Chapter 3 : Rasa Penasaran Yang Mengusik

Tak di rasa ia telah tiba di vila Scalte yang akan ia tinggali hingga satu tahun kedepan, perjalanan yang ia tempuh untuk sampai ke tempat ini memakan waktu sekitar delapan jam. Waktu yang cukup lama hingga membuatnya lelah karena duduk yang terlalu lama di sepanjang perjalanan.

Walaupun begitu, rasa letih itu terbayar lunas ketika ia sampai ke vila Scalte dengan visualnya yang luar biasa. Walaupun ia tak mengingatnya, tapi tempat ini benar-benar indah seperti apa yang ia dengar sebelumnya. Dulu saat kecil, Oliver pernah menghabiskan waktunya hingga beberapa bulan di tempat ini bersama teman masa kecilnya yang bernama Marianna Halstead.

Dia tidak tahu apakah itu benar atau tidak, tapi jika tempat ini pernah terjamah oleh kehadirannya saat masih kecil, seharusnya ada beberapa objek yang bisa memicu kebangkitan ingatannya, bukan?

Koper itu menggelinding di atas jalan bebatuan yang tertata dengan indah, ia telah tiba di pekarangan vilanya. Walaupun orang-orang bilang bahwa ini bukanlah pertama kalinya pria itu datang ke tempat ini, namun rasa terpukaunya akan keindahan dan kenyamanan di tempat ini benar-benar tercetak dengan jelas di wajahnya.

Ini benar-benar tempat yang sangat luar biasa, sebuah vila besar dengan jarak yang cukup dekat dengan danau buatan di sekitar sini. “Huft...” Ia menghela nafasnya dengan lembut, udara bersih dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus benar-benar membuatnya merasa seolah berada di dunia surgawi. Kesan itu benar-benar berbeda saat ia tinggal di kota besar yang penuh akan udara polusi.

Well, ini benar-benar tempat yang cukup ideal untuk dijadikan tempat bersantai dan juga tempat peristirahatan dalam jangka waktu yang panjang.

“Fft! Tuan Muda, jika anda tidak kehilangan ingatan anda. Saat datang ke tempat ini lagi mungkin anda hanya akan berwajah datar seperti biasanya. Tapi syukurlah, sekarang anda terlihat lebih banyak berekspresi,” tuturnya bersamaa tawaan renyahnya dari sang bibi.

Reaksi Oliver kini hanya mengerutkan dahinya dengan heran, “Apa aku benar-benar seperti itu?”

Lagi pula, tak peduli akan kedatangan dirinya di masa lalu. Ia hanya merasa terpukau dengan kenyamanan dan keheningan di tempat ini karena semasa hidup yang ia lewati selama hampir dua tahun itu benar-benar berat untuknya.

Oliver hanya hidup dan menghabiskan harinya dengan belajar dan belajar demi memenuhi ekspektasi tinggi orangtuanya. Tapi benar juga, Oliver tidak mengontrol ekspresinya. Apa aku benar-benar terlihat seperti orang udik yang baru pertama kali datang ke tempat semewah ini? tanya dihatinya dengan malu.

“Ugh! Memalukan.” Namun apakah berdosa jika merasa beruntung telah mendapatkan liburan seperti ini? Sejak bangun dari koma, Oliver bahkan tak pernah mendapatkan hari liburnya barang sehari pun.

Ia juga berfikir apakah dirinya harus berterimakasih kepada dokter Riegar sialan itu, atau bahkan berteriak kesal dan juga memarahinya karena dia berhasil membuat rencana kematiannya menjadi gagal total?

Hanya saja, kenapa orang-orang selalu berkata bahwa kepribadian Oliver berubah setelah lupa ingatan? Mereka berfikir bahwa gaya hidup Oliver yang sekarang lebih baik dari pada sebelumnya. Memangnya Oliver yang dulu seperti apa…? Apakah mereka memang terliat seperti dua orang yang berbeda?

“Ekhem!” deheman seseorang yang nyaring muncul secara tiba-tiba. Sontak Oliver yang hampir terhanyut kedalam lamunannya sendiri, kini terperanjat dengan kaget sembari menatap ke arahnya dengan murka.

Oliver berpikir, deheman kerasnya yang muncul di tempat yang sunyi ini benar-benar membuat jantungnya berdegup dengan kencang. “Ugh, sepertinya yang sakit bukan hanya kepalaku. Jika seperti ini, jantungku juga bisa copot,” kritiknya bernada jengkel.

“Ugh, sifat mengabaikannya itu masih sama, apalagi sikap kurang ajarnya,” omel Lisebeth ketika ia tak mendapatkan balasan yang ia harapkan darinya, wanita itu hanya bisa menghela nafasnya dengan berat ketika mendapati sifatnya yang tidak terlalu banyak berubah.

