangat
58 Segar?
59 Ikatan Batin?
60 Berusaha
61 Jaga Mata
62 Rumah Sakit
63 Setahun
64 LDR?
65 Susah Dijelaskan
66 Terlalu Berat
67 Suatu Hari?
68 After : Bertemu
69 After : KDRT?
70 After : Perayaan Istrinya
71 After : Bisa Diselesaikan
72 After : Kamu Siapa?
73 After : Terkejut
74 After : Mengubah Status?
75 After : Shock
76 After : Dilacak?
77 After : Masih Muda
78 After : Tentang Cinta?
79 After : Menginap
80 After : Bukan Sembarangan
81 After : Menyiksa
82 After : Datang Ke Kantor
83 After : Polisi vs Dokter
84 After : Selalu Menunggu
85 After : Keturunan PATI
86 After : Bengkak?
87 After : Tidak Cinta?
88 After : Menerima?
89 After : Tidak Enak Hati?
90 After : Berpikir Luas
91 After : Wisuda
92 After : Sebuah Kardus
93 After : Mayat Hidup?
94 After : Lebih Sensitif
95 After : Bertindak Seenaknya?
96 After : Pribadi Ganda
97 After : Tempat Resmi
98 After : Intens?
99 After : Hanya Firasat
100 After : Bukan Prioritas
101 After : Ingkar Janji?
102 After : Kasar
103 After : Sekian Lama
104 After : Kebiasaannya
105 After : Berduka
106 After : Murung
107 After : Terpaksa Menikah?
108 After : Pernah Punya
109 After : Tidak Logis
110 After : Semua Batal
111 After : Penggambaran Sosok
112 After : Mengungkapkan Bahagia
113 After : Mesum?
114 After : Acara Reuni
115 After : Hal Tidak Berguna
116 After : Indah
117 After : Tidak Ingat
118 After : Hati Yang Jauh
119 After : Salah Menikah?
120 After : Pergi?
121 After : Secepat Ini...
122 After : Efek Koma
123 After : Saudaranya?
124 After : Rasanya...
125 After : Hukuman
126 After : Sangat Membutuhkan
127 After : Sangat Mulia
128 After : Ditusuk
129 After : Rintihan
130 After : Usaha Ingat
131 After : Keinginan
132 After : Alasannya
133 After : Mau Melepaskan?
134 After : Murni Ceroboh
135 After : Selingkuh?
136 After : Masa Lalu
137 After : Mencintainya
138 After : Janji Menerima
139 After : Percaya?
140 After : Ketika Terpuruk...
141 After : Jangan Menantang...
142 After : Hampir Mati
143 After : Yang Dibutuhkan?
144 After : Tidak Berubah
145 After : Hasil Test
146 After : Dokter Kandungan?
147 After : Rencana Sebelumnya...
148 After : Terlalu Manis
149 After : Pulang
150 After : Andai Memilih
151 After : Jadi Satu
152 After : Mendukung?
153 After : Lama Renggang?
154 After : Memaksa Berhenti
155 After : Minta Hadiah
156 After : Trauma?
157 After : Memang Bosan?
158 After : Ganas
159 After : Naluri Lelaki
160 After : Banyak Memikirkan
161 After : Egois?
162 After : Belajar Ikhlas
163 After : Perempuanku
164 Hai...
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Perjalanan
2
Pertemuan Awal
3
Dikejar Penjahat
4
Tidak Menyerah
5
Borgol dan Penjara?
6
Sudah Diketemukan
7
Harus Digertak?
8
Pamit Pergi
9
Merepotkan?
10
Di Kost Itu?
11
Masih Nakal
12
Dunia Om
13
Dibawa Angin
14
Tingkatan
15
Ditagih
16
Bukan Adik Polisi
17
Tidak Buruk
18
Pulang atau Tidak?
19
Lancang
20
Ikhlas
21
Penawaran Rahasia
22
Minta Petunjuk
23
Kenalannya
24
Benar Pulang?
25
Undangan
26
Niat Baik
27
Bergejolak
28
Menang Sendiri?
