bab 2 Pasrah

Aazeena duduk termenung di bangku taman kota yang tak jauh dari butik miliknya. Suasana sore itu ramai dengan tawa dan riuh anak-anak yang bercanda bersama keluarga mereka. Mereka berlari kesana-kemari, membagi kebahagiaan tanpa beban. Namun, di antara keramaian itu, mata Aazeena menatap kosong ke depan, seolah menghadirkan keheningan yang dalam dibalik wajahnya yang lembut dan berhijab rapi.

Namun, siapa sangka hati yang terlihat tenang itu sebenarnya sedang bergolak. Pikirannya melayang kembali pada kejadian kemarin yang seketika menghancurkan segalanya. Pernikahannya dengan Cemal batal begitu saja. Teringat malam itu saat kedua orang tua Cemal datang ke rumahnya, wajah mereka penuh kesedihan yang tak bisa mereka sembunyikan. Bahkan aazeena ikut merasakan beratnya pilu yang menyelimuti malam itu.Aazeena sudah lama menganggap mereka seperti orang tua sendiri.

Ia menghormati dan sangat menyayangi mereka berdua, begitu juga mereka kepada Aazeena, penuh kasih dan perhatian. Namun, Cemal belum juga berani mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa hubungan mereka telah berakhir. Ketika aazeena membeberkan alasan batalnya pernikahan kepada mereka, ibu Cemal, nyonya Wita, menangis tak mampu menahan sakit hati dan kekecewaannya. Wita sempat tidak percaya ketika Rafiq dan Abiyan menceritakan tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Cemal. Tapi setelah Aazeena membuka semuanya dengan jujur, Wita akhirnya menerima kenyataan itu. Dia sangat menyayangi Aazeena karena kejujuran dan kelembutan gadis itu, membuatnya merasa beruntung telah menemukan calon menantu yang baik. Semua itu kini hancur berantakan oleh ulah anaknya sendiri.

Wita yang selama ini sangat percaya kepada Cemal, kini harus menanggung malu dan kecewa mendalam atas tingkah laku putranya.Setelah pembicaraan panjang bersama keluarga malam itu, Aazeena mengumumkan keputusannya untuk membatalkan pernikahan. Ia langsung naik ke kamar dengan hati yang lelah, tubuh yang letih, dan pikiran yang kacau. Ia bahkan tak ikut sholat Isya berjamaah dengan keluarga, memilih sholat sendirian dalam keheningan kamarnya.

Namun saat ia hendak memejamkan mata, ketukan pintu yang pelan membuatnya terkejut. Abiyan, kakaknya, memanggilnya untuk segera turun. Di bawah, kedatangan kedua orang tua Cemal sudah menunggu.Ternyata ayahnya segera menghubungi mereka setelah mendengar keputusan Aazeena, meminta mereka datang ke rumah secara mendadak.

Di kediaman keluarga Wijaya, mereka panik dan bertanya-tanya apa yang membuat undangan mendadak itu muncul. Namun sebagai orang tua yang menghormati keputusan keluarga Aazeena, mereka datang ke mansion keluarga Damian.

Setelah cukup lama duduk termenung di taman, sore itu Aazeena memutuskan untuk pulang. Ia tak ingin terlalu lama berada di luar karena ibunya sudah memperingatkan agar ia pulang sebelum jam lima sore.

Saat hendak meninggalkan butik, Naina, salah satu karyawan, menghampirinya. “Mbaa Zee, Kak Cemal menunggu di luar,” ucap Naina penuh rasa kagum.Aazeena hanya tersenyum lembut, mencoba menenangkan diri sebelum menjawab, “Terima kasih, Na.”Naina pun membalas senyum itu, sambil memikirkan betapa serasinya mereka berdua.

 Baginya, Cemal adalah lelaki yang beruntung bisa mendapatkan Aazeena. Ia tahu perjuangan Cemal mendapatkan hati Aazeena, selalu mengirim hadiah, mendatangi butik membawa makanan dan kejutan kecil. Dari kacamata Naina, Aazeena adalah wanita yang istimewa — cantik, santun, dan berasal dari keluarga terpandang. Sejak lama Aazeena tidak membuka hati kepada siapa pun kecuali keluarga, sehingga tak heran jika Cemal perlu waktu lama untuk bisa serius mendekatinya. Sayang, semuanya berakhir karena kesalahan Cemal sendiri.

