Meski Lea tidak tahu apa yang akan di lakukan di pelabuhan, sedikit mahir dia menembak karena latihan beberapa menit lalu dengan saudaranya. Dia ikut dalam mobil Leo yang di belakangnya juga ada beberapa mobil lagi, entah mau apa mereka semua. Lea tidak tahu.
"Leo, kita mau kemana?" tanya Lea.
"Menjemput barang yang baru sampai," jawab Leo.
"Barang apa?" tanya Lea lagi.
"Kita lihat saja nanti di sana, kenapa kamu banyak bertanya? Bukankah kalau sudah masuk ke kelompok kami ini, kamu harus menurut dan jangan banyak tanya," ucap Leo kesal dengan saudaranya itu.
"Ck, aku berbeda dengan anak buahmu itu. Apa kamu menganggapku orang lain?" tanya Lea.
"Ya tidak, aku masih menganggapmu adikku. Tapi kalau urusan pekerjaan ini, jangan banyak tanya. Karena itu tidak baik denganmu, banyak bertanya akan jadi bahaya bagimu," ucap Leo lagi.
"Ck, padahal aku hanya bertanya saja. Aku tidak tahu apa pekerjaanmu, apakah kamu juga seorang mahasiswa jika siang hari," ucap Lea ikut kesal juga dengan sikap kembarannya.
"Aku sudah lulus dalam pendidikan, buat apa aku kuliah lagi," ucap Leo.
"Setidaknya untuk masa depanmu, bukankah tidak selamanya kamu menjadi seorang mafia?" tanya Lea.
"Masa depanku sudah tertulis dari kecil, paman Stanley selalu mengatakan semuanya akan jadi milikku, tidak perlu lagi belajar," ucap Leo dengan santainya.
"Hei, kenapa kamu menyepelekan pendidikanmu? Aku rasa aku sangat beruntung di asuh oleh papa Allan dan mami Maya karena aku harus memiliki pendidikan tinggi," ucap Lea.
"Lalu sekarang? Apa kamu kesini bukankan meninggalkan pendidikanmu?"
"Ya, hanya sementara saja. Nanti juga aku akan melanjutkan lagi pendidikanku," jawab Lea.
"Sudahlah, tidak perlu membicarakan pendidikan. Kita itu sudah di takdirkan untuk balas dendam sama orang yang telah menghancurkan keluarga kita, menghancurkan semuanya. Jadi kita fokus saja dengan balas dendam kita itu," ucap Leo.
Lea diam, dia menarik napas panjang memandang jalanan malam yang sepi di setiap jalur utama jalan kota. Mobil mereka menuju pelabuhan, Leo bersiap dengan senjatanya yang sudah dia bawa dari markasnya.
"Leo, apa kamu tahu gelang itu isinya apa?" tanya Lea.
"Kenapa kamu tidak membuka sendiri gelang itu? Kamu akan tahu apa isinya," ucap Leo.
"Ck, kenapa kamu bersikap dingin seperti itu padaku kalau bicara?"
"Aku memang seperti ini, kalau kamu tidak suka dengan sikapku ini. Lebih baik kamu kembali saja ke Amerika sana," ucap Leo.
"Menyebalkan sekali, seharusnya bertemu dengan saudara kembar itu mengharukan dan penuh rasa rindu. Kenapa kamu begitu dingin, bahkan kamu langsung mengajakku untuk masuk ke kelompok mafiamu itu," ucap Lea kesal dengan Leo.
Leo hanya tersenyum miring, sesungguhnya dia memang sangat senang bisa bertemu lagi dengan saudara kembarnya. Bisa berkumpul lagi dan akan mencari ibunya yang entah ada di mana, satu-satunya bukti dan sebagai tanda pengenalnya adalah gelang itu. Jadi gelang yang dia miliki juga Lea tidak boleh hilang begitu saja.
"Kamu harus menjaga gelang itu agar jangan sampai hilang, itu nanti sangat di butuhkan jika mencari mama kita di sana," ucap Leo.
Lea menatap kembarannya, lalu memegangi gelang di tangannya. Memainkannya di putar-putar, membayangkan seperti apa wajah mamanya itu.
