Even If I Meet You Again

Even If I Meet You Again

Prologue : Pertemuan & Takdir

Suara gaduh yang terbit di balik kamar sang gadis kini telah memecah kehingan yang sunyi malam itu. Sang Ibu yang tengah berkutat dengan alat makannnya mulai berteriak dengan kesal dan mempertanyakan apa yang sedang di lakukan Putri tercintanya saat ini.

“Naira! Kamu ini anak gadis bukan sih? Kamu ini kesurupan atau kenapa?!” omel sang Ibunda sembari menyiapkan hidangan makan malamnya di ruang makan. Ia tampak mencibir kegaduhan tak jelas yang disebabkan oleh Putrinya pada malam hari.

Tak berselang lama usai mendengar omelan merdunya dari arah ruang makan, perempuan mungil itu pun terperanjat keluar dari kamarnya beserta barang bawaan yang penuh di tangannya. Gadis yang kerap di panggil Naira itu pun mulai mengikat tali sepatunya dengan terburu-buru di depan pintu. Raut wajahnya tampak terlihat seperti tengah mengkhawatirkan sesuatu.

“Ah aku ketiduran lagi. Malam ini aku akan belajar dengan giat di perpustakaan, Bun. Aku juga lupa ada sebagian tugas yang belum ku kerjakan, aku ikutan makan malamnya telat aja ya Bundaa!” tuturnya yang kelihatan benar-benar panik, melihat reaksinya yang terlihat tidak begitu tenang pun membuat sang Ibunda menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya beberapa kali. Sepertinya ia tahu masalah apa yang tengah di alami oleh Naira saat ini.

“Pasti telat lagi, hobi banget ya buat Stiv nungguin, kasian loh diaa~” ledeknya sembari menyimpan celemeknya di atas kursi kemudian menghampirinya dengan raut wajahnya yang terlihat kebingungan.

Ia meraih tas selempang sang Putri yang tergeletak sembarangan di atas lantai dengan niat untuk memberikan tas itu kepadanya, tapi keningnya pun mengernyit ketika merasakan bahwa tas yang ia raih benar-benar ringan dan tak memiliki berat apapun.

Jadi, “Kenapa buku tebal, ponsel, dan dompet itu tidak kamu simpan di dalamnya? Kalau begini, untuk apa kamu membawa tas, Naira~” Ibunya tampak tak habis pikir akan tingkah laku anaknya yang cukup absurd, sebenarnya ia setelat apa sih, sampai gadis itu terlihat benar-benar tidak fokus?

Entahlah, gadis itu bahkan sampai menepuk keningnya ketika ia menyadari bahwa dirinya melupakan hal itu, pantas saja ia merasa kerepotan untuk membawa segala barang bawaan yang penuh di tangannya karena kesibukannya sendiri. Tak berselang lama, usai memasukkan barang bawaannya ke dalam tas selempang imutnya, ia pun berpamitan dan berlari meninggalkan pekarangan rumahnya dengan terbirit-birit, tak lupa ditemani kata-kata perpisahan sebagai akhir dari percakapan mereka.

Dengan suara lembutnya ia berkata, “Selamat tingga Bundal!” yang kini terucap di bibir manisnya.

Oh! Apa ini hanya firasat seorang Ibu? Kenapa rasanya Putri satu-satunya itu seolah akan pergi dan tak akan pernah kembali lagi?

Entahlah.

...***...

Kafe, 07.00 PM

Dering ponsel tampak berbunyi begitu kencang hingga memekakkan telinga semua orang. Teman-temannya yang tengah duduk dan berbincang di sekitarnya pun pada akhirnya mulai menoleh untuk mengalihkan perhatian mereka ke padanya, mereka pun bertanya. “Siapa itu? Ana ya?” tanya salah satu temannya bersamaan sedikit tatapan jahil yang begitu jelas di wajahnya.

“Bukan, Ibu.” jawab Laki-laki itu dengan singkat, mereka pun mulai tertawa ketika mendapati penuturannya yang cukup diluar dugaan.

Mereka pikir  seseorang yang tengah menghubunginya pada malam hari begini adalah Marianna si cewek yang judes itu, bahkan karena gadis itu terlihat begitu protective kepadanya membuat orang-orang sempat berfikir bahwa mereka berdua sebenarnya sedang berkencan. Walaupun pada kenyataannya hubungan mereka tidak begitu.

Huft..

Dasar otak dangkal.

“Lho kemana?” heran mereka ketika sosoknya yang mulai berpaling dan pergi meninggalkan tempatnya. Pada dasarnya Oliver hanya enggan menjadi bahan olokan teman-temannya, pada akhirnya Laki-laki itu memilih bangkit dan menjauh untuk segera mengangkat teleponnya tanpa merasa terganggu akan kekacauan temannya.

Drrrt.. drrtt

“Dimana kamu?! Keluyuran kayak anak nakal, Marrianna terluka tahu! Disuruh jagain malah di biarin sendirian! Kamu gimana sih? Berapa kali Mama bilang, Halstead Group itu bagus untuk kemajuan perusahaan kita, sekali aja kamu bisa ngga, ikutin kemauan Mama?!”

Bukan keramah tamahan yang ia terima ketika telepon itu bersuara. Melainkan hanya sebuah amarah yang meluap karena sang Putra begitu banyak mengabaikan apa yang menjadi keinginan Ibunya sejak lama.

Tapi…

Ah.. menyebalkan.

“Ma, aku bukan kakaknya Ana. Bukan juga pacarnya Ana, aku gabisa jagain dia 24 jam! Kenapa Ana terluka itu jadi salah Oliver?!” tanya Pria itu bernada kesal.

Ah, benar-benar deh, sang Ibu semakin murka ketika mendapati jawabannya yang terdengar seperti acuh tak acuh begitu.

“Tapi Ana kecelakaan di perjalanan waktu mau ke rumah kamu! Dia bawa kotak cake buat rayain ulang tahun kamu, tapi kamu gak ada disana. Mau di taruh di mana muka Mama?! Ana luka tertusuk pisau karena di rampok dijalan! Aduh, Oliv…” rutuk suara wanita di balik telepon. Wanita itu tampak begitu kesal, bersamaan itu kedua netra violet yang tegas bak elangnya itu kini bergetar dengan hebat.

Hah?

Ana di rampok gara-gara pulang dari apartemen?

“Argh okai, okai aku ke rumah sakit sekarang. Tolong Share location… baik-baik aku akan segera sampai.” Wajahnya tampak begitu khawatir ketika memikirkan Marrianna yang terluka karenanya, bersamaan itu dengan segera ia bergegas menghampiri teman-temannya kemudian meraih kunci mobil yang ia taruh di atas meja.

Tanpa sepatah kata maupun ucapan pamit yang ia katakan kepada teman-temannya, dia pun bergegas menaiki mobilnya dan pergi tanpa memperdulikan teriakan mereka yang mulai menuntut penjelasan kepadanya.

“Padahal kami disini karena hari ini ulang tahun mu Oliv!!!” Setidaknya, itulah alasan mereka sampai protes seperti itu.

Karena hari ini, mereka tengah mencoba merayakan hari lahir yang teramat spesial bagi Oliver Blaise Scalton yang malah pergi tanpa mengatakan apapun kepada mereka.

...***...

Ini bahkan sudah hampir setengah jalan di perjalanan mereka yang mencoba untuk pergi ke perpustakaan, dengan perasaan bersalah Pria yang sedang berjalan bersamanya pun memohon maaf karena tak bisa melanjutkan perjalanan mereka lagi kesana.

“Karena ini benar-benar mendadak, Ibu ku lagi-lagi membuat keributan.. ah. Aku minta maaf aku akan segera pulang, jika tidak Ayah-” Pria itu tampak gelagapan untuk menjelaskan situasi keluarganya yang sedang tidak baik.

Namun Naira yang penuh pengertian hanya bisa mengangguk dan menepuk bahu Pria itu beberapa kali untuk menguatkan hati sang empu. Ia telah mengerti karena mereka sebenarnya telah berteman dengan baik sejak kecil.

“It’s Okay Stiv, aku pergi sendiri aja. Ini udah tanggung, besok juga minggu. Kemungkinan aku mau belajar sampai larut malam disana.. kalo butuh apa-apa call aja oke? Sekarang pulang sana!!” serunya sembari mebalikkan badan Pria itu untuk segera menyuruhnya pergi sekarang juga.

Dengan segera Pria itu pun berlari meninggalkannya, ini sungguh disayangkan. Tapi apa boleh buat, ia pun menoleh dan berteriak kepadanya. “Sorry Nai! Besok aja kita ngedate Oke?!” tukasnya yang berhasil mendapatkan tatapan sebal darinya.

Huft, ia berpikir ogah untuk pergi berkencan dengannya. Lagi pula Stevhane adalah sesosok sahabat dan juga kakak yang baik bagi Naira. Gadis itu tak pernah memandangnya lebih dari apapun.

“Huh, belajar sendirian. Kayaknya sepi deh.” keluh perempuan itu dengan ekspresi wajah yang tampak lelah dan sedikit murung, bibirnya sedikit mengerucut dengan netra birunya yang terlihat sendu.

Sembari merapikan rambutnya yang terurai dengan indah, ia mulai menapakkan kakinya ke jalan raya setelah menunggu pemberhentian lampu merah dari sebelumnya.

Jauh pada mata memandang, sesosok netra violet di balik mobil yang tengah melaju dengan terburu-buru kini mulai bertatapan mata dengannya. Pandangan mereka pun bertemu, saat menatap mata gadis yang tak begitu asing untuknya, sejenak Laki-laki itu mulai merasa rindu akan sesuatu yang telah lama hilang di benaknya.

Hatinya berkata, “Itu, kamu.” Bersamaan itu semua, sorot cahaya lampu terbit menyilaukan matanya hingga mulai membuat sang gadis itu tersentak dan menghentikan langkahnya sejenak. Mata birunya kini membulat besar, wajahnya pun tampak memucat.

Sesaat ia pun bersuara dengan nada bicaranya yang terdengar gemetaran, “Ah… Ya Tuhan. Mengingat apa yang kumiliki hanyalah Ibuku, seharusnya tadi..”

“... Aku menikmati makan malam saja dengannya.” tukasnya bersamaan pemandangan di sekitarnya yang mulai menggelap.

...-...

...-...

...[Even If I Meet You Again]...

Terpopuler

Comments

WISNUですよ!

WISNUですよ!

wihh baru kak gass lahg

2024-11-07

1

Hendra D

Hendra D

semangat cantik🙏♥️

2024-11-09

0

Syll_

Syll_

hah posisi kan lagi nyebrang?

2024-07-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!