Bab. 20
Arumi mencoba berpikir keras. Ia merasa sangat takut jika terjadi sesuatu sama Mika.
Persahabatan terjalin di antara mereka berdua sudah cukup lama. Tidak mungkin Arumi bisa melupakan Mika begitu saja, apalagi Mika selalu ada di saat Arumi membutuhkannya.
"Kita harus cari kemana?" ujar Arumi yang merasa lemas.
Pak Alex pun segera menenangkan Arumi dan memeluknya erat.
"Apa kita mencari ke tempat dulu penyerangan itu ya, mungkin saja.." Arumi tak lagi meneruskan kata katanya.
Hatinya benar-benar berkecamuk. Sudah beberapa kali dirinya terus menelpon namun, hasilnya tetap sama. Hpnya masih tidak bisa di hubungi.
Di saat, Arumi berkeliling dan melewati kamar itu sekali lagi. Matanya jelas menangkap sesuatu yang tergeletak di lantai tanah sana. Arumi mendekat dan mengambil benda itu. Ternyata itu ponsel Mika yang jatuh di sana dengan keadaan mati total.
Pantas saja nomornya tidak bisa di hubungi.
"Pasti terjadi sesuatu dengan Mika, apa kelompok itu datang lagi? Dan kemudian Mika di culik." gumam Arumi berpikir keras.
Pak Alex mengambil alih ponsel itu, "mari kita pergi dari sini." ucap pak Alex.
Pak Alex menarik tangan Arumi keluar dari sana.
"Tapi bagaimana dengan motornya? Kasian kan jika di tinggal di sini. Cuma ini kendaraan satu-satunya Mika dan juga rumah ini. Aku naik motor dia saja. Kamu naik mobilmu." jawab Arumi.
"Tidak perlu begitu. Aku sudah menyuruh temanku ke sini untuk mengambil motor itu. Sebentar lagi mereka tiba di sini."
Arumi jadi tenang. Tanpa terasa hari sudah malam. Ponsel pak Alex berbunyi beberapa kali.
"Berisik sekali. Angkat saja kenapa? Siapa tau penting."
Pak Alex pun lantas mengangkat telepon tersebut.
"Kamu di mana? Dasar ini anak. Sudah beberapa kali mama telpon baru sekarang kamu angkat! Sekarang juga cepat pulang! Dan bawa menantu mama ke sini. Awas jika tidak kamu bawa!" teriak mamanya di seberang telpon.
"Iya, iya. Mama ini bawel amat. Iya, aku tau." Pak Alex pun segera mematikan telepon sebelah pihak sebelum mamanya mengomel panjang lebar lagi.
"Kenapa?" tanya Arumi.
"Mamaku yang menelpon. Tidak ada apa-apa sih," jawabnya singkat.
"Untuk malam ini kita lanjutkan nanti urusan ini. Sekarang kita bersiap-siap untuk menuju ke rumahku. Seseorang sudah menunggumu di sana." sambungnya lagi.
"Seseorang? Siapa?" tanya Arumi heran.
Apa maksudnya seseorang? Apa mungkin pak Alex tau keberadaan Mika? Apa mungkin Mika berada di rumahnya saat ini?
Begitu banyak pertanyaan di benak Arumi. Tapi, semua pertanyaan itu tanpa jawaban. Membuat Arumi semakin heran sekaligus penasaran di buatnya.
Arumi hanya menurut saja dan segera menggantikan pakaiannya dengan gaun yang di berikan tadi pagi.
Begitu Arumi keluar dari mobil, mata pak Alex begitu terpana dengan pesonanya Arumi malam ini. Terlihat berbeda, namun, malam ini Arumi terlihat lebih cantik apalagi setelah memakai gaun itu.
"Bagaimana? Aku tidak terbiasa memakai gaun. Lagian ini untuk apa sih? Kenapa harus pakai gaun segala?" celetuk Arumi, yang terus memegang gaun itu. Dirinya merasa jenuh dengan memakai gaun karena tidak terbiasa.
"Sangat cantik.. Tidak apa-apa kamu sangat cantik seperti ini. Hanya sebentar saja memakai gaun jika kamu merasa enggan begitu. Hanya sebentar saja, oke."
Mereka berdua pun melangkah masuk ke dalam. Pak Alex sengaja menggandeng tangan Arumi yakni memperlihatkan kemesraannya di hadapan mamanya. Padahal memang tidak ada hubungan di antara mereka. Hanya saja perasaan pak Alex yang terus tertuju kepada Arumi.
Mulai dari bergandengan tangan membuat jantung Arumi berdegup kencang. Entah ada apa, Arumi tidak tau.