_
Suara tembakan beruntun ke arah mobil Leo membuat kaget Lea, gadis itu berlindung di belakang mobil hitam tersebut. Di depannya Leo sedang membalas tembakan dari musuh yang secara tiba-tiba memberondong mobilnya ketika datang itu.
Leo kesal sekali kini dia di jebak datang ke pelabuhan untuk mengambil barang, nyatanya dia di berondong oleh beberapa senjata yang sejak tadi siap menyerangnya.
"Sial, ternyata mereka menjebakku. Rupanya ada yang menjadi penghianat di kelompok kita," ucap Leo menatap tajam sekeliling.
"Tuan, mungkin waktu itu ada yang menguping pembicaraan kita itu. Saya curiga orang yang telah menguping waktu itu telah membocorkan rencana kita," kata anak buahnya.
"Siapa dia?"
"Mungkin yang waktu itu beberapa minggu lalu datang dan ingin masuk ke kelompok kita," ucapnya lagi.
"Hmm, apa paman Stanley tahu?" tanya Leo.
"Saya rasa tuan Stanley tidak tahu, karena tuan sedang berada di Italia."
"Ya, sebaiknya kita selesaikan saja. Jangan sampai paman Stanley tahu masalah ini, kalau di kelompok kita ada penyusup. Oh ya, dua orang kakak beradik itu di mana?" tanya Leo.
"Mereka di kirim ke Spanyol, ikut dengan tuan Alvin."
"Kenapa kamu bawa mereka dengan Alvin?"
"Leo, apa yang kamu maksud itu Cathy dan Edward?" tanya Lea.
Leo menoleh ke belakang menatap adik kembarnya itu, lalu menatap ke depan. Tidak ada suara senjata api lagi, mungkin mereka sedang mengawasi Leo dan kedua orang di belakangnya.
"Bagaimana bantuan yang akan datang? Apa mereka sudah bergerak?" tanya Leo.
"Ya tuan, mereka sedang kesini."
"Leo, bagaimana dengan Cathy dan Edward? Kenapa kamu kirim mereka ke Spanyol?" tanya Lea lagi.
"Mereka harus belajar menghadapi orang-orang lebih kuat dari mereka, setelah mereka kembali pasti akan ikut dengan kita Lea. Kamu jangan cemas seperti itu, mereka itu di latih untuk selalu waspada. Dan sekarang waktunya mereka di gunakan kemampuannya," jawab Leo.
Lea mendengus kasar, kesal sekali kenapa Leo mengirim kedua pengawalnya itu ke Spanyol dan tidak menemui dirinya lebih dulu.
Kembali tembakan di layangkan ke arah mobil Leo, mereka bergerak menghindar lebih dulu. Leo menarik tangan Lea agar pergi mengikutinya sebelum para musuh itu bergerak maju.
Mereka berlari menghindar berondongan peluru mengarah padanya.
"Sial, kenapa jadi begini? Mereka terlalu banyak, kemana yang lainnya?" tanya Leo.
"Saya lihat tadi ada yang kena tembakan juga tuan, kita sebaiknya mundur saja. Nona Lea serahkan sama saya," kata anak buah Leo.
Leo menatap anak buahnya, lalu beralih pada adiknya. Ragu dia menyerahkan Lea pada Jhon anak buahnya.
"Tidak, sebaiknya Lea denganku. Kamu awasi mereka, dan ambil mobilku itu di depan," ucap Leo memerintah Jhon.
"Tapi tuan, mereka banyak sekali," ucap Jhon.
Leo bingung, memang ada beberapa orang maju dengan mengendap dan kembali menyerang mereka. Tidak mungkin juga Jhon mengambil mobil yang tadi di tinggal di antara petikemas itu.
Salah satu orang yang tidak di ketahui keberadaannya sudah dekat dan mengarahkan senjatanya pada Leo. Lea yang mengetahui ada orang yang mengarahkan senjatanya pada Leo pun berteriak.
"Leo awas!"
Dor! Dor! Dor!
_
_
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
C2nunik987
yuuk ahhhh Leo gercep tembak balik hbska musuhmu ....uncle Stanley memang bnr bnr terbaiks
2025-01-26
0
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
nah bener tuh di takdirksn untuk balas dendam
2025-01-12
0
Astuti Setiorini
knp lea blm sehebat leo...jgn2 pengkianatnya jhon
2024-10-10
0