Gift Of Love

Gift Of Love

bab 1 Terluka

“Aku telah salah…” gumam Aazeena lirih sambil menatap keluar jendela ruang kerjanya. Dari balik kaca bening itu, gedung-gedung tinggi menjulang seperti menatapnya dengan tatapan dingin—seolah ikut menghakimi dirinya yang tengah terpuruk. “Huffff…” helaan napasnya kembali terdengar, entah sudah untuk keberapa kalinya sejak tadi.

Sedih. Kecewa. Dua perasaan yang kini menyesakkan dada Aazeena.

Gadis itu merasa kalah. Untuk pertama kalinya, keyakinan yang ia genggam hancur berkeping. Seseorang yang begitu ia percayai—yang ia jaga dengan penuh doa—ternyata mengkhianatinya.

Sementara di tempat lain, seorang pria menatap hancurnya ruangan yang baru saja ia porak-porandakan.

“Pranggg!”

Pecahan kaca berserakan di lantai, berserakan seperti hatinya.

“Ahh, sial! Bagaimana bisa aku begitu bodoh!?” teriak Cemal sambil meninju meja. Napasnya memburu, wajahnya pucat, matanya merah.

Cemal menyesal. Semua perjuangannya terasa sia-sia. Ia teringat betapa sulit dulu mendapatkan izin keluarga Aazeena, terutama dari Abiyan—kakak laki-laki gadis itu yang begitu protektif. Ia teringat bagaimana dirinya berusaha membuktikan keseriusan, meyakinkan mereka bahwa ia pantas mendampingi Aazeena.

Namun kini, hanya sebulan menjelang pernikahan, segalanya hancur karena kebodohannya sendiri. Ia tertangkap basah bersama Clarisa—putri rekan bisnisnya yang sejak awal menggoda dan menjeratnya dengan rayuan serta godaan yang tak pernah berhenti.

Clarisa Aditama, wanita cantik dan menggoda yang tahu betul cara memanfaatkan kelemahan pria. Dan Cemal, dengan segala kesombongan dan kelengahannya, jatuh dalam perangkap itu.

“Maafkan aku, Aazeena…” lirihnya pelan. Tapi penyesalan itu terlambat. Gadis itu sudah pergi—membawa serta harapan yang telah hancur.

Malam itu, mansion keluarga Damian terasa sunyi. Padahal biasanya, rumah besar itu selalu ramai dengan tawa dan obrolan hangat. Namun malam ini, udara seperti membeku bersama amarah dan kesedihan yang memenuhi ruang keluarga.

Aamira, ibu Aazeena, duduk di sofa dengan mata sembab. Isak tangisnya terdengar lirih namun memilukan. “Hiks… hiks…”

Hati seorang ibu mana yang tak hancur melihat putrinya disakiti, apalagi oleh laki-laki yang hendak menjadi suaminya, hanya sebulan menjelang akad?

“Bagaimana bisa, Ayaah? Bagaimana mungkin putriku menanggung semua ini sendirian? putriku tak bicara apa pun… kita tahu dari para pengawal. Putriku terlalu pandai menyembunyikan lukanya…” ucap Aamira, suaranya bergetar di antara tangis.

Abiyan terdiam di sebelahnya. Rahangnya mengeras.

Air matanya jatuh, tapi amarah di dadanya membara.

Aazeena—adik yang ia jaga sejak kecil, adik yang selalu lembut dan penurut—telah disakiti. Dan yang paling membuatnya sesak, siang tadi Aazeena sempat datang ke kantornya membawa makan siang, tersenyum seperti biasa, padahal di balik senyum itu ia baru saja menyaksikan kehancuran cintanya.

Rafiq, ayah Aazeena, memeluk istrinya erat. Ia tak berkata banyak, tapi sorot matanya menunjukkan luka yang dalam. Bagi Aazeena, Rafiq adalah cinta pertama—dan kini cinta pertama itu hanya bisa menatap putrinya dalam diam, dengan hati yang hancur karena putrinya disakiti orang lain.

Ketika suasana masih tenggelam dalam keheningan, terdengar suara langkah kaki pelan dari arah pintu.

“Assalamu’alaikum…” suara lembut yang begitu dikenal memecah keheningan.

Semua kepala menoleh. Di ambang pintu, berdiri Aazeena dengan balutan jilbab panjang berwarna soft pink, dress bunga lembut yang menutupi tubuhnya hingga mata kaki. Wajah cantiknya tampak teduh, meski ada semburat lelah di matanya. Ia tersenyum—senyum yang dipaksakan, tanpa sadar bahwa keluarganya sudah mengetahui segalanya.

