Seperti yang di katakan Mamanya, Sean pun pergi ke kamar Lexa untuk memberitahu Lexa agar bersiap-siap untuk malam nanti. Lexa yang penasaran pun langsung melayangkan banyak pertanyaan pada kakak keduanya itu. Sean yang tau sifat penasaran Lexa sangat tinggi memilih tidak memberitahu sebab ingin mengerjai Lexa. Dan bukan Lexa namanya yang tidak akan berhenti melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Lexa terus melayangkan pertanyaan sembari melangkahkan kakinya mengikuti Sean. Sean sangat gemas dengan tingkah lucu adik bungsu perempuan Satu-satunya itu. Dia memilih diam dan membiarkan Lexa mengikutinya hingga ke kamarnya.
"Ah,,, kakak,,, kasih taulah,,," bujuk Lexa dengan suara manjanya dengan wajah yang di buat sesedih mungkin agar Sean mau segera memberitahunya tentang alasan menyuruhnya bersiap-siap untuk malam nanti.
"Mau tau?" tanya Sean sudah berkacak pinggang dengan handuk yang menggantung di tangannya.
Mendengar penawaran itu mata Lexa langsung berbinar dengan kepala yang mengangguk cepat. Wajah sedihnya kini sudah berganti menjadi ceria membuat Sean semakin senang mengerjainya.
"Lihat saja nanti Malam!" ucap Sean lalu langsung masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya membuat Lexa langsung mengejarnya dan memukul-mukul pintunya.
"Kakak,,," Teriakan Lexa berhasil membuat Sean tertawa lepas membuat Lexa yang mendengarnya cemberut lalu pergi ke kamarnya dengan kaki yang di hentakkan.
Di saat ingin kembali ke kamarnya tiba-tiba saja Lexa berpapasan dengan Arsen kakak pertamanya. Melihat Lexa cemberut seperti itu membuat Arsen menaikan satu alisnya seakan penasaran dengan apa yang terjadi pada adik bungsunya itu.
"Kamu kenapa Lexa?" Tanya Arsen membuat Lexa menatapnya dengan mata berbinar seakan ingin mengetahui sesuatu darinya.
"Kakak, kakak tau nggak nanti malam kita mau ngapain? Kenapa kita di minta untuk bersiap-siap?" Bukannya menjawab pertanyaan Arsen, Lexa justru balik bertanya padanya.
"Nggak tau, lihat saja nanti Malam," ucap Arsen sama halnya dengan Sean membuat rasa kesal Lexa semakin menjadi-jadi.
"Ih,,, Kakak sama saja dengan kak Sean, nyebelin!" ucapnya dengan ketus lalu kembali ke kamarnya membuat Arsen langsung tau apa penyebab adik bungsunya itu cemberut.
"Penasaran rupanya," gumam Arsen tersenyum tipis lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.
Di kamarnya tak henti-hentinya Lexa berdecak kesal hingga mengacak-acak rambutnya karena frustasi dengan rasa penasarannya yang tak terpecahkan. Di tambah lagi kedua kakaknya membuatnya kesal hingga membuat rasa penasarannya semakin besar.
Karena tak ingin kepalanya bertambah sakit, Lexa pun memutuskan untuk berendam air hangat untuk merilekskan pikirannya yang kacau. Setelah selesai berendam, Lexa pun bersiap-siap dan menggunakan pakaian terbaiknya. Tak lupa segala pernak-pernik perhiasan menempel di tubuhnya dengan make-up tipis yang membuat wajahnya terlihat cantik natural.
Setelah selesai dengan kegiatannya, Lexa pun keluar dari kamarnya lalu pergi ke lantai bawah untuk bertemu kedua orang tuanya. Di saat Lexa hendak menuruni tangga tiba-tiba saja Sean kakaknya keluar dan tersenyum melihatnya. Melihat kehadiran kakaknya bukannya senang Lexa justru melayangkan tatapan permusuhannya pada Sean lalu bergegas pergi meninggalkan Sean yang tertawa kecil melihatnya.
"Sayang, kamu cantik sekali," puji Sandra merasa kagum melihat penampilan Lexa yang sangat cantik. Bukan hanya Sandra saja, bakal Hendrik juga menunjukkan rasa kagumnya pada Lexa.
"Jelas cantik dong Ma, orang anak kesayangan Papa. Sini sayang," ucap Hendrik dengan senyum bangganya lalu mengajak Lexa agar duduk di sampingnya.
"Kenapa cemberut sih anak kesayangan Papa?" Goda Sean yang baru saja tiba di sana.
"Kakak!" Sandra memberi peringatan pada Sean agar berhenti mengganggu adiknya yang terlihat sedang ngambek itu.
"Maaf Ma, habisnya Adek lucu sih," ucap Sean merasa gemas melihat Lexa membuat Hendrik tersenyum lalu mengelus rambut Lexa dengan lembut.
"Jangan di ganggu-ganggu dia ini. Nanti Papanya marah loh," ucap Hendrik yang selalu berhasil membuat hati Lexa mencair dan berbunga. Lexa pun tersenyum lalu memeluk Hendrik dengan kepala yang menyandar di dadanya. Sandra yang melihat kemanisan Papa dan Anak itu tersenyum lalu melayangkan godaannya pada Lexa.
"Kok di peluk sih, itu kan suami Mama. Sana-sana, jangan peluk-peluk kesayangan Mama ini," ucap Sandra ikut memeluk Hendrik sembari menjauhi tangan Lexa yang selalu kembali ke tempatnya.
"Papa,,," aduh Lexa dengan suara manjanya membuat Hendrik turun tangan untuk menghentikan godaan Sandra.
"Ma,,," tegur Hendrik yang langsung membuat Sandra dan Sean tertawa sedangkan Hendrik menahan tawanya sebab tak ingin Lexa ngambek dan pergi ke kamarnya seperti yang biasa dilakukannya ketika di marahi.
"Ada apa ini terlihat bahagia banget? Tertawa kok nggak ngajak-ngajak!" ucap Arsen yang baru saja datang dengan senyum kecil menggodanya. Arsen pun ikut bergabung di sana dan duduk di samping Sean.
Di saat keluarga bahagia itu tengah berkumpul dan becanda, tiba-tiba saja tamu yang mereka tunggu-tunggu datang dan membuat mereka semua langsung bangkit. Keluarga Lexa menyambut tamunya dengan sapaan yang ramah dan hangat membuat para tamu itu merasa senang berkunjung ke kediamannya.
"Masuk Jeng, Tuan dan semuanya," ucap Sandra dengan senyum mekarnya yang memperlihatkan gigi rata putihnya.
"Terimakasih Jeng," ucap Helen istri Bagaskara sahabat baik Hendrik.
Semuanya pun duduk bersama di ruang keluarga. Kedatangan sahabat baik Hendrik berserta keluarganya membuat kediaman mewah itu semakin ramai. Suasana kekeluargaan tercipta di sana karena Hendrik dan Bagaskara sudah menganggap saudara satu sama lain. Arsen dan Sean dengan sangat ramahnya berbicara dengan anak dari Helen dan Bagaskara. Lexa yang tak mengenal sahabat baik Papanya itu terlihat terdiam di tempatnya sebab tak tau mau melakukan apa sebab orang-orang dewasa di sekitarnya sibuk berbicara.
"Ini siapa Jeng?" Tanya Helen dengan senyum ramahnya sembari melirik Lexa dan Sandra secara bergantian.
"Perkenalkan Jeng ini anak bungsu saya Lexa. Sayang sapa Tante Helen," ucap Sandra membuat Lexa yang malas menghampiri Helen dengan senyum terpaksa-nya. Tanpa ada yang menyadari, anak tertua Helen dan Bagaskara memperhatikan Lexa yang tengah mencium tangan Helen.
"Wah, manis sekali,,," puji Helen tersenyum senang sebab merasa sangat di hormati oleh Lexa dan keluarganya.
"Masih kuliah Jeng?" Tanya Helen yang langsung mendapatkan anggukkan penuh senyuman dari Sandra.
Helen tersenyum membalas tanggapan Sandra tanpa mengatakan apapun. Wanita paru baya yang terlihat awet muda itu tersenyum sembari menatap wajah Lexa dengan dalam. Tidak ada yang tau apa yang berada di dalam hati dan pikiran wanita paru baya itu.
"Maaf Tuan, Nyonya, makan malam sudah siap," ucap Bibi Sumi yang mengalihkan perhatian semua orang.
"Baik Bi, terimakasih," ucap Sandra sembari tersenyum membuat Bibi Sumi tersenyum kecil sembari mengangguk pelan.
"Sama-sama Nyonya," ucap Bi Sumi lalu kembali ke dapur untuk melanjutkan beberapa pekerjaannya yang belum selesai.
"Mari semuanya, kita makan malam bersama," ucap Sandra lalu bangkit dari duduknya dengan di ikuti semua orang. Semuanya pun pergi ke ruang makan bersama-sama sembari berbicara ringan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments