Bab. Lima

Bab 5.

Baru saja Mika membuka pintu, dia fi kejutkan dengan bok Nur yang datang membawa nampak berisi makanan ke dalam rumah itu.

"Ehh bibi, bikin terkejut saja." seru Mika sedikit tersenyum ramah.

"Sudah mau pulang? Padahal bibi mau antar cemilan buat kalian." jawab bik Nur.

"Ayo, sini masuk lagi Mika." panggil Arumi dengan memberi kode padanya.

Mika pun mengangguk dan kembali masuk ikut gabung dengan Arumi dan bik Nur.

Entah kenapa, melihat kebahagiaan Arumi walaupun hanya bersama bibinya membuat Mika terharu.

Heh. Mika kan wanita tomboy bisa menangis terharu juga. Mungkin saja ada masa lalu Mika yang begitu menyedihkan yang tidak di ketahui oleh Arumi.

Arumi hanya tau kalau Mika tinggal bersama neneknya. Awalnya Mika tidak jadi tomboy seperti ini. Semenjak satu tahun neneknya meninggal, Mika berubah drastis. Awalnya semua temannya di tempat kerja begitu terkejut melihatnya yang berubah seperti itu.

Hanya saja ketika Arumi bertanya kenapa dia berubah seperti ini. Jawaban Mika hanya satu dan tetap itu yang di ulanginya.

Hanya untuk BALAS DENDAM...

Sesadis itukah hidup Mika?

Ia ingin balas dendam pada siapa? Dan atas dasar apa?

Itu yang menjadi pertanyaan Arumi sampai saat ini.

Arumi sering kali melihat kondisi Mika yang terpuruk. Akan tetapi, Mika tetap kokoh untuk menyimpan semuanya sendiri.

Ia selalu kuat dan menyembunyikan air matanya. Yang padahal nya Mika tidak sekuat itu.

"Mik, kamu kenapa?" tanya Arumi sesaat.

"Tidak ada Ar, aku pamit pulang dulu ya Ar." Mika bergegas bangkit dan menuju pintu depan.

"Bibi, aku ikut Mika sebentar ya. Sepertinya dia tidak sedang baik baik saja."

Sang Bibi mengangguk paham. Arumi pun lantas mengikuti Mika dan langsung naik di punggung keretanya.

"Arumi. Aku mau pulang, kamu mau kemana?" tanya Mika yang kaget tiba-tiba saja Arumi sudah duduk di belakang nya.

"Aku ikut kamu." ketus Arumi.

"Tapi Ar, aku mau pulang mau istirahat. Kamu nanti pulang nya bagaimana?"

Mika tetap tidak ingin membawa Arumi bersamanya.

"Jangan pikirkan pulangku. Aku bisa pulang naik taxi kok."

Mika hanya menghela nafas berat. Ia tidak mau terus berdebat dengan Arumi yang tidak akan ada habisnya.

Mika dan Arumi pun melesat pergi dari sana. Tak butuh waktu lama, pun mereka berdua tiba di rumah peninggalan neneknya Mika.

"Ayo, masuk Ar. Maaf ya rumah ku seperti ini." ujar Mika.

Sekarang Arumi jadi tau, kenapa setiap dia minta ke rumahnya Mika selalu cari alasan. Dan ternyata rumah yang di tempatinya begitu kumuh.

Arumi mengerti dan tidak ingin menyinggung perasaan Mika.

"Oke..!" jawab Arumi dengan tersenyum mengembang.

"Kamu dan nenekmu tinggal di sini?" tanya Arumi sesaat setelah tiba di dalam.

Mika hanya mengangguk tanpa menjawab.

"Wihh keren... Dulu, sebelum nenekku meninggal aku juga pernah tinggal bersamanya. Rumahnya persis seperti ini di dekat sawah juga hutan. Tempat yang seperti ini adem tau." sergah Arumi memecah suasana sunyi.

"Benarkah? Tempat nenekmu juga seperti ini? Tapi rumah nenekmu tidak sebagus ini kan?" tanya Mika kemudian.

Arumi tampak diam mencerna ucapan Mika. Sesaat kemudian Mika pun tertawa terbahak-bahak.

Arumi pun ikut tertawa, "aku agak lupa bagaimana ya rumah nenek dulu. Pokonya kalau di bayangkan begitu asik tinggal di tempat seperti ini. Itupun kalau masih ada nenek." jawab Arumi yang juga ikut tertawa dan kemudian berubah menunduk.

Mika yang paham akan Arumi pun mendekat dan mendekapnya.

"Rumah yang di tinggal bersama memang asik Ar. Kalau rumah yang di tinggal sendiri begini asik dari mananya."

Arumi diam sesaat dan kemudian kembali tersenyum.

"Kamu benar. Itu sebabnya kamu jarang pulang ke rumah karena kamu sendirian di rumah."

Mika mengangguk. Dan bergegas ke kamar untuk ganti baju.

"Walaupun kamu berusaha menyembunyikan air matamu aku tetap bisa melihatnya. Hanya penampilan mu yang berubah tapi tidak dengan hatimu. Aku tau persis bagaimana dirimu kawan," ucap Arumi yang berhasil membuat Mika mematung di kamarnya.

Arumi pun masuk ke dalam kamar itu yang berukuran sedang dengan satu kasur kecil dan lemari kecil.

Mika tak menjawab ia meraih handuk dan bergegas ke kamar mandi.

Arumi kembali melihat lihat rumah ini. Ia melihat ada beberapa foto di sana yang terpasang rapi dan selalu bersih. Sepertinya Mika selalu membersihkan rumah ini dengan baik. Juga isi rumah dan foto foto yang ada.

"Ini nenekmu Mik," tanya Arumi ketika Mika masuk kembali setelah mandi.

Mika mengangguk.

"Sepertinya nenekmu tidak asing bagiku. Kenapa ya? Apa aku pernah melihatnya, tapi dimana?" tanya Arumi kembali yang berusaha untuk mengingat.

"Tidak tau. Tidak mungkin di sini kan? Kan baru ini kali pertama kamu ke sini." jawab Mika.

Arumi pun mengangguk pelan. Tapi matanya masih tertuju pada foto itu. Benar. Gambar nenek itu terlihat tidak asing baginya.

Tapi siapa nenek itu?

Kenapa Arumi merasa seperti pernah melihat nenek itu?

Pertanyaan lagi yang di penuhi benak hati Arumi saat ini.

"Mik. Katakan sesuatu tentangmu. Aku ingin tau. Begitu banyak pertanyaan yang tersimpan di hatiku. Kasih tau aku ya." pinta Arumi ketika ia masuk ke dalam kamar Mika.

"Tentang apa? Pertanyaan yang tersimpan apa sih maksudmu?" tanya Mika yang berpura-pura tidak mengerti.

"Tentangmu. Semuanya. Tentang orang tuamu. Dan nenekmu juga tentang kehidupan mu sebelumnya. Pokoknya semuanya. Aku ingin dengar darimu langsung." Arumi tetap memelas pada Mika.

"Hmmm itu... Itu.. Ya.." terlihat Mika yang gugup untuk bercerita dan menghentikan ucapannya di situ.

"Mik. Aku ini temanmu kan. Kita berteman bukan satu hari dua hari. Kita sudah lama berteman." bujuk Arumi supaya dia buka suara.

"Apa istimewa nya dari kehidupanku? Aku sangat sederhana. Sama juga seperti mu." jawab Mika mulai buka suara dengan mata berkaca kaca.

"Mungkin saja ada yang istimewa. Menurut hidup masing-masing. Begitu pun aku. Tentu ada hal istimewa dalam hidupku. Apalagi mengenang ibu dan ayahku dulu."

Hmmm...

Mika tersenyum mendengar obrolan Arumi yang baginya juga ada baiknya dalam kehidupannya bersama orang tuanya.

"Apa ibu dan ayahmu pergi bersamaan?" tanya Mika.

Arumi menggeleng.

"Ayahku sudah lama pergi saat aku masih kecil. Iya, saat aku duduk di bangku kelas empat SD."

Hmmm...

"Setelah itu aku tinggal bersama nenek sesaat. Dan setelah itu aku tinggal lagi bersama ibuku."

Loh.. Kenapa Arumi yang terus bercerita dari tadi.

Bukannya Arumi ingin mendengar cerita Mika?..

Padahal Arumi sengaja memancing Mika untuk bicara.

Tapi tidak apalah. Masih ada waktu untuk buat Mika bicara dan bercerita. Pikirnya.

"Kamu tau nggak Mik, nenekku dulu pernah berpesan. Agar kita harus jadi kuat dan tidak mudah di perdayakan oleh siapa pun. Dan selagi kita masih punya kerabat terdekat marilah untuk berbagi."

Bersambung...

Lanjut bab 6...

Terpopuler

Comments

Far~ hidayu❤️😘🇵🇸

Far~ hidayu❤️😘🇵🇸

lanjut.. menarik

2024-07-31

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!