“Wa’alaikumussalam…” jawab Abiyan lirih, satu-satunya yang sempat menanggapi.

Tatapan kakaknya membuat dada Aazeena menghangat tapi juga nyeri. Ada sedih dan amarah di sana—sesuatu yang belum ia mengerti sepenuhnya.

Tap. Tap. Tap.

Langkah kakinya mendekat. Senyumnya tetap terjaga, seperti ingin menenangkan mereka yang ia kira baik-baik saja.

Namun baru beberapa langkah, Rafiq tiba-tiba berdiri dan menarik Aazeena ke dalam pelukannya. Pelukan itu begitu erat, seperti pelindung yang tak ingin kehilangan. Kening dan kepala Aazeena dicium berulang kali, hingga air mata gadis itu nyaris jatuh tanpa ia sadari.

“Ayah…” panggilnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

“Iya, sayang.”

“Ada apa? Semuanya baik-baik saja, kan?” tanyanya dengan polos, tanpa menyadari betapa kalimat itu membuat semua orang semakin terisak.

Tidak ada yang menjawab. Hening.

Sampai akhirnya, isak tangis Aamira kembali pecah.

“Bunda?” Aazeena menoleh, menatap ibunya dengan mata bingung. “Bunda kenapa?” Ia segera berlutut di samping Aamira dan memeluknya erat.

Tapi Aamira tak menjawab, hanya menangis di bahunya.

“Bunda…” bisik Aazeena lagi, kali ini dengan suara bergetar. Ia menatap ayah dan kakaknya yang masih diam, seolah ada sesuatu yang besar yang ia belum tahu.

Akhirnya, Aamira berucap lirih, “Sayang… kenapa adek diam saja? Kenapa tidak cerita pada bunda, nak…”

Aazeena mengerutkan kening. Ia tak langsung mengerti maksud perkataan itu—hingga Abiyan menatapnya dalam dan berkata dengan suara tegas namun penuh luka,

“Kami sudah tahu, Dek… tentang apa yang Cemal lakukan.”

Dunia Aazeena seketika berhenti.

Tubuhnya membeku.

Ia lupa—bahwa dirinya selalu diawasi pengawal keluarga. Ia lupa bahwa ayah dan kakaknya tak pernah membiarkannya sendirian di luar rumah. Ia lupa bahwa setiap langkahnya selalu dalam lindungan mereka.

Dan sekarang, semua sudah terbongkar.

Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya pecah. Mengalir deras, membasahi pipinya yang pucat. Ia menunduk, bahunya bergetar hebat.

Rafiq segera memeluknya lagi, menenangkan putrinya yang kini menangis di pelukannya.

“Sayang… adek tidak sendiri. Ayah di sini, nak. Dia bukan yang terbaik untuk putri ayah,” ucap Rafiq lembut, mengusap kepala Aazeena yang kini terisak tanpa suara. “Tak semua yang kita doakan harus jadi milik kita, Sayang.”

Ciuman lembut jatuh di kening gadis itu. Pelukan ayahnya terasa begitu hangat, menenangkan luka yang seolah tak berujung.

Aazeena menangis semakin keras. Ia merasa aman, tapi juga hancur.

“Maafkan Adek, Ayah…” lirihnya di sela tangis.

Rafiq menggeleng, “Tidak, nak. adek tidak salah.”

“Ayah…” suaranya serak. “Adek tidak bisa melanjutkan pernikahan dengan Kak Cemal. Adek mundur, ayah…”

Kata-kata itu akhirnya keluar, diiringi air mata yang jatuh tanpa henti.

Aamira mengusap kepala putrinya lembut. “Sayang… ayah dan bunda tidak akan membiarkan adek menikah dengan laki-laki seperti itu. Jika ia tak bisa menjaga dirinya sendiri, bagaimana ia bisa menjaga putri bunda?”

Abiyan menatap adiknya, menahan emosi yang hampir meluap. “Lebih baik batal menikah, daripada hidup dengan laki-laki brengsek itu. adek tidak bersalah, Dek. Biarkan dia yang menyesal.”

Pelukan itu kembali menguat. Tangisan kembali pecah.

Malam itu, mansion keluarga Damian dipenuhi isak yang lirih tapi dalam—suara hati yang patah, tapi tetap saling memeluk dalam cinta keluarga yang tak tergoyahkan.

Dan di tengah kesedihan itu, Aazeena tahu…

mungkin takdirnya tidak bersama Cemal.

Namun ia juga tahu—dalam pelukan ayah dan kakaknya, cinta yang tulus tak akan pernah mengkhianati.

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

izin mampir thor,,,
menarik kayaknya nih

2024-08-05

0

DreamHaunter

DreamHaunter

Penasaran banget sama kelanjutan cerita, semoga cepat diupdate lagi 🤞

2024-07-24

0

lihat semua
Episodes
1 bab 1 Terluka
2 bab 2 Pasrah
3 bab 3 kekecewaan keluarga wijaya
4 bab 4 Beruntung
5 bab 5 Sahabat
6 bab 6 Sahabat
7 bab 7 Rencana Our Time
8 bab 8 Mawar Berduri
9 bab 9 Shopping Time
10 bab 10 Makan Malam Bersama
11 bab 11 Berbagi
12 bab 12 Rencana aazeen dan Miranda
13 bab 13 Miranda Nyebelin
14 bab 14 Taman
15 bab 15 Dia?
16 bab 16 Tawa Mereka
17 bab 17 Kebahagiaan
18 bab 18 Bertemu Kembali
19 bab 19 Abrisam
20 bab 20 Aku Lelah
21 bab 21 Di rendahkan
22 bab 22 Resto
23 bab 23 Hari yang Menyebalkan
24 bab 24 Pulang
25 Informasi Visual Tokoh
26 bab 25 Bertemu Sahabat Lama
27 bab 26 Prancis
28 bab 27 Rencana Kerjasama
29 bab 28 Tak Terduga
30 bab 29 Undangan
31 bab 30 Support Sistem
32 bab 31 Ayah Adalah Cinta Pertama Anak Perempuan
33 bab 32 Serba Kebetulan
34 bab 33 Terpaku
35 bab 34 Grand Opening by Zee
36 bab 35 Keluarga
37 bab 36 Cold Urticaria
38 bab 37 Malu
39 bab 38 Dakwah
40 bab 39 Hari Pernikahan
41 bab 40 Puncak Menara Eiffel
42 bab 41 SEMPURNA
43 bab 42 Sudah Kelewatan
44 bab 43 Ibarat Cermin Dia Sudah Pecah Berkeping Keping
45 bab 44 Wise
46 bab 45 Jadi khawatir
47 bab 46 Rapat
48 bab 47 Makan siang
49 bab 48 Rindu
50 bab 49 Resah
51 bab 50 Foto Model
52 bab 51 Jadi Aneh
53 bab 52 Kenalan
54 bab 53 Sepihak
55 bab 54 Cinta Sendiri
56 bab 55 Merasa Menyerah
57 bab 56 Flashback
58 bab 57 Alasan Hidup
59 bab 58 Flashback (Dia?)
60 bab 59 Ditolak
61 bab 60 Bimbang
62 bab 61 sakit
63 bab 62 Dia Membantuku
64 bab 63 N2
65 bab 64 Naina & Narendra
66 bab 64 Wanita Wanita Hebat
67 bab 65 Malah Berantem
68 bab 66 Shopping Dadakan
69 bab 67 Sekretaris
70 bab 68 OTW
71 bab 69 Rahasia
72 bab 70 Mereka?
73 bab 71 Pemandangan
74 bab 72
75 bab 73
76 bab 74
77 bab 75 flashback
78 bab 76 flashback 2
79 flashback 3
80 bab 80 Melepas Rindu Ala Zee dan Abi
81 bab 81
82 bab 82
83 Bab 83
84 bab 84
85 bab 85
86 Draft
87 bab 87
88 bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 bab 92
93 bab 93
94 bab 94
95 95
96 Draft
97 bab 97
98 bab 98
99 bab 99
100 bab 100
101 bab 101
102 bab 102
103 bab 103
104 Tentang Rasa
105 bab 104
106 bab 105
107 Bab Selanjutnya: Pelukan yang Menenangkan, Rumah yang Menanti
108 109 Dua Hati Menemukan Jalan Pulang
109 Bab 110– Menyambut Janji di Ujung Doa
110 Bab 111 – Malam Pertama sebagai Istri
111 Bab 112 Pagi Pertama sebagai Istri
112 Bab 113 Hari Tanpa Agenda
113 Bab 114 Titipan Terindah
114 Bab 115 Malam Kedua, Malam Pengikat Jiwa
115 Bab 116 Tiket Pulang, Luka yang Tertinggal
116 Bab 117 Viralnya Malam itu
117 Bab 118 Setelah Acara
118 Bab 119
119 Rapat yang mengguncang
120 Bab
121 Bab
122 Bab
123 Bab Bayangan yang Robek
124 Bab Dua Keluarga, Satu Cahaya
125 Hari-Hari Pulang dan Cinta yang Menenangkan
126 Bab Makan siang di kantor
127 Bab — Hangat di Tengah Siang
128 Bab Cemburu yang Tak Disengaja
129 Bab Rasa Bersalah
130 Bab Moment
Episodes

Updated 130 Episodes

1
bab 1 Terluka
2
bab 2 Pasrah
3
bab 3 kekecewaan keluarga wijaya
4
bab 4 Beruntung
5
bab 5 Sahabat
6
bab 6 Sahabat
7
bab 7 Rencana Our Time
8
bab 8 Mawar Berduri
9
bab 9 Shopping Time
10
bab 10 Makan Malam Bersama
11
bab 11 Berbagi
12
bab 12 Rencana aazeen dan Miranda
13
bab 13 Miranda Nyebelin
14
bab 14 Taman
15
bab 15 Dia?
16
bab 16 Tawa Mereka
17
bab 17 Kebahagiaan
18
bab 18 Bertemu Kembali
19
bab 19 Abrisam
20
bab 20 Aku Lelah
21
bab 21 Di rendahkan
22
bab 22 Resto
23
bab 23 Hari yang Menyebalkan
24
bab 24 Pulang
25
Informasi Visual Tokoh
26
bab 25 Bertemu Sahabat Lama
27
bab 26 Prancis
28
bab 27 Rencana Kerjasama
29
bab 28 Tak Terduga
30
bab 29 Undangan
31
bab 30 Support Sistem
32
bab 31 Ayah Adalah Cinta Pertama Anak Perempuan
33
bab 32 Serba Kebetulan
34
bab 33 Terpaku
35
bab 34 Grand Opening by Zee
36
bab 35 Keluarga
37
bab 36 Cold Urticaria
38
bab 37 Malu
39
bab 38 Dakwah
40
bab 39 Hari Pernikahan
41
bab 40 Puncak Menara Eiffel
42
bab 41 SEMPURNA
43
bab 42 Sudah Kelewatan
44
bab 43 Ibarat Cermin Dia Sudah Pecah Berkeping Keping
45
bab 44 Wise
46
bab 45 Jadi khawatir
47
bab 46 Rapat
48
bab 47 Makan siang
49
bab 48 Rindu
50
bab 49 Resah
51
bab 50 Foto Model
52
bab 51 Jadi Aneh
53
bab 52 Kenalan
54
bab 53 Sepihak
55
bab 54 Cinta Sendiri
56
bab 55 Merasa Menyerah
57
bab 56 Flashback
58
bab 57 Alasan Hidup
59
bab 58 Flashback (Dia?)
60
bab 59 Ditolak
61
bab 60 Bimbang
62
bab 61 sakit
63
bab 62 Dia Membantuku
64
bab 63 N2
65
bab 64 Naina & Narendra
66
bab 64 Wanita Wanita Hebat
67
bab 65 Malah Berantem
68
bab 66 Shopping Dadakan
69
bab 67 Sekretaris
70
bab 68 OTW
71
bab 69 Rahasia
72
bab 70 Mereka?
73
bab 71 Pemandangan
74
bab 72
75
bab 73
76
bab 74
77
bab 75 flashback
78
bab 76 flashback 2
79
flashback 3
80
bab 80 Melepas Rindu Ala Zee dan Abi
81
bab 81
82
bab 82
83
Bab 83
84
bab 84
85
bab 85
86
Draft
87
bab 87
88
bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
bab 92
93
bab 93
94
bab 94
95
95
96
Draft
97
bab 97
98
bab 98
99
bab 99
100
bab 100
101
bab 101
102
bab 102
103
bab 103
104
Tentang Rasa
105
bab 104
106
bab 105
107
Bab Selanjutnya: Pelukan yang Menenangkan, Rumah yang Menanti
108
109 Dua Hati Menemukan Jalan Pulang
109
Bab 110– Menyambut Janji di Ujung Doa
110
Bab 111 – Malam Pertama sebagai Istri
111
Bab 112 Pagi Pertama sebagai Istri
112
Bab 113 Hari Tanpa Agenda
113
Bab 114 Titipan Terindah
114
Bab 115 Malam Kedua, Malam Pengikat Jiwa
115
Bab 116 Tiket Pulang, Luka yang Tertinggal
116
Bab 117 Viralnya Malam itu
117
Bab 118 Setelah Acara
118
Bab 119
119
Rapat yang mengguncang
120
Bab
121
Bab
122
Bab
123
Bab Bayangan yang Robek
124
Bab Dua Keluarga, Satu Cahaya
125
Hari-Hari Pulang dan Cinta yang Menenangkan
126
Bab Makan siang di kantor
127
Bab — Hangat di Tengah Siang
128
Bab Cemburu yang Tak Disengaja
129
Bab Rasa Bersalah
130
Bab Moment

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!