Penolakan Eca

Malam harinya, setelah Nola kembali ke rumah dia merasa heran karena melihat ruang kerja Bara masih tampak terang karena pintunya sedikit terbuka.

"Sayang?" Nola masuk ke dalam ruang kerja suaminya itu.

"Hmm, kamu baru pulang?"

"Iya, jadwal hari ini padat banget. Tapi ngomong-ngomong, kenapa kamu malah di sini? Bukannya ini malam pertama kamu sama Eca?" Nola duduk di pangkuan Bara. Membelai wajah tampan suaminya.

"Apa kamu rela aku meniduri adikmu?" Bara menatap manik mata Nola.

"Apa hal seperti itu harus kamu tanyakan sayang? Jelas aku nggak rela, tapi mau bagaimana lagi. Demi keturunan yang keluarga kamu harapkan, aku harus siap meski hatiku sakit. Makanya aku memilih pulang larut agar aku tidak melihatmu datang ke kamar Eca. Tapi ternyata kamu masih di sini"

"Maafkan aku sayang. Aku juga belum siap menyentuh Eca. Aku tidak sanggup untuk menyakitimu"

Nola menyandarkan kepalanya di dada Bara. Dia membentuk pola abstrak dengan jari tangannya.

"Tapi dengan begitu, bukannya pernikahan mu dengan Eca akan semakin lama? Eca tidak akan segera hamil kalau kamu terus menundanya. Harusnya lebih cepat lebih baik. Kalau kamu tidak sanggup berada di atas Eca...." Nola menggantung ucapannya.

Dia mengangkat wajahnya, menatap suaminya dengan senyum yang menggoda.

"Bayangkanlah wajahku saja saat me menyentuhnya. Dengarkanlah de**hanku di telingamu, rasakan n***matnya saat milikmu menusuk milikku dengan dalam" Bisik Nola dengan sensual.

Bahkan wanita itu sengaja mengecup daun telinga Bara untuk memberikan sensasi yang biasanya membuat semua orang menggila.

Hap...

Bara menangkap tangan Nola yang masih beraksi di dadanya. Bahkan kini Bara melihat kancing piyamanya terbuka dua buah.

"Apa kamu yakin aku bisa melakukan itu dengan adikmu hanya dengan membayangkan mu?"

"Aku yakin, maka lakukanlah!"

Bara benar-benar heran, bagaimana mungkin Nola terlihat biasa saja saat suaminya sendiri akan menyentuh wanita lain. Terlebih wanita itu adalah seseorang yang selama ini Nola anggap sebagai adik kandungnya sendiri.

Di sini Bara seperti melihat Nola tak mencintainya. Bara sebenarnya berharap Nola seperti wanita-wanita lain yang terobsesi kepadanya.

Dulu bahkan ada wanita yang rela menyamar menjadi pembantu di rumahnya agar bisa dekat dengan Bara. Seandainya wanita itu tidak nekat dengan mencampurkan obat p*****sang di minuman Bara, mungkin dulu Bara bisa mempertimbangkannya.

Bara justru suka dengan wanita yang mati-matian menunjukkan rasa suka kepadanya, meski itu bisa di sebut juga dengan obsesi. Tapi rasanya dia lebih merasa dicintai. Berbeda dengan Nola saat ini.

Tapi mau bagaimana lagi, hatinya juga sudah terpaut dengan Nola waktu itu. Dia mengikat Nola dalam pernikahan penuh cinta lima tahun yang lalu.

"Bolehkah malam ini aku tetap bersamamu?"

Nola menggelengkan kepalanya dengan bibir yang mengerucut.

"Nggak boleh!! Kamu harus sama Eca. Sekarang dia istrimu juga sayang"

"Kalau begitu, bolehkan aku membagi cintaku untuknya? Bukannya dia juga istriku? Walau hanya sementara, tapi dia tetap istriku kan?"

Deg...

Mendadak Nola seperti di pukul telak oleh pertanyaan Bara.

"K-kamu kan sudah janji untuk tidak membawa hati dalam pernikahan ini sayang. Apa kamu lupa?"

Sebenarnya Nola takut kalau Bara tak mau menemani janjinya. Kalau begitu, Nola seperti sedang menantang keutuhan rumah tangganya.

"Aku tidak lupa. Sekarang kamu istirahatlah. Aku masih harus mengerjakan sesuatu"

"Tapi, setelah ini kamu..."

"Aku akan ke kamar Eca. Bukankah itu yang kamu inginkan?"

Kini Nola bungkam. Sekarang, giliran Bara sendiri yang ingin ke kamar Eca, Nola seperti tak rela. Sedangkan tadi dia sendiri yang memaksa Bara.