29
Perjanjian
30
Tolol?
31
Sekeras Itu...
32
Sakit?
33
Sempurna?
34
Ditolak?
35
Budak Cinta?
36
Mabuk?
37
Tidak Terima
38
Tahanan...
39
Orang Spesial?
40
Minta Antar?
41
Hubungan yang Dekat
42
Seujung Kuku
43
Tidak Mengakui
44
Digoda
45
Saling Menunggu
46
Ndusel
47
Catatan Author, Kres dan Sherli
48
Kepikiran?
49
Foto Prawedding?
50
Alasan Bertahan
51
Alien?
52
Kejadian
53
Cowok Pintar Menyanyi
54
Ke Rumahnya...
55
Tergoda
56
Optimal Menjaga
57
Pemberian Semangat
58
Segar?
59
Ikatan Batin?
60
Berusaha
61
Jaga Mata
62
Rumah Sakit
63
Setahun
64
LDR?
65
Susah Dijelaskan
66
Terlalu Berat
67
Suatu Hari?
68
After : Bertemu
69
After : KDRT?
70
After : Perayaan Istrinya
71
After : Bisa Diselesaikan
72
After : Kamu Siapa?
73
After : Terkejut
74
After : Mengubah Status?
75
After : Shock
76
After : Dilacak?
77
After : Masih Muda
78
After : Tentang Cinta?
79
After : Menginap
80
After : Bukan Sembarangan
81
After : Menyiksa
82
After : Datang Ke Kantor
83
After : Polisi vs Dokter
84
After : Selalu Menunggu
85
After : Keturunan PATI
86
After : Bengkak?
87
After : Tidak Cinta?
88
After : Menerima?
89
After : Tidak Enak Hati?
90
After : Berpikir Luas
91
After : Wisuda
92
After : Sebuah Kardus
93
After : Mayat Hidup?
94
After : Lebih Sensitif
95
After : Bertindak Seenaknya?
96
After : Pribadi Ganda
97
After : Tempat Resmi
98
After : Intens?
99
After : Hanya Firasat
100
After : Bukan Prioritas
101
After : Ingkar Janji?
102
After : Kasar
103
After : Sekian Lama
104
After : Kebiasaannya
105
After : Berduka
106
After : Murung
107
After : Terpaksa Menikah?
108
After : Pernah Punya
109
After : Tidak Logis
110
After : Semua Batal
111
After : Penggambaran Sosok
112
After : Mengungkapkan Bahagia
113
After : Mesum?
114
After : Acara Reuni
115
After : Hal Tidak Berguna
116
After : Indah
117
After : Tidak Ingat
118
After : Hati Yang Jauh
119
After : Salah Menikah?
120
After : Pergi?
121
After : Secepat Ini...
122
After : Efek Koma
123
After : Saudaranya?
124
After : Rasanya...
125
After : Hukuman
126
After : Sangat Membutuhkan
127
After : Sangat Mulia
128
After : Ditusuk
129
After : Rintihan
130
After : Usaha Ingat
131
After : Keinginan
132
After : Alasannya
133
After : Mau Melepaskan?
134
After : Murni Ceroboh
135
After : Selingkuh?
136
After : Masa Lalu
137
After : Mencintainya
138
After : Janji Menerima
139
After : Percaya?
140
After : Ketika Terpuruk...
141
After : Jangan Menantang...
142
After : Hampir Mati
143
After : Yang Dibutuhkan?
144
After : Tidak Berubah
145
After : Hasil Test
146
After : Dokter Kandungan?
147
After : Rencana Sebelumnya...
148
After : Terlalu Manis
149
After : Pulang
150
After : Andai Memilih
151
After : Jadi Satu
152
After : Mendukung?
153
After : Lama Renggang?
154
After : Memaksa Berhenti
155
After : Minta Hadiah
156
After : Trauma?
157
After : Memang Bosan?
158
After : Ganas
159
After : Naluri Lelaki
160
After : Banyak Memikirkan
161
After : Egois?
162
After : Belajar Ikhlas
163
After : Perempuanku
164
Hai...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!