Setelah Saga menolak dijodohkan, Lusi akhirnya meninggalkan tanah air dengan alasan ingin fokus pada pendidikan luar negeri. Lima tahun ia di sana, Lusi kembali tak lama setelah kepergian istrinya Saga.
Entah karena telah melihat adanya peluang untuk bersama Saga. Atau memang sudah waktunya dia pulang. Yang jelas, Lusi kembali ke tanah air dan bersikap semakin agresif pada Saga. Dia selalu mengabaikan pandangan tidak suka Saga untuk dirinya. Seolah, Lusi sedang menutup rasa malunya hanya untuk mengejar cinta Saga.
Perhatian Lusi akhirnya teralihkan ketika pintu ruangannya di buka secara paksa tanpa permisi oleh seseorang dari luar sana. Siapa lagi dia kalau bukan Sagara. Pria tersebut kesal akan ulah papanya. Tidak bisa melawan, tapi malah mendatangi Lusi yang sedang bekerja di kantor.
"Saga."
Senyum manis Lusi perlihatkan sambil bangun dari duduknya. Lusi berjalan mendekat untuk menyambut kedatangan pria yang ia cintai sejak lama.
"Datang tiba-tiba, ada apa? Ayo duduk dulu," ucap Lusi sambil terus mempertahankan senyum manis di bibir.
"Tidak perlu basa-basi, Lusi. Aku datang hanya untuk memperingati dirimu. Meskipun nantinya aku akan menikahi kamu, tapi pernikahan itu hanya karena terpaksa saja. Bukan karena aku menyerah atas pengejaran yang kamu lakukan selama ini."
Bukannya sedih atau kecewa atas apa yang Saga ucapkan, Lusi malah tersenyum kecil semanis mungkin. Seolah, senyum itu mewakili hatinya yang tidak merasakan sedikitpun rasa luka akan apa yang baru saja Saga ucapkan.
Sungguh, hal itu semakin membuat Saga kesal dan bahkan ingin sekali memarahi Lusi. Namun sayangnya, niat untuk marah itu langsung tertahankan ketika ia ingin berucap, malah Lusi yang angkat bicara duluan.
"Jangan bicara begitu, Saga. Kau tahu, antara benci dan suka itu hanya beda tipis saja. Dan asal kamu tahu, aku yakin kalau nanti, setelah menikah, kamu akan jatuh cinta padaku. Percaya deh sama aku, Saga."
Saga lalu menggenggam erat tangannya.
"Jangan mimpi, Lusiana. Aku dan kamu, tidak akan pernah jadi kita."
"Oh, benarkah?" Lusi malah jahil sekarang. Dengan sengaja dia memasang wajah terkejut. Tak lupa, satu tangannya ia tutup kan ke mulut.
"Tapi sepertinya, tak lama lagi, kamu dan aku sudah akan jadi kita kok, mas Dokter."
"Kamu!"
Saga terlihat sangat kesal sekarang. Hatinya yang memang sudah kesal, kini bertambah-tambah kesal karena panggilan yang baru saja Lusi ucapkan.
Sebaliknya, Lusi malah semakin bahagia karena bisa menjahili Saga.
"Kenapa? Apa yang salah, mas Dokter?"
"Lusiana!"
"Iya."
"Kamu!"
"Jangan pernah panggil aku dengan panggilan itu. Kau tidak layak!"
"Oh, benarkah aku tidak layak? Jika begitu, maka akan aku buat menjadi layak, Sagara."
Saga kini benar-benar sudah kehilangan kesabarannya. Dia pun bergegas beranjak meninggalkan Lusi tanpa bicara satu patah katapun lagi.
Sementara itu, Lusi membiarkan Saga pergi. Dia tatap punggung Saga yang beranjak semakin menjauh meninggalkan dirinya dengan penuh rasa perih. Bohong jika Lusi tidak merasa sakit saat Saga menolaknya secara terang-terangan. Namun Lusi tidak ingin menunjukkan rasa sakit yang ia derita. Pikir Lusi, lima tahun menjauh sudah cukup untuk menghilangkan perasannya pada Saga. Tapi nyatanya, perasaan itu bukannya menghilang, tapi malah sebaliknya. Bertambah semakin besar sampai ia takut untuk kehilangan pria itu lagi.
