Pagi hari, Maya dan Mirna sudah siap memandikan si kembar. Stanley mencari kayu bakar dan mencari wadah yang bisa untuk memasak air, agar si kembar mandi dengan air hangat. Beberapa daun-daunan yang bisa di jadikan ramuan untuk mengeringkan tali pusar di tumbuk dan di tempelkan di pusar.
Mirna memang sedikit tahu tentang merawat bayi, karena dia terkadang di mintai oleh tetangganya yang di kampung sebagai dukun bayi. Mau tidak mau dia tahu sedikit apa yang di lakukan oleh dukun bayi di kampungnya jika ada yang minta bantuan melahirkan. Terkadang dia juga yang mencari rempah-rempah atau jamu oleh dukun bayi untuk ibu yang melahirkan atau bayi yang baru di lahirkan.
Larasati pasrah saja ketika kedua anaknya itu di urus oleh Mirna sesuai apa yang dia ketahui. Meski dia juga ragu, tapi di situasi dan keadaan yang memang terbatas. Maka Larasati dan Albert hanya menurut saja.
Di tengah hutan belantara mereka lari dari kejaran orang-orang yang mengincar keluarga Albert. Entah Albert tidak tahu siapa mereka, tapi dia menduga kalau orang-orang yang mengejarnya dan membakar rumahnya itu adalah suruhan adiknya.
Berawal dari perebutan warisan dari orang tua Albert dan adiknya, Demian. Sebenarnya orang tua Albert itu memberi kekayaan sama rata. Albert tinggal di Indonesia karena dia menikah dengan Larasati, jadi dia memutuskan pindah ke Indonesia. Sedangkan Demian menikah dengan orang Singapura.
Belakangan di ketahui kalau Demian datang ke Indonesia untuk merebut kekayaan Albert. Dia mengira Albert di beri harta lebih dari ayahnya, tapi itu salah. Karena Albert menginvestasikan hartanya ke berbagai negara, dia bisa mendapatkan keuntungan lebih besar.
"Mas, kamu sudah sarapan?" tanya Larasati.
"Apa ada makanan untuk di makan sayang?" tanya Albert.
"Ada, Maya menemukan kebun singkong liar. Dia mengambilnya dan membakarnya. Ayo makan singkong dulu, untuk mengganjal perut pagi ini. Semuanya sudah makan, kecuali kamu." kata Larasati.
"Baiklah, ayo berikan singkong bakarnya." kata Albert.
"Maya, mana singkong bakar untuk mas Albert?" tanya Larasati.
"Ini nyonya, ada dua buah. Lumayan untuk mengganjal perut tuan Albert." kata Maya menyerahkan singkong bakar pada Larasati.
"Terima kasih Maya." kata Albert.
Dia lalu memakan singkong bakar yang di berikan oleh Larasati. Mengupasnya lalu memakannya. Rasa perih di perutnya sejak semalam terobati dengan makan singkong bakar dua buah. Itu lumayan untuk menambah tenaga dirinya yang sejak dua hari berjalan dan berlari menghindar dari kejaran orang-orang tak di kenalnya.
Albert memutuskan tinggal sementara di tengah hutan itu, di gubuk untuk tidur anak dan istrinya. Sedangkan dirinya hanya tidur di bawah beralaskan daun-daun kering sama seperti Stanley dan juga kedua pelayannya. Meski pun terasa dingin mencekam, mereka bisa menahan rasa dingin yang membuat tubuh menggigil tersebut.
Tapi lambat laun semua jadi terbiasa dengan suhu dingin di tengah hutan. Sudah seminggu mereka tinggal di hutan tersebut, Stanley menemukan sebuah perkampungan di hutan tersebut. Bukan perkampungan, tapi hanya dusun kecil yang di huni beberapa rumah dan penduduk sedikit.
Kehidupan di sana juga jauh dari kata mewah, ataupun biasa. Lebih sederhana, hanya aliran listrik yang bisa masuk ke dusun tersebut. Itu pun tenaga listriknya dari aliran sungai di sungai yang kebetulan tidak jauh dari dusun.
"Apa kita masuk dusun saja tuan?" tanya Stanley.
"Jika aman, kita tinggal di dusun saja. Mungkin orang-orang itu tidak akan tahu di tengah hutan ada dusun kecil, dan kita hidup di sana. Aku akan mencari tahu nanti setelah istri dan anakku selamat dan menetap di dusun itu." kata tuan Albert.
"Baik tuan. Saya juga akan cari tahu tentang mereka siapa. Aku berpikir itu perbuatan adik anda." kata Stanley.
"Aku juga berpikir seperti itu, Stanley." kata tuan Albert.
Mereka pun masuk ke dusun tersebut, meminta izin pada orang yang di anggap sebagai tetua di sana. Para penduduk di sana merasa aneh, kenapa ada orang kota mau tinggal di dusun yang terpencil. Tapi penduduk itu menerima keluarga tuan Albert dan ketiga pelayannya menetap sementara di dusun tersebut.
_
Albert sedang berjalan menuju dusun tempat tinggalnya kini, dia telah mendapatkan beberapa baju setelah dia bisa keluar dari hutan dengan berjalan satu hari satu malam. Sengaja dia pergi sendiri, dan hanya Stanley yang menjaga anak dan istrinya serta kedua pembantunya.
Dalam perjalanan, dia melihat ada rombongan orang yang dulu mengejarnya serta istrinya. Dia diam dan terpaku, dengan cepat dia bersembunyi di balik semak-semak sambil mendekat. Ingin tahu siapa mereka dan apa yang akan mereka lakukan setelah bertemu dengannya.
"Bagaimana bos? Apa mereka masih di dusun kecil itu?" tanya salah seorang anak buahnya.
"Ya, menurut penduduk di sana. Ada pendatang yang masuk ke dalam dusun mereka, dan asing bagi penduduk di sana. Jadi kesimpulannya mereka adalah keluarga Albert dan ketiga pelayannya itu." kata laki-laki yang di sebut bos itu.
"Lalu, apa kita akan langsung membunuh mereka?"
"Tentu saja, bahkan kedua bayi itu harus di musnahkan. Itu menurut bos besar, kita harus menjalankan perintah bos besar." katanya lagi.
"Baiklah bos, tapi kita akan mendapatkan bonus kan setelah membunuh semuanya?" tanya anak buahnya.
"Tentu saja kita akan dapat bonus besar. Ayo kita ke dusun itu."
"Tapi kita tidak tahu jalan menuju dusun tersebut." kata anak buahnya lagi.
"Heh! Kamu ikuti jalan setapak yang menuju dusun tersebut, kamu goblok sekali sih?!" kata bosnya itu.
Kemudian, anak buahnya segera berjalan mengikuti jalan setapak berurutan. Di belakangnya yang di sebut bosnya berjalan dengan cepat untuk mendahului anak buahnya. Albert mengikuti dari belakang, dia harus segera berjalan agar bisa sampai lebih dulu sebelum rombongan orang-orang yang akan membunuhnya dan kedua anak serta istrinya sampai lebih dulu.
Albert mencari jalan lain, dia berlari sekencang mungkin agar cepat sampai. Kantong di tangannya tetap dia pegang dengan kuat agar tidak jatuh. Jatuh bangun Albert tidak dia hiraukan. Yang terpenting dia sampai lebih dulu di dusun itu.
Benar saja, dia sampai lebih dulu. Mendekat pada sebuah rumah terlihat kosong, hanya ada Maya dam kedua anaknya. Dia bergegas mengemasi barang-barangnya, membuat Maya yang menunggui anaknya jadi heran.
"Tuan Albert, ada apa?" tanya Maya kaget dengan napas memburu laki-laki itu karena berlari sejak dari pertengahan hutan.
"Maya, cepat kamu bawa anakku dua-duanya. Selamatkan mereka sebelum mereka sampai kemari dan membunuh keluargaku. Mereka semua tahu kita berada di tempat ini." kata Albert dengan cepat.
"Tapi tuan, nyonya Larasati masih di sungai dengan mbak Mirna. Stanley juga sedang pergi mencari kayu bakar." kata Maya panik.
"Jangan menunggu mereka lagi, cepat kamu bawa anak-anakku. Aku akan menghalangi mereka semua. Oh ya, kamu temui Stanley. Dia tahu apa yang akan di lakukan setelah keadaannya terdesak." kata Albert.
Dia mengambil barang yang selalu di bawanya itu. Lalu di berikan pada Maya, sedangkan Maya bingung membawa kedua anak kembar itu bagaimana menggendongnya. Tapi dia mencoba agar kedua anak majikannya bisa di bawa keduanya.
"Maya cepat! Meraka sudah masuk ke dusun ini!" teriak Albert.
"Iya tuan, jaga diri tuan baik-baik." kata Maya merasa khawatir dengan majikannya itu.
"Kamu tenang saja, aku akan mencoba menghalangi mereka. Setidaknya mereka tidak dapat mengejarmu, cari Stanley dan berikan surat di dalam kotak itu padanya." kata Albert lagi.
Maya pun keluar dari pintu belakang, dengan kesusahan dia berlari menggendong kedua bayi kembar itu. Membawa satu dus susu formula yang di beli oleh Albert untuk persiapan anaknya. Sementara itu, di rumah Albert bersembunyi dari kelompok yang tadi dia lihat pun mendekat ke rumah itu dan mendobrak pintunya. Anak buahnya membantu bosnya membuka pintu dengan mendorongnya kuat.
Brak!
Pintu terbuka, Albert masih bersembunyi di belakang pintu kamarnya. Dengan dada berdebar dia menahan nafasnya agar tidak menimbulkan suara. Pistol yang sejak dari rumah dan kabur selalu dia bawa, kini di keluarkan untuk berjaga-jaga.
"Keluarlah Albert!"
Gubrak!
_
_
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Tara
wah jadi anak kembar ..enak ada saudara daripada jadi anak tunggal 🤔
2025-02-04
1
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
ohh semua ternyata berawal dari warisan .. adik tega bunuh kakak sendiri .. astaga bener bener gilaaa
2025-01-10
0
C2nunik987
papa Albert bertahanlah kasian anak istrimu 🙈🙈😭😭
2025-01-25
0