Hari telah berganti musim, dan musim semi sudah tiba di Kota Seroja. Harry dan Rina akhirnya pulang ke kampung halaman mereka setelah lebih dari satu tahun menempuh perjalanan panjang di medan perang. Mereka adalah dua tentara yang berjuang untuk merebut kembali kedaulatan pulau terluar negara ini dari tangan musuh yang telah lama menguasainya.
Ketika mereka tiba di Kota Seroja, bunga-bunga mekar dengan indah, menandakan awal yang baru dan penuh harapan. Harry dan Rina disambut dengan suka cita oleh penduduk kota, yang telah mendengar tentang keberanian dan pengorbanan mereka.Wajah-wajah ceria dan senyum hangat dari teman-teman membuat mereka merasa betah dan diterima.
Di tengah sambutan meriah, Harry dan Rina merasakan kehangatan yang berbeda. Setelah bertahun-tahun berjuang bersama di medan perang, mereka tidak hanya menjadi rekan kerja yang andal tetapi juga keluarga.
Di kejauhan, Larasati berdiri dengan sabar. Hatinya berdebar kencang, tak sabar untuk memeluk dua orang yang sangat dirindukannya. Saat tatapan mereka bertemu, waktu seakan berhenti.
Larasati berlari, air mata haru tak terbendung lagi. Harry dan Rina menyambutnya dengan pelukan hangat, sebuah pelukan yang melepas semua rindu dan cemas yang selama ini terpendam. “Kak Laras…” bisik Harry lirih, suaranya serak menahan haru.
Rina tak mampu berkata-kata, ia hanya mengeratkan pelukannya, menyalurkan rasa syukur dan bahagianya. Pertemuan itu dipenuhi kehangatan, sebuah momen yang akan selalu terukir indah dalam ingatan mereka.
Di halaman belakang yang diteduhi pepohonan rindang, Harry, Rina, dan Larasati duduk berdampingan. Secangkir teh hangat di tangan mereka menghangatkan suasana. Canda tawa sesekali pecah, mengingatkan mereka akan indahnya kebersamaan setelah sekian lama terpisah jarak dan waktu.
Harry dengan antusias menceritakan pengalamannya di medan perang, tentang keberanian para prajurit dan perjuangan para tenaga medis dalam menyelamatkan nyawa. Rina dengan penuh rasa syukur menceritakan tentang kekuatan hati yang ia temukan di tengah situasi yang penuh tekanan.
Larasati mendengarkan dengan seksama, sesekali matanya berkaca-kaca mendengar kisah perjuangan orang-orang yang dicintainya. Malam itu, di bawah langit yang bertabur bintang, mereka kembali menegaskan komitmen dan cinta mereka. Perpisahan selama setahun telah menguatkan ikatan batin mereka, menjadikan hubungan mereka semakin kokoh dan penuh makna.
Harry merasakan ketenangan dalam hatinya, namun juga dorongan untuk terus maju. "Meskipun perang sudah berakhir, perjalanan kita sebagai kultivator belum selesai. Masih banyak yang harus kita pelajari dan capai."
Larasati mengangguk, dengan pandangan penuh tekad. "Kita harus terus berlatih dan menjadi lebih kuat. Dunia ini penuh dengan tantangan yang belum kita ketahui."
Rina menambahkan, "Kita memiliki kemampuan untuk membawa perubahan yang lebih besar. Bukan hanya di medan perang, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa menjadi pelindung dan penolong bagi
mereka yang membutuhkan."
---
Rina meninggalkan Harry dan Larasati yang sudah tidak bertemu selama satu tahun berduaan. Rina ingin memberi kesempatan pada Larasati bermesraan berdua bersama Harry.
Cahaya temaram menerangi ruangan, menciptakan suasana romantis yang menawan. Larasati, dengan rambut panjangnya yang tergerai lembut di atas bantal sutra putih, terlihat begitu memesona. Harry, yang tak kuasa menahan rindu yang telah lama terpendam, mendekati Larasati dengan langkah hati-hati.
Tatapan mereka bertemu, menyalakan api yang telah lama terpendam. Sentuhan lembut Harry di wajah Larasati menimbulkan getaran yang tak terlukiskan. Mereka saling berpelukan, menikmati kehangatan tubuh masing- masing. Di tengah keheningan malam, cinta mereka berbisik, menyatukan dua jiwa yang telah lama merindukan pertemuan ini.
Raut wajahnya pun merekah dalam ekstasi ketika Harry mencium lehernya yang halus dan merayapi tubuh rampingnya dengan belaian lembut. Mereka seperti dua jiwa yang saling berpadu dalam harmoni yang sempurna.
Rintihan kenikmatan pun pecah dari bibir Larasati saat Harry semakin mendalam dalam memuaskan hasrat birahi keduanya.
Mereka tenggelam dalam dunia keintiman yang begitu indah, tak ada kata-kata yang dapat mengungkapkan betapa mereka merindukan satu sama lain selama setahun ini.
Perasaan cinta yang telah lama terpendam akhirnya terwujud dalam momen yang penuh makna bagi Harry dan Larasati. Mereka seperti dua jiwa yang bersatu dalam harmoni yang sempurna, mengekspresikan rindu dan
cinta yang tak terungkapkan selama setahun terpisah.
Dalam pelukan erat dan ciuman penuh kasih sayang, mereka merasakan kehangatan cinta yang telah lama mereka nantikan.
Ke-esokan harinya Larasati merasa seperti tidak bisa berjalan dengan normal. Setiap langkahnya terasa berat dan dipenuhi dengan rasa ngilu di kewanitaannya.
Kemarin malam, Harry telah menggempurnya tanpa henti selama berjam-jam, membuat tubuhnya seperti telah dilewati badai besar.
Dia memandang Rina yang terkikik cekikikan, sepertinya terhibur dengan tingkah dan cara berjalan Larasati. Larasati mencubit lembut lengan Rina, "Awas, kamu…. meninggalkan aku begitu aja sama Harry tadi malam.
"Rina tergelak keras, "Maaf ya, sayang. Tapi lihatlah, kamu masih bisa berjalan kok meski agak aneh, dan aku telah terbiasa seperti itu, aku mengalami sendiri selama satu tahun..hahaha..”
“Mungkin itu tandanya cinta sejati, ?"
Larasati menggelengkan kepala, "Cinta sejati? Mungkin lebih tepatnya adalah gairah sesaat yang membuatku hampir lumpuh sekarang." Dia menghela nafas berat, masih teringat bagaimana Harry begitu bernafsu memenuhi keinginannya semalam.
"Maafkan aku…aku sengaja memberimu waktu berdua dengan-nya untuk melepaskan kerinduan yang terpendam selama satu tahun, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri " ujar Rina sambil mengusap punggung
Larasati.
“Kamu benar, Rina,” ujar Larasati, tersenyum kecil, merasa lega mendengar dukungan sahabatnya. “Tapi untuk malam-malam berikutnya kamu harus ikut. Siapa tahu nanti Harry bertindak liar seperti tadi malam.”
“Tentu, aku akan selalu bersamamu. Kita hajar Harry!” jawab Rina sambil tertawa, memeluk erat Larasati. Hari-hari pun berlalu dengan dipenuhi kehangatan kebersamaan.
Canda tawa mereka bertiga kembali menghiasi rumah. Larasati, yang telah pulih sepenuhnya, kini dapat kembali menikmati hari-harinya dengan penuh semangat, didukung oleh cinta Harry dan persahabatannya yang erat dengan Rina
--------
Kali ini Rina, dan Larasati berada di kamar Harry. Mereka duduk bersama-sama di ranjang yang besar dan nyaman, tersenyum satu sama lain dengan penuh kehangatan. Malam itu, udara dipenuhi dengan keintiman dan
cinta.
Larasati memeluk Harry dari belakang sambil mencium leher dan bahunya dengan lembut. Rina duduk di samping mereka, menatap dengan penuh kekaguman. Dia meraih tangan Harry dan memandanginya dengan mata penuh cinta.
Harry tersenyum pada keduanya, merasa bahagia memiliki dua wanita yang begitu dicintainya di sisinya. Dia mencium bibir Rina dengan penuh gairah, menyebabkan hati mereka berdetak lebih cepat.
Larasati tersenyum manis saat melihat kedua orang yang dicintainya begitu mesra. Dia meraih tangan Rina dan Harry, menyatukan mereka dalam kehangatan yang indah. Mereka saling berbisik kata-kata sayang dan
menggenggam erat satu sama lain.
Harry dan Larasati saling bertatapan, lalu tanpa terasa mereka mendekat dan mencium bibir satu sama lain. Meskipun hanya berlangsung sebentar, namun ciuman tersebut membuat mereka merasa seperti tengah berada di dunia lain.
"Aku mencintaimu, Larasati," ucap Harry sambil menggenggam tangan Larasati erat.
Larasati tersenyum bahagia dan balas mengucapkan, "Aku juga mencintaimu, Harry.
"Rina tersenyum melihat kebahagiaan keduanya. Mereka bertiga pun melanjutkan malam mereka dengan penuh kebahagiaan dengan cinta yang tumbuh di antara mereka.
Hari telah semakin larut malam, dan di dalam kamar Harry, suasana sangat panas. Mereka berdua telah lama menjalin hubungan poliamori dengan Harry, dan malam ini mereka bertiga merayakan pertemuan bertiga cinta mereka dengan penuh gairah.
Larasati dan Rina sama-sama cantik dan menawan, mereka berdua memiliki pesona yang sulit untuk diabaikan. Larasati memiliki rambut panjang bergelombang dan mata cokelat yang dalam, sementara Rina memiliki rambut hitam lurus sebahu dan senyuman yang manis.
Kali ini, mereka berdua berusaha untuk membuat Harry takluk. Tanpa memberinya kesempatan untuk istirahat, Larasati dan Rina bergantian memberikan sentuhan-sentuhan luar biasa ke Harry.
Rina, dengan tatapan penuh kekaguman, membisikkan pujian pada Larasati yang sedang membelai Harry dengan penuh kasih sayang.
“Kamu selalu tahu bagaimana membuatnya merasa dicintai,” bisik Rina pada larasati, suaranya
lembut seperti belaian angin malam. Larasati, dengan senyuman kecil, menatap mata Harry, menyalurkan seluruh rasa rindunya melalui setiap sentuhan.
Tak ingin membiarkan Larasati berjuang sendiri, Rina mendekatkan diri pada Harry, menawarkan ciuman lembut dan hangat di tempat yang berbeda. Harry, terhanyut dalam lautan cinta dan kerinduan yang tertumpah ruah, merasakan tubuhnya semakin panas membara.
Setiap sentuhan, setiap bisikan, setiap tatapan membawa mereka semakin dekat dengan puncak kebahagiaan
yang telah lama mereka nantikan.
“Kalian… sungguh luar biasa,” ujar Harry, suaranya tercekat oleh rasa cinta dan kebahagiaan yang meluap. Larasati, dengan mata berkilau dan senyum menawan, membalas tatapan Harry. “Malam ini hanya untukmu, sayang,” bisiknya, gerakan tubuhnya seolah menari mengikuti irama cinta mereka.
Rina, tak mau kalah menunjukkan rasa sayangnya, kembali mendekat, tubuhnya menyatu dengan Harry dan Larasati dalam sebuah tarian cinta yang penuh gairah dan kerinduan.
Waktu seolah berhenti berputar bagi mereka bertiga. Hanya ada sentuhan, bisikan cinta, dan desahan kepuasan yang mewarnai ruangan itu.
Harry, merasakan cinta yang begitu besar dari dua wanita istimewa dalam hidupnya, mencoba membalas setiap sentuhan dan kasih sayang yang mereka berikan.
Dia mengusap rambut Larasati dengan lembut, sesekali mengecup kening Rina, mencoba mengucapkan kata cinta yang sulit terucap melalui tatapan matanya.
Luar biasa, kalian berdua sungguh hebat," ujar Harry sambil tersenyum lebar.
Larasati dan Rina hanya tersenyum sambil saling berpandangan. Mereka tahu bahwa malam ini adalah malam yang penuh gairah dan cinta yang mendalam.
Rina, merasakan sentuhan lembut Harry di keningnya, mendesah lirih. Matanya yang berkilau menatap Harry, penuh cinta dan kebahagiaan. “Aku mencintaimu, Harry,” bisiknya, suaranya serak oleh emosi yang meluap.
Larasati, yang sedang bersandar di dada Harry, mengangkat kepalanya, menatap Rina dan Harry bergantian. “Aku juga mencintaimu, Harry,” ucapnya tulus, kemudian mengarahkan pandangannya pada Rina, “Dan aku mencintaimu, Rina.” Tanpa ragu, Larasati mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Rina dengan lembut. Rina, terkejut sejenak, merasakan hatinya berdesir hebat.
Dikelilingi oleh dua orang yang sangat dicintainya, Rina merasa seperti tenggelam dalam lautan kebahagiaan yang tak berujung.Setelah melepas kelelahan dengan bersama-sama, mereka bertiga berbaring di atas kasur dengan pelukan yang erat.
Mereka saling menyapa dengan ciuman yang penuh kasih sayang dan rasa syukur karena memiliki satu sama lain. Ciuman lembut Larasati menyisakan seberkas kehangatan di bibir Rina. Rasa cinta dan penerimaan yang begitu besar mengalir di antara mereka bertiga, menyatukan hati dan jiwa mereka dalam ikatan yang tak
terpisahkan.
Harry, yang menyadari betapa beruntungnya dia memiliki dua wanita luar biasa ini dalam hidupnya, menarik Larasati dan Rina ke dalam pelukannya. Mereka berbaring berpelukan, merasakan detak jantung satu sama lain, seolah menyatakan janji untuk selalu saling mencintai dan mendukung, apa pun yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments