Aazeena duduk termenung di bangku taman kota yang tak jauh dari butik miliknya. Suasana sore itu ramai dengan tawa dan riuh anak-anak yang bercanda bersama keluarga mereka. Mereka berlari kesana-kemari, membagi kebahagiaan tanpa beban. Namun, di antara keramaian itu, mata Aazeena menatap kosong ke depan, seolah menghadirkan keheningan yang dalam dibalik wajahnya yang lembut dan berhijab rapi.
Namun, siapa sangka hati yang terlihat tenang itu sebenarnya sedang bergolak. Pikirannya melayang kembali pada kejadian kemarin yang seketika menghancurkan segalanya. Pernikahannya dengan Cemal batal begitu saja. Teringat malam itu saat kedua orang tua Cemal datang ke rumahnya, wajah mereka penuh kesedihan yang tak bisa mereka sembunyikan. Bahkan aazeena ikut merasakan beratnya pilu yang menyelimuti malam itu.Aazeena sudah lama menganggap mereka seperti orang tua sendiri.
Ia menghormati dan sangat menyayangi mereka berdua, begitu juga mereka kepada Aazeena, penuh kasih dan perhatian. Namun, Cemal belum juga berani mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa hubungan mereka telah berakhir. Ketika aazeena membeberkan alasan batalnya pernikahan kepada mereka, ibu Cemal, nyonya Wita, menangis tak mampu menahan sakit hati dan kekecewaannya. Wita sempat tidak percaya ketika Rafiq dan Abiyan menceritakan tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Cemal. Tapi setelah Aazeena membuka semuanya dengan jujur, Wita akhirnya menerima kenyataan itu. Dia sangat menyayangi Aazeena karena kejujuran dan kelembutan gadis itu, membuatnya merasa beruntung telah menemukan calon menantu yang baik. Semua itu kini hancur berantakan oleh ulah anaknya sendiri.
Wita yang selama ini sangat percaya kepada Cemal, kini harus menanggung malu dan kecewa mendalam atas tingkah laku putranya.Setelah pembicaraan panjang bersama keluarga malam itu, Aazeena mengumumkan keputusannya untuk membatalkan pernikahan. Ia langsung naik ke kamar dengan hati yang lelah, tubuh yang letih, dan pikiran yang kacau. Ia bahkan tak ikut sholat Isya berjamaah dengan keluarga, memilih sholat sendirian dalam keheningan kamarnya.
Namun saat ia hendak memejamkan mata, ketukan pintu yang pelan membuatnya terkejut. Abiyan, kakaknya, memanggilnya untuk segera turun. Di bawah, kedatangan kedua orang tua Cemal sudah menunggu.Ternyata ayahnya segera menghubungi mereka setelah mendengar keputusan Aazeena, meminta mereka datang ke rumah secara mendadak.
Di kediaman keluarga Wijaya, mereka panik dan bertanya-tanya apa yang membuat undangan mendadak itu muncul. Namun sebagai orang tua yang menghormati keputusan keluarga Aazeena, mereka datang ke mansion keluarga Damian.
Setelah cukup lama duduk termenung di taman, sore itu Aazeena memutuskan untuk pulang. Ia tak ingin terlalu lama berada di luar karena ibunya sudah memperingatkan agar ia pulang sebelum jam lima sore.
Saat hendak meninggalkan butik, Naina, salah satu karyawan, menghampirinya. “Mbaa Zee, Kak Cemal menunggu di luar,” ucap Naina penuh rasa kagum.Aazeena hanya tersenyum lembut, mencoba menenangkan diri sebelum menjawab, “Terima kasih, Na.”Naina pun membalas senyum itu, sambil memikirkan betapa serasinya mereka berdua.
Baginya, Cemal adalah lelaki yang beruntung bisa mendapatkan Aazeena. Ia tahu perjuangan Cemal mendapatkan hati Aazeena, selalu mengirim hadiah, mendatangi butik membawa makanan dan kejutan kecil. Dari kacamata Naina, Aazeena adalah wanita yang istimewa — cantik, santun, dan berasal dari keluarga terpandang. Sejak lama Aazeena tidak membuka hati kepada siapa pun kecuali keluarga, sehingga tak heran jika Cemal perlu waktu lama untuk bisa serius mendekatinya. Sayang, semuanya berakhir karena kesalahan Cemal sendiri.
Langkah kaki mendekat. Cemal menoleh dan melihat sosok Aazeena yang berjalan tenang ke arahnya. Ia segera berdiri, memanggil dengan suara yang penuh harap.“Aazeena,” katanya lirih.“Iya, Kak?” Aazeena menjawab dengan suara lembut yang sama seperti biasanya.Sejak malam kemarin, Cemal ingin sekali mendengar suara itu, tak pernah dibalas pesan-pesannya, membuat hatinya semakin remuk. Kini, melihat Aazeena setenang ini, Ia menahan amarah dan kecewa dalam dirinya sendiri.“Boleh kita bicara?” pinta Cemal dengan wajah tanpa daya.
Aazeena mengangguk, tanpa berkata-kata.“Mari ke taman dekat butik saja,” ucapnya, lalu membiarkan Cemal berjalan di depan.Di taman, mereka duduk bersebelahan, namun tetap ada jarak yang terasa cukup untuk memberi ruang antara hati mereka yang kini terpisah.Cemal memulai pembicaraan, menyatakan penyesalan yang dalam.“Aazeen… aku benar-benar minta maaf. Aku khilaf. Aku tidak menjaga diri, aku membuat semua ini jadi berantakan,” suaranya bergetar penuh penyesalan.“kak… Aku bisa terima dan memaafkanmu.” Aazeena menunduk, tersenyum tipis. “Tapi maaf, aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini.”Cemal menatapnya dengan harap. “Mama sangat marah dan kecewa. Kakak mohon, Aazeen…”“Resiko itu harus kamu tanggung, Kak. Sebelum berbuat, kenapa tidak di pikirkan dulu?” Aazeena membalas dengan suara lirih namun tegas.
Ada keheningan sesaat sebelum Aazeena melanjutkan dengan getir.“Lalu bagaimana kamu bisa minta aku melanjutkan pernikahan kita, sementara mba Clarissa sedang hamil anakmu?”Mendengar itu, Cemal terpaku. Ia sadar segalanya sudah berakhir. Aazeena tahu semuanya, termasuk rahasianya dengan Clarissa.“Kak, jangan sakiti mba Clarissa. Ini keputusan aku, kak. Hormati itu. Kamu sudah menyakiti aku, keluargaku, dan sekarang juga mba Clarissa dan anaknya. Dia tidak bersalah, Kak. Kamu harus bertanggung jawab padanya,” Aazeena tergagap menahan air mata yang menetes. “Percayalah, yang sudah terjadi biarlah terjadi. Kamu harus terima konsekuensinya. Tanggung jawablah pada hidupmu yang baru.”Air mata Aazeena mengalir perlahan, ia segera menundukkan wajah, berusaha menyembunyikannya, tapi Cemal tahu betapa dalam luka yang dirasakan gadis itu.Dia hanya bisa diam, menyesali segalanya.Aazeena menarik napas panjang, membuang kesedihan yang terpendam. “Kak, semuanya sudah selesai. Setelah ini, kita jalani hidup kita masing-masing. Aku pamit pulang. Assalamualaikum.”Tanpa menunggu jawaban, Aazeena bangkit dan meninggalkan taman dengan langkah yang mantap meski hatinya remuk.“Wa’alaikumussalam...” jawab Cemal lirih, menatap punggung Aazeena yang pergi.
Ia menunduk, lirih berkata, “Aku menyesal… Kau wanita baik, Aazeena… Kau pantas mendapat yang terbaik.”Cemal berjalan pergi, dihantui rasa kecewa yang mendalam. Hubungannya hancur, pernikahannya batal, segalanya berakhir karena ulahnya sendiri.
Di kamar, Abiyan dan Aazeena duduk bersama. Abiyan mengusap kepala adiknya yang bersandar perlahan di dadanya, ingin tahu perasaan Aazeena sesudah semua ini.“Adek, bagaimana perasaan aazee sekarang? Boleh kakak tahu?” tanya Abiyan penuh perhatian.Aazeena menatap kakaknya, suara lembutnya mengalir, “Adek kecewa, Kak. Kecewa sama kak Cemal yang hancurkan kepercayaan kita semua… Dan sedih karena pernikahan batal. Ayah dan bunda pasti juga merasa malu karena banyak orang mulai bertanya.
Tapi adek bersyukur ini terjadi sebelum adek menikah, jadi adek masih bisa bangkit. Adek ga patah hati seperti orang yang gagal cinta. Adek tak terlalu larut dalam perasaan, karena adek selalu jaga diri, seperti yang kakak bilang dulu, hanya boleh jatuh cinta setelah akad. Ini jadi pelajaran besar buat adek kak. Adek belajar bahwa dalam setiap rencana, ada takdir Allah yang tidak bisa kita tebak. Jadi adek, harus siap dengan resikonya dan tetap tenang menyikapi semua ini. Allah jaga adek Kak… Adek ikhlas lewatinya.”
Abiyan tersenyum lega, “Alhamdulillah, sayang. Kita hanya bisa berencana, tapi Allah yang menentukan. Mungkin menurut kita Cemal baik, tapi Allah tahu yang terbaik buat adek, dan ini memang ujian agar adek, kakk, ayah dan bunda lebih kuat dan bijaksana. Kakak, ayah, dan bunda sayang aazee, dan kami pasti kecewa kalau adek menikah dengan orang yang salah. Ini jalan yang paling baik, adek harus percaya bahwa kita semua ada di belakang aazee. Jangan takut melangkah, pelan-pelan saja, nanti kebahagiaan yang baru pasti datang menyapa aazee.”
Aazeena mengangguk, matanya berkaca-kaca tapi tersenyum hangat, “Iya Kak, terima kasih. Adek bersyukur terlahir sebagai putri ayah dan bunda, dan menjadi adik perempuan kakak.”Abiyan membalas pelukan erat adiknya dengan kasih sayang yang tulus.
“Istirahat ya, adek. Nanti kakak ada kerjaan di ruang kerja, adek yang jaga diri,” ucap Abiyan sambil mengusap kepala Aazeena sebelum beranjak pergi.
Aazeena berdiri di balkon kamarnya, menatap langit malam yang dipenuhi bintang gemerlap. Angin dingin menyentuh kulitnya yang terbalut kardigan panjang. “Rencana yang sudah aku susun… semua berantakan,” ucapnya pelan sambil menghela napas panjang.Hatiku merasa berat, kecewa yang tak bisa dihindari. Semua persiapan sudah hampir 50 persen, tinggal menunggu satu bulan lagi hingga hari pernikahan. Namun kini semua itu tinggal kenangan. Walau aku berusaha tegar, tapi air mata ini tak mampu kubendung. Aku merasa begitu terluka...“Tuhan, di saat aku merasa kalah, aku pasrah pada-Mu. Rencana ku tidak sebaik rencana-Mu. Maafkan aku yang mencoba melangkahi takdir-Mu...” lirih perkataannya menembus malam yang hening.Meski terluka, Aazeena tahu ini adalah ujian, dan dia yakin bahwa Allah akan menggantikan segala kesedihan ini dengan kebahagiaan yang lebih baik kelak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments