Chapter 2 : Pesona Gadis Misterius

Scalton Estate, 5 Januari 2019

Oliver telah menyiapkan tekad bulatnya dengan mengambil keputusan untuk rehat di vila pribadi milik keluarganya, sebuah vila mewah yang berletak di daerah terpencil di wilayah mark, yang merupakan milik dari kekuasaan Scalton.

Awalnya ia merasa enggan, namun Oliver sendiri merasa tidak masalah karena berada di vila itu menjadi poin yang menenangkan untuk sosoknya yang benci akan keramaian. Dengan secara tidak langsung, Oliver dapat melarikan diri dari urusan duniawinya dan beristirahat dengan tenang di sana.

Mungkin ini akan menjadi tempat persembunyian yang bagus untuknya. Lagi pula, kesendirian adalah bentuk yang luar biasa bagi seorang Oliver yang tidak mengingat kenangan apapun di hidupnya.

Sayangnya semua ini benar-benar tak sesuai dengan ekpektasinya, sang ibu saat ini malah menempatkan seorang mata-mata untuk mengawasinya hingga satu tahun kedepan. Yaitu seorang wanita berusia 30 tahun yang diceritakan pernah menjadi pengasuhnya saat Oliver masih kecil.

“Oliver, mama harap kamu mengerti. Lisebeth akan mengikuti jejakmu untuk merawat dan memenuhi kebutuhanmu di sana, ingat walaupun kamu jauh dari jangkauan mama, mama harap kamu makan dengan baik, obatmu di minum dengan rutin, dan jangan biarkan otakmu membeku, sesekali kamu harus belajar,” pesannya sembari memeluknya dengan erat di depan mobil yang terparkir dengan rapih di halaman kediaman Scalton.

Seperti biasa, dibalik sematan kata-kata merdu yang mengkhawatirkan sosoknya, ada juga kutipan ancaman yang tak memperbolehkan dirinya untuk benar-benar bernafas dengan lega.

Walaupun begitu, nyonya Scalton tampak memeluknya dengan raut wajah yang merasa tak rela akan kehilangan putranya untuk waktu yang lama. Sehingga ia berfikir, tak sia-sia aku merasa heran. Tak mungkin ibu akan melepasku begitu saja...

“Lalu... ah.” Pria itu terpaku ketika memperhatikan tumpukan buku politik dan Pelajaran lainnya yang tertata dengan rapi di dalam kardus. Sejenak ia menggelengkan kepalanya beberapa kali, “Jadi itu fungsinya,” gumamnya dengan tawaan pasrah.

Itu benar-benar ruang lingkup yang tidak pernah berubah. Bahkan ketika Oliver hendak beristirahat dan pergi berlibur sekalipun.

“Ugh, baik ibu. Saya hanya pergi ke vila sebentar, kenapa anda bertingkah seolah akan kehilangan saya selamanya?” tanyanya bernada dingin, dengan segera ia melepaskan pelukan itu dengan paksa.

“Oliver! Mama hanya...” Ia berencana mengatakan sesuatu lagi kepadanya, namun dengan segera pria itu berpaling tanpa memberinya kesempatan berbicara sedikit pun.

“Saya mengerti,” potongnya bernada datar. Lagi pula, ia pikir mereka pasti akan tetap datang ke vila itu kapanpun dengan sesuka hati mereka. Karena ucapan mereka tak mudah untuk dipercayai.

Contohnya saja usai mengurus penundaan kuliahnya untuk 1 tahun ke depan sebelum pekan pertama perkuliahan pada januari dimulai, Oliver diperbolehkan pergi ke vila Scalte tepat setelah memenuhi makan malam terakhirnya di rumah utama keluarga Scalton. Mendengar undangan makan malam saja telah membuat Oliver berhenti mengharapkan bahwa ia akan terbebas dari kekangan keluarganya, tapi benar sesuai dugaannya. Wanita itu kini menyuruhnya pergi bersama pengasuh yang tidak pernah ia ingat di hidupnya, yaitu Lisebeth Deborgia.

Jadi, tak ada jaminan yang pasti bahwa mereka takkan mengganggu istirahatnya di vila itu. “Ibu jangan khawatir, saya hanya pergi berlibur untuk kesembuhan saya sendiri,” pesan sang putra beserta senyuman merekahnya seolah menunjukkan bahwa drinya adalah seseorang yang selalu berwajah ceria di setiap saat.

Kenyataannya itu hanya bentuk kamuflase terbaiknya agar bisa terhindar dari berbagai masalah, lagi dan lagi.

Pada akhirnya Oliver telah bersiap pergi meninggalkan tempat ini dengan mobilnya, barang bawaan yang ia butuhkan juga telah tertata dengan rapi di dalam bagasinya.

Tapi anehnya kini ada satu hal yang mengganggu pikirannya. “Siapa perempuan itu?” ketika berada di kursi penumpang, ia tampak heran memperhatikan seornag wanita berkulit putih yang tengah berdiri di samping bibi Lisebeth.

Wanita yang dipanggil bibi itu tengah sibuk mengatur barang bawaannya di mobil yang berbeda. Sekelibat pikiran aneh pun muncul dibenaknya. Mungkinkah ia membawa putrinya karena tidak sanggup mengurus vila sebesar itu sendirian? Mungkin saja memang begitu.

Jadi sepertinya itu tidak masalah selagi mereka tidak mengganggu keberadaan Oliver yang ingin beristirahat dengan tenang.

Lama terhanyut dalam lamunannya, ia masih saja memperhatikan gadis yang setia menunggu sang bibi di sampingnya.

Jika di perhatikan dengan seksama, ia tampak cantik dan bersinar, tatapannya yang sayu terlihat lembut seperti embun yang menetes di pagi hari. Kesan yang ia dapati tentangnya sangatlah nyaman dan juga hangat seperti langit pagi yang terpapar sinar mentari.

“Emm..”

“Tidak, dia juga terlihat manis,” ungkapnya tiba-tiba.

Mata biru yang gadis itu miliki tampak berkilauan layaknya permata, Oliver berfikir ini cukup aneh. Kenapa selama ini Oliver tidak pernah bertemu dengan perempuan itu di kediaman Scalton?

Padahal perempuan itu adalah putri dari bibinya yang selalu setia bekerja di kediaman Scalton dari tahun ke tahun.

“Mungkinkah selama ini dia tidak tinggal bersama ibunya? Yah, mungkin saja seperti itu. Tidak, mungkin saja kami pernah bertemu. Tapi aku tak mengingatnya karena kondisi kepalaku yang bermasalah,” pikir Oliver bingung.

Anehnya ketika Oliver memandangi perempuan itu dengan lekat, hati kecilnya mulai terasa nyaman. Ia bahkan sampai menopang dagunya demi memperhatikan keindahan di setiap inci paras cantiknya. Surai hitam bercampur keabuan itu tampak berkilauan ketika terpantul akan cahaya matahari yang hangat, dan bohong jika ia tak merasa kagum kepadanya, tapi...

“?!!” sekilas pipinya merona ketika mendapati perempuan itu yang menoleh ke arahnya. Tanpa disengaja, tatapan mereka bertemu, entah kenapa rasanya begitu dejavu seolah mereka pernah bertatapan sedalam itu sebelumnya.

Namun dengan sifat Oliver yang gengsian, dengan segera pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lain seolah menunjukkan bahwa ia hanya tak sengaja bertatapan dengannya. Baginya ini adalah hal yang memalukan karena tertangkap basah saat sedang memperhatikan seseorang diam-diam.

Ugh.. kenapa harus ketahuan, Pikirnya malu.

“Padahal wajahnya yang sedang melamun benar-benar terlihat cantik...”

“Eh?!”

“Ugh Oliver ayolah, hentikan!” ia merasa malu dengan pikirannya sendiri, namun disisi lain. Ia merasa ada sesuatu yang aneh.