Setelah tiba di dalam, Arumi di sambut dengan begitu hangat oleh para pekerja di rumah itu. Begitu tiba, di gazebo belakang rumah, yang di hiasi dengan lampu kelap kelip dan dengan adanya kolam ikan dan dan juga kolam renang. Sungguh sangat menakjubkan. Mata Arumi terus tertuju pada keindahan itu. Dirinya di sambut hangat oleh mamanya pak Alex.
"Hah kau!" pekik Arumi yang terkejut melihat wanita tua yang waktu itu di butiknya, kini berada di rumah elit milik pak Alex.
"Selamat datang, nak. Ayo, silahkan duduk." ujar mama Kemuning Rahayu. Iya, nama wanita tua Kemuning Rahayu.
Arumi pun duduk tepatnya di samping pak Alex. Berbagai makanan enak dan serta minuman enak dan mewah di sajikan. Mata Arumi tertuju ke meja makan dengan terpana.
"Apa semua ini? Dan siapa ibu, kenapa ada di rumah mas Alex?" tanya Arumi dengan masih polosnya.
Bu Kemuning tersenyum simpul.
"Alex adalah putraku. Dia sering kali bercerita tentangmu. Karena penasaran, dan setahuku kamu bekerja di kantornya dan juga di butik itu. Itu sebabnya saya datang ke butik dan mau di layani langsung olehmu."
Hah? Mata dan mulut Arumi bekerjasama melongo, melotot tidak percaya dengan apa yang di katakan wanita itu.
"Sudah, tutup mulutmu itu, nanti masuk lalat pula. Ayo, mari kita makan malam dulu." ucap pak Alex.
Ibunya pun tersenyum. Dan mereka pun makan bersama malam ini. Jujur, masih ada rasa jenuh dan canggung sekaligus penasaran.
Tak lama pun acara makan malam selesai.
"Nak, sekarang kamu tinggal bersama siapa?" tanya bu Kemuning lembut.
"Aku tinggal bersama bibi. Ayah dan ibuku sudah tiada. Sudah lama tiada. Dulu aku sempat tinggal bersama neneknya sebelum dia tiada. Nenek meninggal setelah menikahkan ku." jawab Arumi dengan tertunduk lesu. Kala mengingat kejadian itu, kenangan itu semua.
"Ahh maaf, aku menyinggung mu. Aku tidak bermaksud, aku hanya ingin tau." jawab bu Kemuning kembali.
"Kalian kan sudah lama berhubungan. Bagaimana jika hubungan kalian di resmikan saja. Aku lihat, dan orang lain lihat kalian sangat serasi dan cocok. Kalian juga sudah mengenal satu sama lain kan?" sambung bu Kemuning lagi.
Pernyataan itu membuat Arumi melongo dan terkejut. Kemudian dia menatap ke arah pak Alex. Anehnya, pak Alex terlihat santai biasa saja.
"Apa yang kau katakan pada ibumu?" bisik Arumi di telinganya.
"Kebenaran, kenyataan." jawabnya santai.
"Apa. Apa apaan kamu! Tidak ada hubungan antara kita. Kenapa kamu mengarang cerita buruk padanya?" bisik Arumi yang geram melihat tingkah santai dari pak Alex.
"Dulu mungkin tidak ada, tapi sekarang sudah ada. Apa bedanya?" jawab pak Alex dengan suara sengaja di besarkan supaya di dengar oleh mamanya.
"Arumi, jadilah bagian dari hidupku. Terimalah aku jadi suamimu," sambungnya lagi.
Sontak membuat Arumi sangat terkejut. Ada apa malam ini? Kenapa ini terjadi begitu cepat dan tanpa sadar.
"Aku sudah lama menyukaimu. Aku mencintaimu, Arumi." sambungnya lagi.
Lagi dan lagi Arumi melongo mendengar ucapan pak Alex yang lantang itu. Sungguh tidak menyangka, semua itu akan terjadi dengan begitu cepat.
Ia memang menyadari semua rasa ini dari pak Alex, akan tetapi, dia hanya berpikir bahwa ini pikirannya saja. Sering dia tidak menggubris pernyataan pak Alex yang begitu berlebihan.
Bersambung...
Yuk lanjut bab 21..
Maaf ya teman teman, Bab selanjutnya agak terlambat.. Yuk kembali lagi ke cerita sebelumnya. Mari kita tamatkan cerita yang itu dulu baru kita lanjutkan cerita yang ini.. Bagi yang belum masuk ke cerita satunya, mari masuk yuk. Berjudul "Jadilah Ibu Untuk Anakku"
yuk kepoin cerita temanku..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Kasih Bonda
next thor semangat
2024-09-08
0
Radya Arynda
sudah terima saja arumy,,jangan kembali pada sampah seperti mantan suami mu....
2024-09-07
0