Nada ketus dari omongan Lusi membuat Saga merasa kesal. Dia buka pintu mobil yang ada di sampingnya, lalu dia dorong tubuh Lusi untuk masuk kembali ke dalam mobil.
"Saga! Jangan gila!"
"Aku ingin bicara berdua."
"Aku tidak pernah melarang kamu bicara. Kenapa pakai acara dorong aku masuk mobil segala?"
"Karena kamu tidak pernah mau bicara baik-baik padaku. Aku butuh waktu dan tempat yang nyaman buat bicara."
"Apakah kita layak bicara baik-baik, Sagara?"
"Lusiana."
"Apa? Kenapa memangnya? Apakah sebelumnya kita pernah bicara baik-baik? Aku rasa tidak, bukan? Kita berdua tidak pernah bisa bersama. Aku sudah percaya akan hal itu sekarang. Jadi, tolong sabarlah sebentar lagi. Aku sedang berusaha untuk meyakinkan kedua orang tuamu kalau kita memang tidak cocok untuk bersama."
Deg, jantung Saga mendadak berdetak tak karuan. Matanya pun membulat karena ucapan Lusi. Hatinya tiba-tiba terada kosong lagi setelah harapan yang dia isi dengan susah payah ke dalam hatinya sesaat sebelum bertatap muka.
Saga melemah. Dia tarik tubuhnya untuk memberikan jarak dari tubuh Lusi.
"Kamu yakin akan hal itu, Lusi? Kamu yakin kalau kamu sudah tidak lagi bisa berjuang untuk aku?"
"Heh .... "
"Tentu saja, Ga. Sekarang, aku bahkan sangat amat yakin akan keputusanku untuk menyerah. Mata hatiku sudah terbuka sekarang. Kamu tidak pernah bisa menerima aku sebagai pasangan. Usahaku selama ini sudah sia-sia."
"Bagaimana kalau aku bilang tidak, Si?"
Lusi menoleh.
"Tidak? Tidak apa?"
"Tidak sia-sia. Bagaimana kalau aku bilang, usahamu itu berhasil? Usaha mu itu-- "
Ucapan Saga terputus karena Lusi yang tertawa. Tawa pahit karena sekarang, dia sama sekali sudah tidak percaya dengan apa yang Saga katakan.
"Kamu tertawa? Kenapa?"
"Karena kamu yang lucu. Sangat lucu sampai aku tidak yakin kalau kamu adalah Saga yang aku kenal selama ini."
"Apanya yang lucu, Lusi. Aku serius."
"Jangan bercanda, Saga."
"Ah tapi, sekalipun itu benar, sayangnya sudah terlambat. Hatiku sudah mati untuk seseorang yang tidak pernah menginginkan aku."
"Lusi." Saga menatap Lusi dengan tatapan sayu.
Sebaliknya, Lusi malah terlihat tak perduli dengan apapun ekspresi yang Saga perlihatkan sekarang. Dia malah sibuk menjaga hatinya sekarang.
"Satu hal yang membuat aku terbangun dari diriku yang dulu, Ga. Kamu tidak akan pernah bisa menerima aku sebagai istri karena kamu tidak pernah suka padaku. Lusiana, wanita yang tidak pernah bisa membuat hatimu yang keras itu mencair."
Lusi kembali menoleh.
"Sagara, percayalah kalau aku pasti akan membebaskan mu dari ikatan yang tidak pernah kamu inginkan ini. Tunggu sebentar lagi, kita tidak akan punya ikatan apapun."
Ucapan demi ucapan membuat hati Saga terasa semakin kosong. Ditambah saat Lusi beranjak, tangannya malah tidak bisa menjangkau wanita tersebut sekarang.
Saat Lusi benar-benar meninggalkan Saga, pria tersebut malah berlinangan air mata. Entah apa yang salah dengan dirinya. Sekarang, dunianya mendadak berubah gelap ketika ditinggalkan oleh wanita yang dulu sangat tidak ia inginkan.
"Si, apakah hatimu benar-benar sudah mati untukku? Tapi kenapa bisa secepat itu, Lusiana? Kenapa?"
"Tidak. Aku tidak akan pernah mau menyerah. Kamu datang ketika aku tidak menginginkanmu. Lalu, apakah aku akan melepaskanmu saat aku menginginkan? Tidak akan pernah."
....
Mungkin keadaan sudah berbalik saat ini. Di saat Lusi sangat mencintai Saga, pria itu malah mengabaikan nya. Pria itu malah membenci Lusi sampai menghabiskan semua rasa benci dalam hatinya. Sekarang, ketika rasa cinta dalam hati Lusi sudah mati, Saga malah berusaha untuk mempertahankannya.
Dengan penuh perhatian memperhatikan Lusi walau hanya dari kejauhan. Menyiapkan cemilan setiap hari adalah kerjaan baru Saga sekarang. Mencari tahu apa yang sedang Lusi lakukan adalah hobi baru yang Saga sukai.
"Jadi, malam ini dia lembur?"
"Mm ... apa aku harus jemput ya?"
"Ah, tidak! Tar dia marah lagi. Kek waktu itu. Dia bilang aku penguntit yang mengikuti dia. Dasar wanita."
"Ah! Baiklah, tunggu di rumah saja. Dari pada kena amukan lagi, mending cari aman dulu."
Begitulah kesibukan Saga sekarang. Tapi Lusi malah terus mengabaikannya. Seolah, Saga kini tidak lagi terlihat di mata Lusi. Efek sakit hati yang terlalu besar, dia tidak lagi ingin memikirkan perasaan Saga. Sementara Saga pula, walau dia sudah melakukan banyak hal, dia tetap saja masih menolak untuk mengakui kalau dirinya sudah jatuh cinta pada Lusi. Dia tetap meyakinkan hatinya kalau hanya ada Tari dalam hatinya. Yang terus bertahta selamanya. Sementara itu, dia berpikir kalau apa yang dia lakukan pada Lusi saat ini hanya untuk menebus rasa bersalahnya saja pada wanita tersebut.
Entahlah. Entah sampai kapan hati itu akan mencair. Ego itu akan runtuh. Yang pasti, Saga masih menolak untuk mengakui perasaannya sendiri saat ini.
Sementara itu, si dokter yang sudah menggoda Lusi saat menemani Dinda berobat adalah adik Karya. Rizky, atau sering dipanggil dengan dokter Iky. Pria yang selama ini terkesan sedikit dingin pada wanita. Sampai kakaknya merasa ada yang salah dengan adiknya itu.
Namun, saat bertemu Lusi, gunung yang membeku akhirnya langsung mencair. Sekalinya si es batu cair, kakaknya yang melihat malah dibuat semakin merasa cemas.
"Ky, kamu baik-baik saja, kan?"
"Apa, kak?"
"Gak. Serasa ada yang aneh dengan kamu akhir-akhir ini, Ky."
"Aneh? Di mana anehnya, kak?" Iky berucap sambil mendongak untuk melihat wajah si kakak.
Karya yang ditanya malah langsung melipat tangannya ke atas perut.
"Si anti media sosial kok bisa kecanduan media sosial sekarang? Jelas saja rasa aneh, bukan?"
Rizky tersenyum manis.
"Katanya minta aku jadi manusia normal. Lah sekarang aku sedang berusaha," ucap Rizky dengan santai. Plus, senyum manis yang terkembang di bibir tidak sedikitpun berubah.
"A--"
"Eh ... suka-suka kamu sajalah. Pusing aku mau ngomong apa," kata Karya pada akhirnya pasrah.
Si adik malah tidak menjawab dengan kata-kata. Hanya senyum manis yang dia layangkan pada kakak nya. Sementara itu, kesibukan baru Iky membuat Karya merasa penasaran. Sebelum dia tinggalkan adiknya, Karya langsung meraih ponsel Iky dengan cepat.
"Kak Karya." Kesal Iky bukan kepalang sambil bangun dari duduknya.
"Kembalikan!"
"Tunggu sebentar! Aku-- "
Belum sempat Karya menyelesaikan ucapannya, Iky sudah mendapatkan ponselnya kembali. "Jangan liat ponselku. Itu privasi."
"Hei! Aku kakak mu. Jangan lupakan akan hal itu."
"Tapi tunggu, sejak kapan aku tidak boleh melihat ponsel kamu, Ky?"
"Sejak hari ini."
"Hei!"
"Ah! Kamu .... "
"Kau pikir kamu sudah sangat dewasa sekarang. Aku minta kamu bersikap normal pada wanita. Bukan malah berubah drastis jadi kecanduan sosial media seperti ini, Dokter Risky."
"Tunggu! Kamu ... tadi kamu ngomong ... coba ulangi lagi, Ky! Tadi kamu bilang, kamu sedang berusaha menuruti apa yang aku katakan. Jangan bilang kalau kamu benar-benar sudah terbuka hati pada wanita ya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Zainab Ddi
rasain saga
2024-08-02
0
Yuli a
iya... bener banget kk karya... tpi sekalinya jatuh cinta malah sama istri orang....🤭
masalahnya iki blm tau sih...
2024-08-01
1
Irma
saga kenapa sih kamu masih aja menolak dan menyangkal kalau kamu sudah jatuh cinta sama lusi suara saat nanti kamu akan sangat menyesal di saat kamu menyadari kalau kamu sudah jatuh cinta sama istri kamu lusi tapi sayangnya di saat itu pula lusi sudah pergi jauh meninggalkan kamu Sagara kamu akan sangat menyesal
2024-08-01
2