Kenapa rasanya kepala pria itu seakan berlubang karena tatapan seseorang yang begitu lekat disampingnya? Sepertinya, Oliver tidak salah mengira. Saat melihat lewat sudut matanya di balik jendela mobil, Perempuan itu masih saja diam dan menatapnya dengan tatapan yang serius. Tatapan yang seolah hanya selalu tertuju ke arahnya.

“Apakah dia tidak berkedip? Kenapa dia masih diam di tempat itu dan menatapku sampai seperti itu?” tanyanya bingung.

“Ah.. mungkin dia marah karena aku memperhatikannya tanpa izin?” ia bergumam heran, namun tentu ia tak tahu apa jawabannya. Baginya suasana ini terasa aneh, ia berpikir, kenapa rasanya begitu tak nyaman?

Dengan terpaksa Oliver pun menoleh dan kembali memperhatikan perempuan itu secara gamblang, dan benar saja. Wajah tak berekspresi itu masih saja setia menatap keberadaannya dengan datar. Dia masih saja diam di tempat itu tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun kepadanya.

Apa ini hanya perasaan ku? Kenapa rasanya jadi merinding? Oliver tiba-tiba mengusap pundaknya yang merasa kedinginan,

Tatapan datarnya itu seakan menusuk wajahnya hingga membuat Oliver bergidik ngeri. Bahkan secara perlahan tatapan itu berubah menajam seolah akan menelan dirinya bulat-bulat. Walaupun dia terlihat cantik. Tapi entah kenapa lama-lama dia terlihat cukup mengerikan bukan?

Apakah itu bukanlah mimpi buruk ketika Oliver akan tinggal di tempat yang sama selama satu tahun lamanya, bersama perempuan yang aneh seperti itu?

“Sampai kapan dia akan menatapku seperti itu..?” tanyanya aneh, sang sopir yang duduk di kursi mengemudi hanya terdiam membisu sembari mengerutkan dahinya dengan bingung.

Anu, apa ada yang ingin anda sampaikan kepada saya? Batinnya gugup.

Beruntungnya saat Oliver merasa tak nyaman akan tatapan tajamnya, sang sopir segera mengemudikan mobilnya dan pergi meninggalkan pekarangan rumah keluarga Scalton.

Di pikir-pikir benar juga, karena orangtuanya khawatir saat di perjalanan nanti sakit kepalanya akan kambuh tiba-tiba, sang ibu menyarankan dirinya untuk pergi bersama sopir pribadinya agar setidaknya dapat mengurangi persentase kecelakaan di perjalanan sebanyak mungkin.

Oliver juga tak merasa keberatan akan keputusan itu. Karena jika ia menolaknya, yang tersisa diantara mereka hanyalah perdebatan yang tidak akan pernah berakhir.

Pada akhirnya usai mobil itu melaju semakin jauh dari pandangan sang ibu yang masih saja berdiri di halaman rumahnya. Hari pun berlalu dengan melewati perjalanan yang cukup panjang dan juga melelahkan untuknya. Harapan terbesar Oliver hanyalah tempat yang akan ia tinggali untuk satu tahun kedepan benar-benar sesuai dengan apa yang ia bayangkan.

Terpopuler

Comments

WISNUですよ!

WISNUですよ!

meski cantik tapi kalau ngeliatin kek gitu gw juga serem lah 🗿

2024-11-09

1

lihat semua
Episodes
1 Prologue : Pertemuan & Takdir
2 Chapter 1 : Kenangan Yang Hilang
3 Chapter 2 : Pesona Gadis Misterius
4 Chapter 3 : Rasa Penasaran Yang Mengusik
5 Chapter 4 : Mimpi & Kenyataan
6 Chapter 5 : Nama yang Terukir dengan Indah
7 Chapter 6 : Perasaan Murni
8 Chapter 7 : 11 Januari 2019
9 Chapter 8 : Hadiah Terbaik
10 Chapter 9 : Menyusuri Perasaan
11 Chapter 10 : Jejak Kenangan
12 Chapter 11 : Kisah Lampau
13 Chapter 12 : Hujan dan Kenangan
14 Chapter 13 : Kembalilah
15 Chapter 14 : Rindu Yang Terpendam
16 Chapter 15 : Lyonaire?
17 Chapter 16 : Isak Tangisnya
18 Chapter 17 : Bintangku
19 Chapter 18 : Diluar Bayangan
20 Chapter 19 : Siapa Perempuan Itu?
21 Chapter 20 : Mahluk tak Dikenal
22 Chapter 21 : Benda yang Cantik
23 Chapter 22 : Kesimpulan Bodoh
24 Chapter 23 : Diriku Yang Lain
25 Chapter 24 : Genggaman Takdir
26 Chapter 25 : Kisah Di Antara Kita
27 Chapter 26 : Benang Merah
28 Chapter 27 : Kekosongan Yang Memudar
29 Chapter 28 : Kata Keramat
30 Chapter 29 : Mencari Jejak
31 Chapter 30 : Kemarahannya
32 Chapter 31 : Penjara Hati
33 Chapter 32 : Dua Takdir
34 Chapter 33 : Masuk Akal
35 Chapter 34 : Simbol Kematian
36 Chapter 35 : Ethel Whyne
37 Chapter 36 : Akward
38 Chapter 37 : Kepingan Fragmen
39 Chapter 38 : Ketenangan Sebelum Badai
40 Chapter 39 : Ingatan Tentang Mu
41 Chapter 40 : Menghilang
42 Chapter 41 : Without You [Volume 1 End]
43 Bonus Chapter #1 – Malaikat Pengganggu
44 Bonus Chapter #2 – Antara Logika dan Kepercayaan
45 Hiatus
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Prologue : Pertemuan & Takdir
2
Chapter 1 : Kenangan Yang Hilang
3
Chapter 2 : Pesona Gadis Misterius
4
Chapter 3 : Rasa Penasaran Yang Mengusik
5
Chapter 4 : Mimpi & Kenyataan
6
Chapter 5 : Nama yang Terukir dengan Indah
7
Chapter 6 : Perasaan Murni
8
Chapter 7 : 11 Januari 2019
9
Chapter 8 : Hadiah Terbaik
10
Chapter 9 : Menyusuri Perasaan
11
Chapter 10 : Jejak Kenangan
12
Chapter 11 : Kisah Lampau
13
Chapter 12 : Hujan dan Kenangan
14
Chapter 13 : Kembalilah
15
Chapter 14 : Rindu Yang Terpendam
16
Chapter 15 : Lyonaire?
17
Chapter 16 : Isak Tangisnya
18
Chapter 17 : Bintangku
19
Chapter 18 : Diluar Bayangan
20
Chapter 19 : Siapa Perempuan Itu?
21
Chapter 20 : Mahluk tak Dikenal
22
Chapter 21 : Benda yang Cantik
23
Chapter 22 : Kesimpulan Bodoh
24
Chapter 23 : Diriku Yang Lain
25
Chapter 24 : Genggaman Takdir
26
Chapter 25 : Kisah Di Antara Kita
27
Chapter 26 : Benang Merah
28
Chapter 27 : Kekosongan Yang Memudar
29
Chapter 28 : Kata Keramat
30
Chapter 29 : Mencari Jejak
31
Chapter 30 : Kemarahannya
32
Chapter 31 : Penjara Hati
33
Chapter 32 : Dua Takdir
34
Chapter 33 : Masuk Akal
35
Chapter 34 : Simbol Kematian
36
Chapter 35 : Ethel Whyne
37
Chapter 36 : Akward
38
Chapter 37 : Kepingan Fragmen
39
Chapter 38 : Ketenangan Sebelum Badai
40
Chapter 39 : Ingatan Tentang Mu
41
Chapter 40 : Menghilang
42
Chapter 41 : Without You [Volume 1 End]
43
Bonus Chapter #1 – Malaikat Pengganggu
44
Bonus Chapter #2 – Antara Logika dan Kepercayaan
45
Hiatus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!