Tentunya Oliver tidak merasa marah, karena mungkin ia percaya bahwa Lisebeth adalah pengasuhnya saat masih kecil, pria itu tak merasa canggung kepadanya. Ia juga menganggap lontaran Lisebeth sebagai betuk candaan ringan untuknya. “… Haha, jadi begitu.” Oliver tidak terlalu menanggapi ucapannya dengan serius. Ia hanya fokus berjalan di atas bebatuan hias itu demi segera sampai ke tempat yang ia tuju dengan cepat.

Rasanya melelahkan jika mengingat jarak tempuh pintu utama dan gerbang sangatlah jauh. Ia juga memang menaiki mobil, tapi sayangnya mobil itu harus berhenti dan berbelok ke arah garasi.

Untuk barang bawaan lainnya, ia merasa tidak perlu khawatir karena semua itu akan diurus oleh beberapa pengurus yang hanya akan bertugas untuk membantunya pada hari ini saja.

“Uhm, Tuan Muda? Anda pasti merasa asing lagi dengan tempat ini bukan? Haruskah saya membawa anda untuk memperkenalkan vila ini dari setiap sudutnya?” tanya Lisebeth kepadanya. Pria itu memang cukup penasaran dengan seisi tempat ini yang seperti apa.

Tapi, “Sepertinya tidak untuk hari ini. Cukup antarakan aku ke kamar saja, aku hanya lelah dan ingin beristirahat. Lalu, mungkin bibi memiliki banyak pekerjaan ketika sampai ke tempat ini, jadi biarkan aku berkeliling sendirian di esok hari.” pesannya sembari menarik koper itu ke atas teras.

Tak dirasa mereka telah sampai ke depan pintu.

Wanita itu kini merogoh sebuah kunci di sakunya, ia pun berkata “Baiklah.” tuturnya yang akan menuruti keinginannya tanpa protes.

Ah, benar juga. Oliver berfikir, perempuan itu.. ada dimana? Kenapa dia tidak kelihatan...

Mata violetnya secara otomatis bergerak untuk mencari keberadaannya di setiap sudut yang ada, tapi ia tak menemukan putri Lisebeth itu di manapun.

“Mungkinkah…”

“Bibi, apa yang lain akan menyusul?” tanya pemuda itu dengan tatapan penasarannya. Lisebeth hanya menganggukkan kepalanya pertanda bahwa jawabannya adalah benar.

“Lagi pula masih banyak yang perlu di urus, karena anda berlibur kemari bukan hanya untuk 1 bulan, tapi 1 tahun. Tuan muda tidak perlu khawatir dan beristirahatlah sekarang,” pesan wanita itu sembari membukakan pintunya dengan lebar.

“Fyuh.. sepertinya memang begitu.” komentarnya pelan.

Jadi perempuan itu membantu yang lain untuk membawa barang bawaan yang berat itu ya, ucap batinnya yang merasa sedikit lega.

Tapi tak mengherankan juga, sebelumnya ia melihat barang bawaan Lisebeth yang cukup banyak sampai dia memilih pergi dengan mobil yang terpisah. Pria itu mulai berpaling dan melangkahkan kakinya dengan pergi ke tempat yang menjadi tujuan utamanya hari ini, yaitu kamar.

Hari yang melelahkan ini pasti akan segera sirna jika ia berbaring dengan nyaman di atas tempat tidur empuknya. Tapi rasa penasaran itu tak pernah hilang di benaknya, bahkan hingga ia melemparkan dirinya ke tempat tidur yang sempurna itu. Pikiran tentang perempuan itu tak pernah menghilang di kepalanya.

Kenapa perempuan yang ia lihat tadi siang terasa aneh dan juga misterius? Jika ia mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengannya di keesokkan hari, mungkin ia akan berkenalan dengannya, mengajaknya berkeliling bersama, dan mulai membuat hubungan pertemanan dengannya.

Sepertinya itu cukup seru, setidaknya agar Oliver tidak merasa terlalu kesepian di tempat itu. Tapi, apakah ini adalah perasaan gemas yang dirasakan seorang pria ketika merasa tertarik dengan seorang perempuan?

“Ini berbeda dengan Ana. Aku tak pernah berdebar-debar seperti ini sebelumnya.” Oliver mengedipkan matanya beberapa kali, segurat kemerahan pun timbul di pipinya.

“Tapi.. perempuan itu juga cukup menakutkan untuk di dekati.” Sedetik setelahnya, pria itu terlihat mengeluh dengan lemas seolah menggapainya adalah sesuatu yang mustahil.

Tapi ia merasa tak peduli, ia hanya berharap hari ini akan berlalu dengan cepat. Karena ini adalah liburan yang telah lama dinantikan oleh seorang mahasiswa Ilmu Politik yang telah bekerja dengan keras selama setahun penuh.

“Kita tunda dulu, pikiran untuk mati itu...”

Setelah berbulan-bulan berkutat dengan tumpukan tugas dan ujian yang tak ada habisnya, akhirnya dia bisa merasakan apa itu ketenangan tanpa harus memikirkan jadwal yang padat dengan deadline yang mengganggu. Dengan perlahan, ia memejamkan matanya. Semua kerisauan yang mengisi kepalanya seolah berhenti.

“…”

“Apakah besok.. kita bisa berbincang dengan jarak yang lebih dekat?”

“Ah… benar juga, selamat malam, gadis yang aneh.”

Episodes
1 Prologue : Pertemuan & Takdir
2 Chapter 1 : Kenangan Yang Hilang
3 Chapter 2 : Pesona Gadis Misterius
4 Chapter 3 : Rasa Penasaran Yang Mengusik
5 Chapter 4 : Mimpi & Kenyataan
6 Chapter 5 : Nama yang Terukir dengan Indah
7 Chapter 6 : Perasaan Murni
8 Chapter 7 : 11 Januari 2019
9 Chapter 8 : Hadiah Terbaik
10 Chapter 9 : Menyusuri Perasaan
11 Chapter 10 : Jejak Kenangan
12 Chapter 11 : Kisah Lampau
13 Chapter 12 : Hujan dan Kenangan
14 Chapter 13 : Kembalilah
15 Chapter 14 : Rindu Yang Terpendam
16 Chapter 15 : Lyonaire?
17 Chapter 16 : Isak Tangisnya
18 Chapter 17 : Bintangku
19 Chapter 18 : Diluar Bayangan
20 Chapter 19 : Siapa Perempuan Itu?
21 Chapter 20 : Mahluk tak Dikenal
22 Chapter 21 : Benda yang Cantik
23 Chapter 22 : Kesimpulan Bodoh
24 Chapter 23 : Diriku Yang Lain
25 Chapter 24 : Genggaman Takdir
26 Chapter 25 : Kisah Di Antara Kita
27 Chapter 26 : Benang Merah
28 Chapter 27 : Kekosongan Yang Memudar
29 Chapter 28 : Kata Keramat
30 Chapter 29 : Mencari Jejak
31 Chapter 30 : Kemarahannya
32 Chapter 31 : Penjara Hati
33 Chapter 32 : Dua Takdir
34 Chapter 33 : Masuk Akal
35 Chapter 34 : Simbol Kematian
36 Chapter 35 : Ethel Whyne
37 Chapter 36 : Akward
38 Chapter 37 : Kepingan Fragmen
39 Chapter 38 : Ketenangan Sebelum Badai
40 Chapter 39 : Ingatan Tentang Mu
41 Chapter 40 : Menghilang
42 Chapter 41 : Without You [Volume 1 End]
43 Bonus Chapter #1 – Malaikat Pengganggu
44 Bonus Chapter #2 – Antara Logika dan Kepercayaan
45 Hiatus
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Prologue : Pertemuan & Takdir
2
Chapter 1 : Kenangan Yang Hilang
3
Chapter 2 : Pesona Gadis Misterius
4
Chapter 3 : Rasa Penasaran Yang Mengusik
5
Chapter 4 : Mimpi & Kenyataan
6
Chapter 5 : Nama yang Terukir dengan Indah
7
Chapter 6 : Perasaan Murni
8
Chapter 7 : 11 Januari 2019
9
Chapter 8 : Hadiah Terbaik
10
Chapter 9 : Menyusuri Perasaan
11
Chapter 10 : Jejak Kenangan
12
Chapter 11 : Kisah Lampau
13
Chapter 12 : Hujan dan Kenangan
14
Chapter 13 : Kembalilah
15
Chapter 14 : Rindu Yang Terpendam
16
Chapter 15 : Lyonaire?
17
Chapter 16 : Isak Tangisnya
18
Chapter 17 : Bintangku
19
Chapter 18 : Diluar Bayangan
20
Chapter 19 : Siapa Perempuan Itu?
21
Chapter 20 : Mahluk tak Dikenal
22
Chapter 21 : Benda yang Cantik
23
Chapter 22 : Kesimpulan Bodoh
24
Chapter 23 : Diriku Yang Lain
25
Chapter 24 : Genggaman Takdir
26
Chapter 25 : Kisah Di Antara Kita
27
Chapter 26 : Benang Merah
28
Chapter 27 : Kekosongan Yang Memudar
29
Chapter 28 : Kata Keramat
30
Chapter 29 : Mencari Jejak
31
Chapter 30 : Kemarahannya
32
Chapter 31 : Penjara Hati
33
Chapter 32 : Dua Takdir
34
Chapter 33 : Masuk Akal
35
Chapter 34 : Simbol Kematian
36
Chapter 35 : Ethel Whyne
37
Chapter 36 : Akward
38
Chapter 37 : Kepingan Fragmen
39
Chapter 38 : Ketenangan Sebelum Badai
40
Chapter 39 : Ingatan Tentang Mu
41
Chapter 40 : Menghilang
42
Chapter 41 : Without You [Volume 1 End]
43
Bonus Chapter #1 – Malaikat Pengganggu
44
Bonus Chapter #2 – Antara Logika dan Kepercayaan
45
Hiatus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!