Langkah kaki mendekat. Cemal menoleh dan melihat sosok Aazeena yang berjalan tenang ke arahnya. Ia segera berdiri, memanggil dengan suara yang penuh harap.“Aazeena,” katanya lirih.“Iya, Kak?” Aazeena menjawab dengan suara lembut yang sama seperti biasanya.Sejak malam kemarin, Cemal ingin sekali mendengar suara itu, tak pernah dibalas pesan-pesannya, membuat hatinya semakin remuk. Kini, melihat Aazeena setenang ini, Ia menahan amarah dan kecewa dalam dirinya sendiri.“Boleh kita bicara?” pinta Cemal dengan wajah tanpa daya.

Aazeena mengangguk, tanpa berkata-kata.“Mari ke taman dekat butik saja,” ucapnya, lalu membiarkan Cemal berjalan di depan.Di taman, mereka duduk bersebelahan, namun tetap ada jarak yang terasa cukup untuk memberi ruang antara hati mereka yang kini terpisah.Cemal memulai pembicaraan, menyatakan penyesalan yang dalam.“Aazeen… aku benar-benar minta maaf. Aku khilaf. Aku tidak menjaga diri, aku membuat semua ini jadi berantakan,” suaranya bergetar penuh penyesalan.“kak… Aku bisa terima dan memaafkanmu.” Aazeena menunduk, tersenyum tipis. “Tapi maaf, aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini.”Cemal menatapnya dengan harap. “Mama sangat marah dan kecewa. Kakak mohon, Aazeen…”“Resiko itu harus kamu tanggung, Kak. Sebelum berbuat, kenapa tidak di pikirkan dulu?” Aazeena membalas dengan suara lirih namun tegas.

Ada keheningan sesaat sebelum Aazeena melanjutkan dengan getir.“Lalu bagaimana kamu bisa minta aku melanjutkan pernikahan kita, sementara mba Clarissa sedang hamil anakmu?”Mendengar itu, Cemal terpaku. Ia sadar segalanya sudah berakhir. Aazeena tahu semuanya, termasuk rahasianya dengan Clarissa.“Kak, jangan sakiti mba Clarissa. Ini keputusan aku, kak. Hormati itu. Kamu sudah menyakiti aku, keluargaku, dan sekarang juga mba Clarissa dan anaknya. Dia tidak bersalah, Kak. Kamu harus bertanggung jawab padanya,” Aazeena tergagap menahan air mata yang menetes. “Percayalah, yang sudah terjadi biarlah terjadi. Kamu harus terima konsekuensinya. Tanggung jawablah pada hidupmu yang baru.”Air mata Aazeena mengalir perlahan, ia segera menundukkan wajah, berusaha menyembunyikannya, tapi Cemal tahu betapa dalam luka yang dirasakan gadis itu.Dia hanya bisa diam, menyesali segalanya.Aazeena menarik napas panjang, membuang kesedihan yang terpendam. “Kak, semuanya sudah selesai. Setelah ini, kita jalani hidup kita masing-masing. Aku pamit pulang. Assalamualaikum.”Tanpa menunggu jawaban, Aazeena bangkit dan meninggalkan taman dengan langkah yang mantap meski hatinya remuk.“Wa’alaikumussalam...” jawab Cemal lirih, menatap punggung Aazeena yang pergi.

Ia menunduk, lirih berkata, “Aku menyesal… Kau wanita baik, Aazeena… Kau pantas mendapat yang terbaik.”Cemal berjalan pergi, dihantui rasa kecewa yang mendalam. Hubungannya hancur, pernikahannya batal, segalanya berakhir karena ulahnya sendiri.

Di kamar, Abiyan dan Aazeena duduk bersama. Abiyan mengusap kepala adiknya yang bersandar perlahan di dadanya, ingin tahu perasaan Aazeena sesudah semua ini.“Adek, bagaimana perasaan aazee sekarang? Boleh kakak tahu?” tanya Abiyan penuh perhatian.Aazeena menatap kakaknya, suara lembutnya mengalir, “Adek kecewa, Kak. Kecewa sama kak Cemal yang hancurkan kepercayaan kita semua… Dan sedih karena pernikahan batal. Ayah dan bunda pasti juga merasa malu karena banyak orang mulai bertanya.

 Tapi adek bersyukur ini terjadi sebelum adek menikah, jadi adek masih bisa bangkit. Adek ga patah hati seperti orang yang gagal cinta. Adek tak terlalu larut dalam perasaan, karena adek selalu jaga diri, seperti yang kakak bilang dulu, hanya boleh jatuh cinta setelah akad. Ini jadi pelajaran besar buat adek kak. Adek belajar bahwa dalam setiap rencana, ada takdir Allah yang tidak bisa kita tebak. Jadi adek, harus siap dengan resikonya dan tetap tenang menyikapi semua ini. Allah jaga adek Kak… Adek ikhlas lewatinya.”

Abiyan tersenyum lega, “Alhamdulillah, sayang. Kita hanya bisa berencana, tapi Allah yang menentukan. Mungkin menurut kita Cemal baik, tapi Allah tahu yang terbaik buat adek, dan ini memang ujian agar adek, kakk, ayah dan bunda lebih kuat dan bijaksana. Kakak, ayah, dan bunda sayang aazee, dan kami pasti kecewa kalau adek menikah dengan orang yang salah. Ini jalan yang paling baik, adek harus percaya bahwa kita semua ada di belakang aazee. Jangan takut melangkah, pelan-pelan saja, nanti kebahagiaan yang baru pasti datang menyapa aazee.”

Aazeena mengangguk, matanya berkaca-kaca tapi tersenyum hangat, “Iya Kak, terima kasih. Adek bersyukur terlahir sebagai putri ayah dan bunda, dan menjadi adik perempuan kakak.”Abiyan membalas pelukan erat adiknya dengan kasih sayang yang tulus.

 “Istirahat ya, adek. Nanti kakak ada kerjaan di ruang kerja, adek yang jaga diri,” ucap Abiyan sambil mengusap kepala Aazeena sebelum beranjak pergi.

Aazeena berdiri di balkon kamarnya, menatap langit malam yang dipenuhi bintang gemerlap. Angin dingin menyentuh kulitnya yang terbalut kardigan panjang. “Rencana yang sudah aku susun… semua berantakan,” ucapnya pelan sambil menghela napas panjang.Hatiku merasa berat, kecewa yang tak bisa dihindari. Semua persiapan sudah hampir 50 persen, tinggal menunggu satu bulan lagi hingga hari pernikahan. Namun kini semua itu tinggal kenangan. Walau aku berusaha tegar, tapi air mata ini tak mampu kubendung. Aku merasa begitu terluka...“Tuhan, di saat aku merasa kalah, aku pasrah pada-Mu. Rencana ku tidak sebaik rencana-Mu. Maafkan aku yang mencoba melangkahi takdir-Mu...” lirih perkataannya menembus malam yang hening.Meski terluka, Aazeena tahu ini adalah ujian, dan dia yakin bahwa Allah akan menggantikan segala kesedihan ini dengan kebahagiaan yang lebih baik kelak.

Episodes
1 bab 1 Terluka
2 bab 2 Pasrah
3 bab 3 kekecewaan keluarga wijaya
4 bab 4 Beruntung
5 bab 5 Sahabat
6 bab 6 Sahabat
7 bab 7 Rencana Our Time
8 bab 8 Mawar Berduri
9 bab 9 Shopping Time
10 bab 10 Makan Malam Bersama
11 bab 11 Berbagi
12 bab 12 Rencana aazeen dan Miranda
13 bab 13 Miranda Nyebelin
14 bab 14 Taman
15 bab 15 Dia?
16 bab 16 Tawa Mereka
17 bab 17 Kebahagiaan
18 bab 18 Bertemu Kembali
19 bab 19 Abrisam
20 bab 20 Aku Lelah
21 bab 21 Di rendahkan
22 bab 22 Resto
23 bab 23 Hari yang Menyebalkan
24 bab 24 Pulang
25 Informasi Visual Tokoh
26 bab 25 Bertemu Sahabat Lama
27 bab 26 Prancis
28 bab 27 Rencana Kerjasama
29 bab 28 Tak Terduga
30 bab 29 Undangan
31 bab 30 Support Sistem
32 bab 31 Ayah Adalah Cinta Pertama Anak Perempuan
33 bab 32 Serba Kebetulan
34 bab 33 Terpaku
35 bab 34 Grand Opening by Zee
36 bab 35 Keluarga
37 bab 36 Cold Urticaria
38 bab 37 Malu
39 bab 38 Dakwah
40 bab 39 Hari Pernikahan
41 bab 40 Puncak Menara Eiffel
42 bab 41 SEMPURNA
43 bab 42 Sudah Kelewatan
44 bab 43 Ibarat Cermin Dia Sudah Pecah Berkeping Keping
45 bab 44 Wise
46 bab 45 Jadi khawatir
47 bab 46 Rapat
48 bab 47 Makan siang
49 bab 48 Rindu
50 bab 49 Resah
51 bab 50 Foto Model
52 bab 51 Jadi Aneh
53 bab 52 Kenalan
54 bab 53 Sepihak
55 bab 54 Cinta Sendiri
56 bab 55 Merasa Menyerah
57 bab 56 Flashback
58 bab 57 Alasan Hidup
59 bab 58 Flashback (Dia?)
60 bab 59 Ditolak
61 bab 60 Bimbang
62 bab 61 sakit
63 bab 62 Dia Membantuku
64 bab 63 N2
65 bab 64 Naina & Narendra
66 bab 64 Wanita Wanita Hebat
67 bab 65 Malah Berantem
68 bab 66 Shopping Dadakan
69 bab 67 Sekretaris
70 bab 68 OTW
71 bab 69 Rahasia
72 bab 70 Mereka?
73 bab 71 Pemandangan
74 bab 72
75 bab 73
76 bab 74
77 bab 75 flashback
78 bab 76 flashback 2
79 flashback 3
80 bab 80 Melepas Rindu Ala Zee dan Abi
81 bab 81
82 bab 82
83 Bab 83
84 bab 84
85 bab 85
86 Draft
87 bab 87
88 bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 bab 92
93 bab 93
94 bab 94
95 95
96 Draft
97 bab 97
98 bab 98
99 bab 99
100 bab 100
101 bab 101
102 bab 102
103 bab 103
104 Tentang Rasa
105 bab 104
106 bab 105
107 Bab Selanjutnya: Pelukan yang Menenangkan, Rumah yang Menanti
108 109 Dua Hati Menemukan Jalan Pulang
109 Bab 110– Menyambut Janji di Ujung Doa
110 Bab 111 – Malam Pertama sebagai Istri
111 Bab 112 Pagi Pertama sebagai Istri
112 Bab 113 Hari Tanpa Agenda
113 Bab 114 Titipan Terindah
114 Bab 115 Malam Kedua, Malam Pengikat Jiwa
115 Bab 116 Tiket Pulang, Luka yang Tertinggal
116 Bab 117 Viralnya Malam itu
117 Bab 118 Setelah Acara
118 Bab 119
119 Rapat yang mengguncang
120 Bab
121 Bab
122 Bab
123 Bab Bayangan yang Robek
124 Bab Dua Keluarga, Satu Cahaya
125 Hari-Hari Pulang dan Cinta yang Menenangkan
126 Bab Makan siang di kantor
127 Bab — Hangat di Tengah Siang
128 Bab Cemburu yang Tak Disengaja
129 Bab Rasa Bersalah
130 Bab Moment
Episodes

