Bab. 6
Hhmmmm....
"Katakan padaku, sejak kapan orang tua mu meninggalkan mu? Dan bagaimana?" tanya Arumi kali ini dengan tatapan serius. Seolah sedang menunggu jawaban yang pasti.
"Ibu dan ayahku meninggal secara bersamaan. Mereka di bunuh. Dan sejak saat itulah aku tinggal bersama nenek. Kejadian itu sudah lama, sekiranya aku masih kecil. Tapi, kejadian itu masih tergambar jelas di pikiranku."
Degh....
Arumi jadi mematung mendengar ucapan sahabatnya itu. Sesadis itukah??
"Jadi... Mereka di bunuh? Kamu tau orangnya, kenapa tidak lapor polisi?" tanya Arumi yang masih syok dan kaget.
"Aku sudah lapor, namun kata polisi tidak ada bukti yang terkait Dua jenazah itu di bunuh. Melainkan kedua orang tuaku meninggal kecelakaan di rumah sendiri. Padahal jelas jelas aku menyaksikan semua kekejaman itu." sambung Mika menceritakan panjang lebar.
"Nah itu dia, kamu kan saksinya. Udah bilang ke polisi bahwa menyaksikan semua itu?"
"Udah, aku masih kecil dan tidak bisa di ambil tindakan. Namun, dengan bujukan nenekku para polisi mengambil langkah pencarian pelaku meninggal nya orang tuaku. Namun, hasilnya nihil. Polisi tidak menemukan apapun." mata Mika mulai berkaca kaca.
Sakit. Sungguh sangat sakit kala mengingat semua kejadian waktu itu. Dirinya selalu ingin melupakan kejadian itu. Namun, hati dan pikirannya akan terus melintas atas kejadian itu.
Bagaimana bisa dia melupakan hal yang begitu sakit baginya? Orang tuanya di lenyapkan begitu saja di depan mata.
"Kamu yang sabar, Mik. Cepat atau lambat mereka pasti mendapatkan balasannya." ujar Arumi yang berusaha menenangkan Mika.
Mika hanya mengangguk...
"Lantas, apa hubungannya dengan balas dendam? Kamu pernah menyebutkan kata balas dendam."
Degh...
Tanpa sadar, Mika sudah memberitahu sedikit. Iya, itu kata kata yang membuat Arumi jadi bertanya-tanya.
"Akan aku balas mereka yang sudah membunuh orang tuaku!" kini wajah dan mata Mika berubah menjadi merah.
Arumi yang melihat itu pun jadi takut. Ia tahu bahwa temannya ini sudah di landa emosi yang tinggi.
Arumi hanya tersenyum getir.
"Tenang dulu, Mika,"
"Kamu tau siapa mereka?" sambung Arumi lagi.
Mika kembali mengangguk.
"Tapi kamu tidak bisa terburu buru. Tentu saja kamu harus punya keahlian untuk menghadapi mereka." jawab Arumi yang mencoba memperingati Mika.
Lalu Mika terlihat tersenyum getir dan licik.
Senyuman seringai itu membuat Arumi jadi takut. Bukan takut lain, Ia takut kalau Mika kenapa napa.
Ia tahu kalau Mika adalah orang yang nekat. Arumi jadi harus cari tahu lebih dalam lagi.
"Kamu tidak boleh pergi!"
tahan Arumi yang reflek melihat Mika keluar dari kamarnya dan mengambil senjata api dan juga golok dan katana kecil yang sudah lama di siapkan.
"Mik. A-apa ini?" tanya Arumi lagi yang gugup melihat semua barang itu.
"Aku sudah menyiapkan semua bahan yang di perlukan. Aku mengambil ini diam diam dari anggota tim mereka."
jawab Mika yang tengah memegang senjata api itu dan mengelap debu yang menempel.
"Ta-tapi Mika, bagaimana kamu yakin dengan semua bahan ini kamu bisa lolos dari mereka. Bagaimana kalau mereka menangkapmu? Tidak! Kamu tidak boleh pergi sendiri. Aku juga ikut bersamamu!"
Hening..
Keduanya tampak tanpa suara sedikitpun. Hanya ada suara nyamuk dan jangkrik saja yang berdengung.
"Lah itu dia yang membuatku tidak akan yakin jika kamu ikut. Aku harus mengurusmu lagi nantinya." jawab Mika santai.
"Bukankah pergi berdua lebih aman? Aku akan membantumu nanti. Kalau kamu pergi sendiri siapa yang akan membantu mu?"
Arumi tetap tidak ingin kalau Mika pergi sendiri. Apalagi Arumi tidak pernah pergi untuk hal seperti ini. Tentu saja Arumi takut. Arumi sengaja minta ikut supaya Mika tidak jadi pergi ke sana.
Akan tetapi, Mika tetap kokoh pada tekatnya yang kuat.
"Aku mau keluar sebentar, kamu mau ikut atau aku antar pulang." tukas Mika yang bangkit dan kemudian meraih kunci keretanya.
Arumi pun mengekorinya di belakang. Baru sebentar Mika duduk di kereta nya tiba saja Arumi juga sudah duduk di belakang nya.
Tanpa bertanya basa basi lagi, Mika langsung tancap gas dan melesat dari sana.
Di tengah perjalanan, Mika berhenti mendadak membuat Arumi pun jadi terjungkal ke depan dan memeluk Mika.
"Kenapa sih? Kalau mau ngerem bilang bilang dong. Atau pelan pelan kek." celetuk Arumi merasa kesal.
"Kamu aku antar pulang, atau ada tempat lain lagi yang ingin kamu kunjungi?" tanya Mika.
"Cih! Kamu sendiri mau kemana? Jangan aneh aneh ya kamu!"
"Aku ada urusan, Ar. Aku antar kamu pulang aja yuk."
"Aku tidak mau pulang! Aku mau ikut kamu. Ehh bentar, aku kasih tau bibi dulu ya."
Arumi meraih ponselnya dan hendak menghubungi bik Nur. Dengan cepat Mika menarik ponsel itu dan mematikan telepon itu.
"Mau bilang apa kamu sama bibi?" tanya Mika dengan mimik wajah serius.
"Mau bilang bahwa aku tidak pulang dulu. Dan ikut dengan mu."
"Gila kamu! Mau buat bibi cemas?"
"Ahh tidak. Aku hanya bilang bahwa aku menginap di rumahmu."
Mika diam dan memberikan ponsel kembali ke tangan Arumi.
Arumi pun kembali menekan nomor bibinya dan memanggil. Terserah kau saja lah. Gumam Mika yang kalah berdebat.
***
"Di sana! Setelah aku selidiki ternyata mereka mendirikan sebuah base camp di sana. Kau lihat, tempatnya lumayan kan?" tunjuk Mika setelah mereka tiba di suatu tempat dalam hutan.
Memang jauh sih dari perkampungan orang-orang. Jauh juga dari kebun orang-orang. Tidak tau persis ada apa di dalam sana. Dari keliatannya saja mereka bukan orang baik baik.
Arumi bergidik ngeri kala melihat orang-orang itu. Orang berbadan gembul, tinggi tegap, dan berkumis dan janggut tebal.
Mereka orang apa kingkong sih? tanya Arumi yang masih melihat baik baik ke arah orang itu.
"Sepertinya ada mobil yang datang. Ayo, kita sembunyi dari sini." ajak Mika yang menyadari ada suara mobil lewat di belakang mereka.
Bergegas mereka mendorong kereta itu di semak semak dan menutupi dengan dedaunan kering yang besar besar. Kemudian mereka pun bersembunyi di balik semak semak itu.
Terlihat dua mobil Jeep hitam yang melintas di depan mereka.
Orang-orang yang ada dalam mobil itu juga sama ngerinya dengan orang yang mereka lihat di base camp itu.
Sesaat mereka melongo melihat ada beberapa anak kecil di dalam sana. Mulutnya di lakban dan tangannya yang di ikat.
"A-apa itu, Mika?" tanya Arumi yang masih menganga melihat hal itu.
"Aku juga tidak tau. Aku masih penasaran apa yang ada di dalam sana." jawab Mika serius.
Tampak Arumi menatap Mika dengan serius.
"Tapi bagaimana kita ke sana? Kamu tidak lihat ada penjagaan di sana! Cari mati kamu! Bagaimana juga ingin balas dendam!" celetuk Arumi yang merasa heran dengan nekatnya Mika.
Bersambung...
Yuk lanjut baca bab 7...
yukk mampir di karya teman aku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments