"Kenapa mendadak Odala.?" tanya wanita paruh baya yang masih cantik diusianya.
"Tidak mendadak nyonya, karena sebelumnya saya sudah mengajukan risigh." Jawab Odala dengan nada ramah.
Narasya hanya bisa menghela napas. Wanita itu tak rela jika Odala asisten rumah tangganya yang sudah ia anggap seperti keluarga sendiri itu mengundurkan diri.
"Tapi Odala-"
"Sayang," Tuan Armano menggelengkan kepalanya saat istrinya akan kembali bicara.
"Sayang, aku hanya-" Nyonya Narasya tampak benar-benar tak rela, tatapan matanya terlihat sendu.
"Maafkan saya nyonya tuan, saya hanya ingin dekat dengan putri saya." Odala memberi alasan.
Narasya tampak tak bisa berkata-kata, wanita itu mendekati Odala dan memeluknya.
"Aku berharap Lily kembali, dan menjadi bagian dari kelurga Axellano." Ucap Narasya lirih.
Narasya menggenggam tangan Odala erat, "Sampaikan salam ku pada Lily, kami pasti akan berkunjung jika ada perjalanan ke London."
*
*
"Dayana pastikan semua berjalan lancar." Lily berucap lewat sambungan telepon, wanita itu sedang berada di kampus menunggu jam pulang.
Lily menyuruh Dayana untuk mengantar ibunya, karena hanya Dayana yang bisa Lily percaya.
"Tentu saja semua aman Lily, aku melakukan apa yang kau suruh, membeli dua tiket dengan tujuan berbeda dan aku menggunakan nama saudara ku," Dayana terkekeh diseberang telepon membuat Lily tersenyum.
"Maafkan aku Dayana, aku merepotkan mu." katanya dengan nada tak enak.
"Tidak masalah, hanya saja kau berhutang penjelasan dengan ku Lily."
Lily mengangguk, "Ya, aku tahu itu, dan aku menunggu kedatangan kalian."
"Dayana."
"Sudah dulu, bibi sudah kembali dari toilet, kamu baik-baik di sana kami akan segera datang."
"Baiklah hati-hati."
Lily mematikan sambungan telepon, menghela napas Lily menatap perutnya dan mengusapnya lembut.
"Kita akan hidup bersama dengan nenek, di negara ini kita akan memulainya bersama." Ucap Lily.
Amerika Serikat, Lily akan menguntungkan hidupnya di negara itu. Menjauh dari masa lalu yang mungkin sangat Lily rindukan dimasa nanti.
Dengan penuh keyakinan Lily akan meninggalkan semua yang berhubungan dengan masa lalu, hanya saja Lily lupa jika dalam dirinya semayan janin dari sebagian masa lalunya.
"Lily are you ok!"
Lily menatap pria yang berdiri di depannya dengan senyum kaku.
"I'm fine, Alex."
Pria bernama Alex itu mengangguk, "Ayo pulang, kebetulan jam kelas ku kosong,"
Lily mengangguk, wanita itu berdiri dari duduknya dan berjalan keluar.
"Alex, kau tidak malu dilihat orang-orang?" tanya Lily saat keduanya berjalan di koridor menuju parkiran.
"Why?" Tanya Alex balik. "Apa aku begitu memalukan bagimu?" Alex menatap Lily dengan alis terangkat.
"No, bukan itu!" Lily mengerakkan tangannya sebagai penolakan. "Lihatlah anak-anak melihat ku seperti melihat binatang memalukan karena berjalan dengan dosen favorit mereka." Terang Lily dengan senyum tipis.
"Ohh.. astaga Lily," Alex tampak memutar kedua matanya malas.
"Kamu dosen favorit mereka semua, dan sepertinya mereka mulai tak menyukaiku sejak berjalan denganmu seperti ini." Terang Lily.
Alex hanya terkekeh, pria berkacamata itu dan memiliki bulu rahang tipis itu terlihat biasa saja tak merasa terganggu.
"Biarkan saja, kalau ada yang menganggu mu kamu bisa katakan padaku." Terang Alex.
"Mr Alex!"
Suara nyaring dari arah belakang membuat keduanya menoleh, dan seorang wanita cantik berlari kecil mendekat.
"Ini sapu tangan anda tadi ketinggalan di ruangan saya." Ucap wanita berambut blonde itu dengan senyum mengambang.
Lily memeluk buku ditangannya dengan senyum menyeringai, membuat Alex justru kesal melihatnya.
"Sorry, that's not mine. That belongs to the driver I happened to be bringing."
"Maaf itu bukan punya saya, itu punya supir yang kebetulan saya bawa."
Wajah wanita berambut blonde itupun seketika retak dan menjadi jelek, Alex menggandeng Lily untuk meninggalkan wanita yang sedang menahan kekesalan itu.
"Kamu sungguh mematahkan hatinya Lex," ucap Lily terkekeh menggoda.
Membuat wajah Alex kian kesal.
.....
"Bagaimana Tuan, sudah waktunya untuk ke bandara." Ucap Samuel sambil menatap arloji yang melingkar di tangannya.
Tiga puluh menit lagi pesawat yang akan membawa mereka pulang berangkat, dan Samuel melihat Rigel yang masih duduk dengan tatapan lurus di sini.
"Apa dia benar-benar membenci ku." Guman Rigel mengingat perkataan Lily malam itu.
"Aku membencimu Rigel."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Ila Lee
pasti ibu odala terkejut Lily hamil
2025-02-21
0
Tuti Tyastuti
ibu odala kaget lily hamil
2024-09-29
0
Ita rahmawati
gk benci cuman kesel 🤭
2024-09-29
0