Updated 130 Episodes

1
bab 1 Terluka
2
bab 2 Pasrah
3
bab 3 kekecewaan keluarga wijaya
4
bab 4 Beruntung
5
bab 5 Sahabat
6
bab 6 Sahabat
7
bab 7 Rencana Our Time
8
bab 8 Mawar Berduri
9
bab 9 Shopping Time
10
bab 10 Makan Malam Bersama
11
bab 11 Berbagi
12
bab 12 Rencana aazeen dan Miranda
13
bab 13 Miranda Nyebelin
14
bab 14 Taman
15
bab 15 Dia?
16
bab 16 Tawa Mereka
17
bab 17 Kebahagiaan
18
bab 18 Bertemu Kembali
19
bab 19 Abrisam
20
bab 20 Aku Lelah
21
bab 21 Di rendahkan
22
bab 22 Resto
23
bab 23 Hari yang Menyebalkan
24
bab 24 Pulang
25
Informasi Visual Tokoh
26
bab 25 Bertemu Sahabat Lama
27
bab 26 Prancis
28
bab 27 Rencana Kerjasama
29
bab 28 Tak Terduga
30
bab 29 Undangan
31
bab 30 Support Sistem
32
bab 31 Ayah Adalah Cinta Pertama Anak Perempuan
33
bab 32 Serba Kebetulan
34
bab 33 Terpaku
35
bab 34 Grand Opening by Zee
36
bab 35 Keluarga
37
bab 36 Cold Urticaria
38
bab 37 Malu
39
bab 38 Dakwah
40
bab 39 Hari Pernikahan
41
bab 40 Puncak Menara Eiffel
42
bab 41 SEMPURNA
43
bab 42 Sudah Kelewatan
44
bab 43 Ibarat Cermin Dia Sudah Pecah Berkeping Keping
45
bab 44 Wise
46
bab 45 Jadi khawatir
47
bab 46 Rapat
48
bab 47 Makan siang
49
bab 48 Rindu
50
bab 49 Resah
51
bab 50 Foto Model
52
bab 51 Jadi Aneh
53
bab 52 Kenalan
54
bab 53 Sepihak
55
bab 54 Cinta Sendiri
56
bab 55 Merasa Menyerah
57
bab 56 Flashback
58
bab 57 Alasan Hidup
59
bab 58 Flashback (Dia?)
60
bab 59 Ditolak
61
bab 60 Bimbang
62
bab 61 sakit
63
bab 62 Dia Membantuku
64
bab 63 N2
65
bab 64 Naina & Narendra
66
bab 64 Wanita Wanita Hebat
67
bab 65 Malah Berantem
68
bab 66 Shopping Dadakan
69
bab 67 Sekretaris
70
bab 68 OTW
71
bab 69 Rahasia
72
bab 70 Mereka?
73
bab 71 Pemandangan
74
bab 72
75
bab 73
76
bab 74
77
bab 75 flashback
78
bab 76 flashback 2
79
flashback 3
80
bab 80 Melepas Rindu Ala Zee dan Abi
81
bab 81
82
bab 82
83
Bab 83
84
bab 84
85
bab 85
86
Draft
87
bab 87
88
bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
bab 92
93
bab 93
94
bab 94
95
95
96
Draft
97
bab 97
98
bab 98
99
bab 99
100
bab 100
101
bab 101
102
bab 102
103
bab 103
104
Tentang Rasa
105
bab 104
106
bab 105
107
Bab Selanjutnya: Pelukan yang Menenangkan, Rumah yang Menanti
108
109 Dua Hati Menemukan Jalan Pulang
109
Bab 110– Menyambut Janji di Ujung Doa
110
Bab 111 – Malam Pertama sebagai Istri
111
Bab 112 Pagi Pertama sebagai Istri
112
Bab 113 Hari Tanpa Agenda
113
Bab 114 Titipan Terindah
114
Bab 115 Malam Kedua, Malam Pengikat Jiwa
115
Bab 116 Tiket Pulang, Luka yang Tertinggal
116
Bab 117 Viralnya Malam itu
117
Bab 118 Setelah Acara
118
Bab 119
119
Rapat yang mengguncang
120
Bab
121
Bab
122
Bab
123
Bab Bayangan yang Robek
124
Bab Dua Keluarga, Satu Cahaya
125
Hari-Hari Pulang dan Cinta yang Menenangkan
126
Bab Makan siang di kantor
127
Bab — Hangat di Tengah Siang
128
Bab Cemburu yang Tak Disengaja
129
Bab Rasa Bersalah
130
Bab Moment

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!