HAPPY READING..
***
Udara di dalam mobil terasa aneh. pengap dan sesak padahal pendingin sudah hidup.
hanya terdengar helaan kesal dan 2 makhluk yang sama sekali tidak berniat untuk bicara apapun. mereka benar-benar bingung harus mengatakan apa. toh, tak ada yang bisa diubah sekarang. semua keputusan telah final. Mika dan Rehan akan menikah. Ya.. itulah keputusan yang diambil oleh Kakek.
walaupun sebenarnya Mika dan Rehan tak setuju dengan keputusan itu.
Tapi apa boleh buat? mereka sandiri yang mengatakan bersedia menikah kemarin. di depan Kakek dan orang tua mereka.
Mika dan Rehan sama-sama mngatakan hal yang sama di depan Kakek. hanya karena takut Kakek meninggal.
Kembali menghela nafas.
Mika melirik pria di sebelahnya. "Apa kita akan diam saja?".
Melihat Rehan tak mengatakan apapun, ia lebih baik pergi saja dari mobil itu.
"Aku bingung harus mengatakan apa..." ucap Rehan. menyandarkan tubuhnya di bangku kemudi dan memejamkan mata. "Kita sudah berjanji pada Kakek untuk menyetujuinya...".
jelas Rehan ingat dengan perkataannya kemarin.
"Jadi apa lagi yang harus kita lakukan selain menyetujui untuk menikah...".
Mika mengerutkam keningnya.
"Lalu, kau menemuiku untuk apa?" cerca Mika.
kedatangan Rehan ke Kampusnya benar-benar membuat heboh. Mika malu dan bingung harus menjelaskan siapa pria itu di depan para sahabatnya.
Kalau mereka sudah sepakat untuk mengalah pada takdir, lalu kenapa Rehan repot-repot mendatanginya seperti ini.
"Entah...".
Mika tak suka dengan jawaban Rehan. Agh, lebih baik aku pergi saja... daripada disini dan membuang-buang waktu saja.. batin Mika bicara. hendak menyentuh gagang pintu, Mika kembali terdiam mendengar ucapan Rehan.
"Apa kau yakin dengan ini?".
Sebuah pertanyaan yang terdengar aneh. tanpa berpikir sekalipun juga Mika sudha tau jawaban apa yang cocok untuk pertanyaan Rehan itu. Jelas ia tak yakin dengan pernikahan ini! apalagi pernikahan tanpa adanya cinta sama sekali. Mika tak tau kenapa juga ia mengatakan bersedia menikah. karena yang Mika takutkan hanyalah Kakek. Mika takut Kakek meninggalkannya.
"Bagaimana kalau kita buat perjanjian?" ucap Rehan terdengar masuk akal.
"Perjanjian?".
"Ya, perjanjian sebelum kita melakukan pernikahan ini..." ucap Rehan berbinar.
entah perjanjian apa yang ada dalam kepala pria itu. tapi Mika yang mendengar itu juga seperti setuju ada perjanjian diantara mereka.
"Kita buat sesuai kemauan kita masing-masing. setidaknya tidak merugikan untuk kita...".
"Oke..." jawab Mika setuju.
"Aku akan menemuimu lagi besok... siapkan poin penting mu besok..." jelas Rehan.
dan Mika pun mengangguk.
Sore itu Rehan mengantarkan Mika kembali ke rumah. walaupun terlihat aneh, tapi orang tua Mika tak menaruh curiga. justru hal yang baik jika diantara Mika dan Rehan sama-sama saling membuka diri satu sama lain.
Semalaman Mika hanya bengong di depan komputer. bingung harus menulis apa.
Apa yang sekiranya menguntungkan bagiku? batinnya bingung.
ternyata menulis poin-poin penting itu sangat sulit baginya.
"Aku hanya tak mau dia mencampuri privasi ku..." gumamnya. dan menulis kata itu menjadi poin pertama.
dan setelahnya mengalir begitu banyak ide di dalam kepala Mika. membuat gadis itu tenggelam dalam rencana kehidupannya.
***
Langit sore berubah warna akibat mendung yang telah menggantung.
Mobil Rehan telah terparkir di tempat biasa. menunggu kepulangan Mika dari kelasnya.
"Sebenarnya dia siapamu?" tunjuk Sasa pada mobil yang beberapa hati terakhir selalu berada di parkiran menunggu Mika. dia adalah salah satu sahabat dekat Mika. bukan hanya di Kampus, Sasa juga sudah bersahabat dengan Mika sejak kecil. karena ayah mereka juga berteman dalam bisnis.
"Bukan siapa-siapa..." jawab Mika. masih tak mau membagi informasi apapun tentang pria bernama Rehan itu.
Mika juga khawatir jika suatu saat nanti, kabat pernikahannya akan terdengar oleh semua orang. ia belum siap.
"Kekasihmu?" tebak Karin. sahabat Mika yang lain.
Ucapan Karin tentu saja membuat Mika bereaksi. "BUKAN!" Jawabnya dengan lantang. jelas Rehan bukan kekasihnya saat ini. pria itu hanya secara kebetulan akan menjadi suaminya. eh? tapi itu fakta bukan!
"Ahh.. ku kira kau sudah menyerah padanya..." ucap Karin bergurau.
"Apaan sih..." protes Mika. entah siapa yang mereka bahas tadi.
"Aku duluan ya.." pamit Mika pada akhirnya. berlari menuju ke mobil Rehan dan segera masuk.
Mobil itu mulai melaju ke jalanan.
"Kemana?" tanya Mika penasaran.
sedangkan yang ditanya tak menjawab. membuat Mika mengalihkan perhatiannya pada jalanan dari kaca sampingnya.
langit Ibu kita terlihat sangat gelap karena hujan turun sebentar lagi.
Di tempat inilah mereka berada.
sebuah Restoran mewah dan terdapat tempat privasi untuk tamu mereka ketika mengharaokan suasana yang tenang.
Mika dan Rehan telah duduk. memesan beberapa makanan. sambil menunggu makanan mereka terhidang di meja, Rehan mengeluarkan beberapa lembar kertas.
"Ini adalah permintaanku..." ucap Rehan yo the point.
"Sebanyak ini?" gumam Mika. padahal ia hanya membawa selembar kertas berisi poin miliknya. itupun tidak penuh.
"Punyamu?". Rehan mengatungkan tangan. meminta kertas yang Mika miliki.
dan mereka pun bertukar kertas untuk dibaca.
Sambil membaca dengan saksama dan penuh penghayatan, mereka sama-sama tenggelam dalam pemikiran masing-masing.
"Dan kenapa kau tidak menulis poin akhirnya?" tanya Rehan.
"Maksudnya?" Mika tak paham apa yang dibicarakan Rehan. Poin akhir? apa maksud ucapannya itu? batinnya.
"Kau tidak menambah Poin untuk kemungkinan yang akan kita lakukan nanti?" tanya Rehan.
"Ha?".
Rehan menghela nafas. benar, gadis di hadapannya ini masih muda. tentu tak paham apa kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada pernikahan mereka nanti.
"Perceraian..." ucap Rehan.
"Maksudmu, kita akan bercerai nanti?" Mika balik bertanya.
"Apa kau ingin hidup sampai tua bersamaku?" cerca Rehan.
"Eee" jawab Mika tegas. Sial! bagaimana aku bisa menanyakan hal itu tadi? dan benar, kita kamu tidak saling cinta... bagaimana aku bisa hidup dan menghabiskan usiaku bersamanya nanti? yang benar saja!
"Sepertinya kau memang suka bermimpi untuk berumah tangga dengan ku ya..".
"Ma-mana ada!" jawab Mika gugup. lebih tepatnya malu. mebgutuk dirinya sendiri kenapa harus bertanya seperti itu tadi. memalukan!
"Baiklah, aku akan menulisnya..." jawab Mika. menarik kembali kertas miliknya menambahkan kata perceraian dalam poin-poin setelahnya.
"Beranak... apa-apaan ini..." protes Rehan. lucu melihat untaian kata yang ditulis Mika. "Bukannya kau lahir menetas ya?" ejeknya.
Apa dia beranggapan kalau aku anak ayam? sorot mata Mika bicara.
"Dan siapa juga yang berharap memiliki anak dari pernikahan ini? ngaco..." tambah Rehan.
"Ya untuk jaga-jaga kan.. bisa saja kau tidak sadar dan menganiaya diriku sampai hamil..." ucap Mika mencari pembelaan.
"Cih.. walaupun aku begini, tapi tetap milih-milih juga dalam mencari wanita..." cerca Rehan.
"Terserah, tapi aku tetap populer di kalangan laki-laki normal!" timpal Mika tak mau kalah.
"Berarti kau mengataiku tidak normal begitu?" protes Rehan tersinggung dengan ucapan Mika.
"Yeee.. aku tidak mengatakannya ya..." Mika tak mau disalahkan. memalingkan muka tak sudi melihat ke arah pria di depannya itu.
"Tanda tangan..." perintah Rey.
"Kenapa?".
"Jangan banyak bertanya.. tanda tangani saja, bawel sekali...".
Rehan kesal karena Mika terus saja membantah ucapannya.
"Ck...".
Perjanjian pun di sepakati. di bawah tertera tanda tangan dan nama mereka masing-masing.
"Kau saja yang simpan..." perintah Rehan.
"Kenapa?".
Rehan memejamkan mata sambil mengepalkan tangan. "Kau ini cerewet sekali ya..." ucapnya kesal.
"Baiklah baiklah... aku yang simpan..." jawab Mika tanpa membantah lagi.
Bersamaan dengan itu, pelayan pun menghidangkan makan malam bagi mereka. setelahnya hanya terjadi makan malam biasa sampai Rehan kembali mengantarkan Mika pulang seperti hari sebelumnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Yuni Setyawan
blm nikah dah bahas cerai,nanti kalo dah nikah bucin akut tau rasa🤣🤣🤣
2024-07-31
0