Albert diam di dalam kamar tempat persembunyiannya. Jika dia bisa melawan, sudah sejak dulu dia berani maju dan berkelahi. Namun, dia hanya bisa memukul dan menendang sembarang arah. Albert bukannya tidak mau keluar dan melawannya, tapi memberi waktu Maya pergi membawa kedua anaknya untuk bertemu dengan Stanley. Pistolnya juga masih di tangan dan siap untuk menembakkan pada orang-orang yang mencarinya.
Maka, matanya melirik ke jam yang melingkar di tangannya. Sudah setengah jam sejak Maya pergi, dia pun masih bertahan di persembunyiannya. Menunggu orang-orang itu menemukannya.
Brak!
Gubrak!
Pintu di tendang oleh orang-orang yang mencarinya. Albert pun terjatuh bersamaan dengan daun pintunya karena pintu itu di dorong dengan kuat. Pistolnya terlepas, Albert menyingkirkan daun pintu yang menutupi tubuhnya, dia pun bangkit dan menatap kelima orang yang sedang menatapnya. Pistol yang jatuh tadi di ambil cepat oleh anak buah orang yang mencarinya, tatapan tajam Albert tunjukkan pada kelima orang tersebut.
"Bawa dia ke depan!" teriak orang yang jadi bosnya.
Lalu, dua orang menarik kedua tangan Albert dan menyeretnya keluar dari ruangan itu. Albert berontak melepaskan diri, tapi kedua orang yang menyeretnya justru memukul tengkuknya hingga Albert pingsan.
"Rasakan itu! Makanya jangan coba-coba melepaskan diri!" teriak satu orang yang menariknya.
"Hei! Kamu apakan dia?!" teriak bosnya dengan menunjuk tangannya, matanya melotot tajam.
"Dia berontak bos, jadi saya pukul leher bagian belakangnya. Dia pingsan." jawab anak buahnya merasa takut di pukul oleh bosnya.
"Huh, kamu mengulur waktu saja, ikat dia di kursi itu." kata bosnya lagi.
"Baik bos." kata anak buahnya.
"Yang lainnya ikut denganku mencari istrinya si Albert itu." katanya lagi.
"Baik bos!"
Kemudian kedua orang itu mendudukkan Albert lalu mengikatnya dalam keadaan pingsan. Mereka meninggalkan Albert, hanya satu orang yang menjaga Albert sampai dia bangun. Sedangkan ke tiga orang lainnya dengan bosnya itu mencari Larasati.
Darah segar mengalir dari mulut dan pelipis tuan Albert akibat pukulan keras dari anak buah para pengejar itu. Laki-laki itu pingsan, kedua tangan dan kakinya terikat. Dia di tinggalkan begitu saja dengan tangan dan kaki di ikat kuat.
Sedangkan Larasati dan Mirna yang belum tahu keadaan rumah mereka tempati sudah di temukan oleh orang-orang yang mengejarnya, kini mereka berjalan menuju dusun. Semua orang dusun menatap Larasati dan Mirna dengan heran, Mirna di tatap seperti itu pun penasaran dan bertanya pada orang yang menatapnya.
"Ada apa kalian menatap kami seperti itu?" tanya Mirna.
"Rumah kosong itu di temui oleh orang-orang asing. Mereka juga mencari kalian juga." kata perempuan yang di tanya Mirna.
"Siapa mereka, Mirna?" tanya Larasati.
"Saya tidak tahu nyonya, tapi sepertinya mereka yang mengejar kita sewaktu di kota dan sampai juga di dusun itu." jawab Mirna segera berkemas.
"Lalu, bagaimana dengan anak-anakku?!" tanya Larasati cemas. Dia ingin bergegas dari duduknya dan hendak pergi dari tempatnya.
"Tunggu nyonya, tadi saya lihat perempuan satunya lari membawa kedua bayi anda." kata perempuan yang baru datang dari kebunnya memberitahu Larasati.
"Mirna, ayo kita cari anakku. Itu pasti Maya yang membawanya pergi." kata Larasati bergegas menyelesaikan urusannya di sungai.
"Bagaimana dengan tuan Albert, nyonya?" tanya Mirna.
Larasati berhenti, dia bingung. Antara mencari kedua anaknya dan suaminya. Berpikir sejenak, lalu Mirna menarik tangan Larasati untuk lari karena ketiga orang yang dia kenal itu mendekat padanya mengejar keduanya.
"Nyonya, ayo lari!" teriak Mirna menarik tangan Larasati.
"Jangan lari kalian! Kejar mereka!" teriak sang bos itu lantang pada anak buahnya.
Ketiga anak buahnya pun mengejar Mirna dan Larasati yang lari dengan kencang. Mereka lari ke arah semak-semak untuk bersembunyi. Tapi rupanya salah satu anak buah itu menodongkan pistolnya ke arah kaki Mirna dan Larasati bergantian.
Dor! Dor!
"Aaaduuh, nyonya!" teriak Mirna tersungkur.
Larasati pun mendekat, dia melihat Mirna kakinya berdarah karena terkena tembakan tadi. Ketiga anak buahnya itu langsung menyeret Larasati dan meninggalkan Mirna yang kesakitan karena terkena tembakan.
"Mirna! Lari, selamatkan anak-anakku!" teriak Larasati.
"Nyonya! Jangan bawa nyonya Larasati!" teriak Mirna tangannya memegangi kakinya yang di tembak itu.
"Jangan pedulikan aku Mirna, kamu cepat lari. Beritahu Stanley!" teriak Larasati lagi.
"Diam kamu!"
Mirna di pukuli setelah dia bangkit lalu tertangkap lagi, kali ini dia tidak melawan dan kini kembali di kumpulkan dengan majikannya. Dua orang laki-laki itu menarik tangan Mirna dengan kasar, menyeretnya layaknya seekor binatang yang lemah karena tertembak.
Mirna mencoba menggapai tangan Larasati. Dia merasa kasihan dengan majikannya, tidak peduli dengan kondisi kakinya Mirna berusaha mendampingi majikannya.
"Rupanya kamu ingin mati dengan majikanmu itu ya. Rasakan ini!" teriak laki-laki berwajah garang memukul Mirna.
Bug! Bug!
"Aaah!"
"Mirnaa!"
_
_
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
雅婷郭
kasian bnget demi warisan smpe segitunya yaaaloh klo dioikir2 mndg punya orang tua yg g punya warisan aja ea
2025-01-26
0
C2nunik987
ya ALLAH mrk Larasati dan Mirna apa ga bawa pistol juga ?😭😭😭
2025-01-25
0
Aditya HP/bunda lia
koq sepi padahal seru lho ini
2024-08-01
0