"I-iya, kalau gitu aku ke kamar dulu sayang. Selamat untuk malam pertama dengan Eca"

Cup..

Nola mengecup bibir suaminya sekilas kemudian keluar dari ruang kerja itu dengan tergesa-gesa.

Satu jam berlalu....

Saat waktu menunjukkan pukul dua belas malam, Bara baru masuk ke dalam kamar Eca.

Ternyata istri mudanya itu tidak mengunci pintu kamarnya. Entah sengaja karena menunggunya atau memang lupa.

Tapi pemandangan yang Bara dapatkan saat ini adalah Eca yang sedang berbaring membelakanginya.

Baju tidur berbahan satin yang tipis itu melekat membentuk lekuk tubuhnya yang indah. Bara jelas bisa melihat keseluruhannya karena Eca tak menggunakan selimut sama sekali. Apalagi p*hanya yang terekspos karena dressnya sedikit tersingkap.

Gelg...

Tanpa sadar Bara menelan ludahnya dengan kasar. Dia pria normal apalagi yang ada di hadapannya saat ini adalah istrinya. Wanita yang halal untuk ia sentuh.

Tak adanya gerakan dari Eca membuat Bara yakin kalau wanita yang mempunyai tubuh indah itu sudah terlelap.

Bara mulai mendekat. Dia menuju ranjang yang masih kosong di belakang Eca.

Perlahan dia ikut naik ke sana dengan mata yang masih tertuju pada tubuh Eca. Dari ujung kaki berjalan naik hingga ke pangkal p*hanya yang terbuka, sungguh pemandangan yang indah di mata Bara.

Kaki jenjang, yang putih dan mulus, pasti begitu lembut saat Bara mendaratkan kecupan di sana.

"S*hit!! Ini membuatku gila!!" Umpat Bara pada dirinya sendiri.

Cukup lama Bara terdiam untuk mengendalikan dirinya. Dia heran kenapa akhir-akhir ini dia seperti lepas kendali. Dia sendiri tidak mengenali siapa yang ada dalam dirinya. Apalagi di saat dia menuntaskan b**ahinya di hadapan Eca malam itu. Bara sungguh tidak mengira hal itu bisa terjadi.

Bara mencondongkan badannya ke arah Eca. Menyentuh pinggang ramping Eca dengan jemarinya yang panjang dan berotot.

"HAHH!! SIAPA KAMU!! JANGAN SENTUH!!" Teriak Eca tiba-tiba tanpa tau siapa orang yang ada di belakangnya dan dengan lancang menyentuh pinggangnya.

Eca langsung terduduk dan menyilangkan kedua tangan di depan dadanya. Eca juga menekuk kakinya, hingga tubuhnya seperti meringkuk dalam posisi duduk dan semakin mundur menjauh dari Bara.

Melihat reaksi Eca yang seperti itu, hanya membuat Bara tersenyum kecut.

"Apa kamu lupa kalau saya suamimu dan ini malam pertama kita? Kenapa reaksi seperti itu? Apa aku ini seperti penjahat yang mau memperk**a mu?" Bara tersenyum miring pada Eca.

"M-maaf Mas. A-kau tidak tau kalau itu kamu" Mata Eca masih memancarkan ketakutan.

"Benarkah? Atau memang kamu tidak mau ku sentuh sampai beraksi seperti itu?"

Eca menundukkan kepalanya, lagi-lagi Bara bisa membaca pikirannya.

"M-maaf Mas, aku belum siap" Suara Eca terdengar bergetar.

Bara sempat terkekeh mendengar alasan yang Eca berikan.

"Belum siap apa memang tidak mau?" Suara Bara terdengar rendah dan dingin.

Sebenarnya Eca sudah sangat ketakutan saat ini, tapi dia mencoba mengangkat kepalanya untuk menatap lawan bicaranya itu.

"Pernikahan ini akan berakhir dalam satu tahun kalau aku nggak hamil kan Mas?"

"Hemm" Jawab Bara sambil mengangguk.

"Gimana k-kalau kita pura-pura sudah berhubungan dan mengatakan kalau aku memang tidak bisa hamil"

"Kamu mengajakku untuk berbohong?"

"Bukan berbohong Mas. Tapi aku hanya mengajak bekerja sama. Mas Bara nggak mau menyakiti Mbak Nola kan? Sama denganku yang nggak mau menyakiti Efan, karena aku hanya ingin menyerahkan diriku pada pria yang aku cint..."

"Ohh, jadi kamu melakukan itu demi pria itu?" Potong Bara dengan cepat.

"Emm, i-itu Mas. M-maksudnya aku cu..." Eca tak bisa berkata-kata lagi ketika Bara justru meringsek mendekat ke arahnya.

Eca sendiri merasa kalau dia begitu bodoh kerena tidak bisa mengendalikan mulutnya. Bisa-bisanya dia bicara seperti itu di depan Bara.

"Kamu bicara pada suamimu sendiri kalau kamu ingin menyerahkan dirimu pada pria lain yang kamu cintai Ca?" Ucap Bara negatif dekat dengan wajahnya. Bahkan nafas Bara yang beraroma mint itu bisa tercium oleh Eca.

"Kalau begitu..." Bara menggeser wajahnya hingga berada di samping telinga Eca.

"Kita lihat saja, aku akan membuatmu menyerahkan dirimu sendiri kepadaku. Akan ku tunggu saat di mana kamu memohon kepadaku untuk menyentuhmu" Bisik Bara pada Eca.

Deg...

"Apa yang Mas Bara maksud? Apa yang akan dia lakukan kepadaku?

"Ingat itu, sayang. Fiuuuhhh"

Bara meniup telinga Eca hingga membuat sejujur tubuhnya merinding.

Setelah itu Bara keluar dari kamar Eca dengan pintu yang di tutup dengan sedikit keras.

"Aku sudah berdosa besar karena menolak suamiku sendiri. Tapi aku tidak bisa, apa yang harus aku lakukan?"

Terpopuler

Comments

Firgi Septia

Firgi Septia

Mustinya eca bayi tabung aja daripada melalui Hb

2024-11-26

2

Widodo Putra

Widodo Putra

hanya nola bayi tabung

2025-02-16

0

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

hemm..

2024-12-30

0

lihat semua
Episodes
1 Serupa namun tak sama
2 Kakak Ipar
3 Ketidaksukaan
4 Ungkapan hati
5 Cerita Nola
6 Solo karir
7 Cerita Eca pada Efan
8 Tidak nyaman
9 Di pecat
10 Apa salahku?
11 Sombong dan angkuh
12 Rencana mertua
13 Kemarahan Bara
14 Permintaan Nola
15 Bukan Adikku
16 Rencana Nola
17 Keputusan
18 Syarat dari Bara
19 Pernikahan
20 Penolakan Eca
21 Mencoba menghindar
22 Tak manusiawi
23 Alasan Bara
24 Suami kurang ajar!
25 Sampai
26 Keresahan Nola
27 Berakhir
28 Surat perjanjian
29 Kena pelet
30 Cemburu
31 30. Scarf
32 Bertemu Efan
33 Pelajaran untuk Eca
34 Merendahkan diri
35 Asupan
36 Bayangan Eca
37 Rindu?
38 Mandi berdua
39 Mengerikan
40 Jus buah
41 Rencana Nola
42 Kamu cemburu?
43 Tamu tak terduga
44 Kecemburuan Nola
45 Manja
46 Balita
47 Ngambek
48 Buat kita
49 Tersentuh
50 Merasa terancam
51 Permainan Bara
52 Bukan cinta tapi...
53 Bramantyo
54 Menguntit
55 Ternyata memang Nola
56 Bara yang mabuk
57 Yang sebenarnya terjadi
58 Kelinci kecil Daddy
59 Rindu sosok Ayah
60 Kualat
61 Kecewa
62 Memastikan
63 Cinta bukan nafsu
64 Ketahuan
65 Sikap dingin Bara
66 Sikap Bara yang aneh
67 Seandainya
68 Ancaman Eca
69 Eca sudah kalah
70 Mencari petunjuk
71 Rencana Nola
72 Serangan balik dari Eca
73 Terbongkar
74 Tamparan untuk Nola
75 Selamat tinggal
76 Yang tersakiti
77 Masalah belum usai
78 Mencari keberadaan Eca
79 Aku kalah!!
80 ??????
81 Terbang ke awan
82 Biarkan jadi pelakor
83 Percayalah
84 Cemburu
85 Perpisahan
86 Keputusan Bara
87 Jangan salahkan aku!!
88 Asupan semangat
89 Siapa yang akan pergi??
90 Penjelasan
91 Hancur
92 Sampai habis
93 Sakit
94 Pembawa kebahagiaan
95 Ngidam
96 Mandiin
97 PERMAISURI DARI KAUM KAFIR (Kesempatan ke dua)
98 Nessa dan Bara
99 Mama?
100 Lula sakit
101 Permintaan Heru
102 Bahagianya Nola
103 Extra part
104 Extra part, Dimana Lula?
105 Extra part, Lula takut...
106 Extra part, Tarzan
107 Extra part, Main di dapur
108 Extra part, Masa lalu
109 Extra part, Kembar
110 Extra part, Ketakutan Nola
111 Extra part, Nita bukan Nisa
112 Extra part, Sosis mayo
113 Extra part, Semakin mirip
114 Extra part, Peringatan Heru
115 Extra part, Sadar diri
116 Extra part
117 Extra part, Tidak jujur
118 Extra part, Kecewa
119 Extra part
120 Extra part
121 Extra part, coklat matcha
122 Extra part
123 Extra part, Hamil lagi?
124 Extra part, Sisi lain Bara
125 Extra part, Bantuan Bara
126 Extra part, Putus asa
127 Extra part, Pergi
128 Extra part, menemui Eca
129 Extra part, Bertemu
130 Extra part
131 Extra part
132 Extra part
133 Extra part
134 Extra part
135 Extra Part
136 Extra part
137 Extra part
138 Extra part
139 Extra part
140 Extra part
141 Extra part
142 Extra part
143 Extra part
144 Extra part
145 Extra part
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Serupa namun tak sama
2
Kakak Ipar
3
Ketidaksukaan
4
Ungkapan hati
5
Cerita Nola
6
Solo karir
7
Cerita Eca pada Efan
8
Tidak nyaman
9
Di pecat
10
Apa salahku?
11
Sombong dan angkuh
12
Rencana mertua
13
Kemarahan Bara
14
Permintaan Nola
15
Bukan Adikku
16
Rencana Nola
17
Keputusan
18
Syarat dari Bara
19
Pernikahan
20
Penolakan Eca
21
Mencoba menghindar
22
Tak manusiawi
23
Alasan Bara
24
Suami kurang ajar!
25
Sampai
26
Keresahan Nola
27
Berakhir
28
Surat perjanjian
29
Kena pelet
30
Cemburu
31
30. Scarf
32
Bertemu Efan
33
Pelajaran untuk Eca
34
Merendahkan diri
35
Asupan
36
Bayangan Eca
37
Rindu?
38
Mandi berdua
39
Mengerikan
40
Jus buah
41
Rencana Nola
42
Kamu cemburu?
43
Tamu tak terduga
44
Kecemburuan Nola
45
Manja
46
Balita
47
Ngambek
48
Buat kita
49
Tersentuh
50
Merasa terancam
51
Permainan Bara
52
Bukan cinta tapi...
53
Bramantyo
54
Menguntit
55
Ternyata memang Nola
56
Bara yang mabuk
57
Yang sebenarnya terjadi
58
Kelinci kecil Daddy
59
Rindu sosok Ayah
60
Kualat
61
Kecewa
62
Memastikan
63
Cinta bukan nafsu
64
Ketahuan
65
Sikap dingin Bara
66
Sikap Bara yang aneh
67
Seandainya
68
Ancaman Eca
69
Eca sudah kalah
70
Mencari petunjuk
71
Rencana Nola
72
Serangan balik dari Eca
73
Terbongkar
74
Tamparan untuk Nola
75
Selamat tinggal
76
Yang tersakiti
77
Masalah belum usai
78
Mencari keberadaan Eca
79
Aku kalah!!
80
??????
81
Terbang ke awan
82
Biarkan jadi pelakor
83
Percayalah
84
Cemburu
85
Perpisahan
86
Keputusan Bara
87
Jangan salahkan aku!!
88
Asupan semangat
89
Siapa yang akan pergi??
90
Penjelasan
91
Hancur
92
Sampai habis
93
Sakit
94
Pembawa kebahagiaan
95
Ngidam
96
Mandiin
97
PERMAISURI DARI KAUM KAFIR (Kesempatan ke dua)
98
Nessa dan Bara
99
Mama?
100
Lula sakit
101
Permintaan Heru
102
Bahagianya Nola
103
Extra part
104
Extra part, Dimana Lula?
105
Extra part, Lula takut...
106
Extra part, Tarzan
107
Extra part, Main di dapur
108
Extra part, Masa lalu
109
Extra part, Kembar
110
Extra part, Ketakutan Nola
111
Extra part, Nita bukan Nisa
112
Extra part, Sosis mayo
113
Extra part, Semakin mirip
114
Extra part, Peringatan Heru
115
Extra part, Sadar diri
116
Extra part
117
Extra part, Tidak jujur
118
Extra part, Kecewa
119
Extra part
120
Extra part
121
Extra part, coklat matcha
122
Extra part
123
Extra part, Hamil lagi?
124
Extra part, Sisi lain Bara
125
Extra part, Bantuan Bara
126
Extra part, Putus asa
127
Extra part, Pergi
128
Extra part, menemui Eca
129
Extra part, Bertemu
130
Extra part
131
Extra part
132
Extra part
133
Extra part
134
Extra part
135
Extra Part
136
Extra part
137
Extra part
138
Extra part
139
Extra part
140
Extra part
141
Extra part
142
Extra part
143
Extra part
144
Extra part
145
Extra part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!