Lusi kini memilih menjadi wanita yang agresif untuk mengejar cinta Saga. Menutup luka dengan sebaik mungkin agar bisa terlihat kuat di depan pria tersebut adalah jalan terbaik menurutnya. Dia ingin mempertahankan Saga dengar caranya sendiri. Mengejar cinta pria tersebut sekuat tenaga hingga akhirnya, dia bisa mendapatkan pria tersebut seutuhnya.
"Aku akan tetap bertahan meskipun kamu tidak menginginkan aku, Ga. Bertahan hingga aku sudah tidak kuat lagi untuk bertahan. Tapi, aku bertahan kalau aku mampu membuat kamu jatuh cinta padaku sebelum aku tidak lagi kuat untuk berjuang. Karena bagaimanapun, aku juga manusia yang punya batas menyerah."
Lusi pun membalikkan tubuhnya. Kembali ke kursi untuk mendudukkan pantat, lalu memejamkan matanya rapat-rapat. Tarikan napas tak lupa ia lakukan berulang kali. Namun tetap saja, dada terasa sesak meskipun napas sudah berhembus dengan lancar.
"Tuhan .... Salahkah aku berusaha mengejar cinta dari seseorang yang ku sukai? Aku hanya ingin dia memberikan aku sedikit saja rasa cinta. Cuma sedikit, itu sudah cukup bagi aku. Karena aku mencintainya sejak lama."
Lusi pun kembali menarik napas berat. Lalu, ia pejamkan matanya rapat-rapat kembali. Sementara itu, di sisi lain, Saga sudah pun berada di dalam mobilnya. Kesal hati, dia pukul stir mobil dengan keras.
"Sial. Kenapa juga aku malah mendatangi wanita gila itu? Dia tidak akan pernah bisa aku ajak kerja sama. Dia tidak mungkin mau menolak pernikahan yang papa ajukan. Bahkan, mungkin dia yang sudah membuat papa gelap mata sekarang."
"Kurang ajar. Tunggu dan lihat sajalah, Lusiana. Usahamu untuk membuat aku jatuh cinta padamu tidak akan pernah berhasil. Bahkan, aku akan buat kamu menyesal karena telah bersedia menikah dengan aku. Lihat saja nanti."
Saga kembali memukul stir mobil untuk yang kesekian kalinya. "Agh! Sial! Harusnya aku tidak datang ke sini tadi. Bikin hatiku semakin tidak nyaman saja."
"Menyebalkan! Benar-benar menyebalkan."
Usai memukul stir mobil beberapa kali, Saga barulah memilih meninggalkan kantor Sanjaya Grup. Kantor yang seharusnya dialah yang menjadi pemimpin di dalamnya. Tapi sayang, karena tidak punya bakat, dan tidak tertarik dengan dunia bisnis, Saga malah menolak dan memilih mengabaikan perusahaan keluarganya ini.
Saga pun menjalankan mobilnya untuk kembali ke rumah sakit. Dia bangga dengan profesinya sebagai dokter. Jika bisa menolong orang, hatinya akan sangat bahagia bukan kepalang. Karenanya, dia memilih mengikuti apa yang hatinya sukai. Menjadi dokter terkenal dari rumah sakit ternama.
"Dokter Saga. Ke mana saja, Dok? Saya sudah menghubungi dokter berulang kali. Jadwal operasinya -- "
"Ya Tuhan, aku lupa."
Gegas Saga menuju ke ruangannya untuk berganti pakaian. Hatinya yang kesal terhadap Lusi bisa ia hilangkan sementara. Tapi pada akhirnya, ia malah semakin merasa kesal lagi dan lagi pada Lusi. Benaknya malah menyalahkan Lusi karena dirinya yang sudah terlambat menjalankan tugas.
"Sial! Semua karena perempuan itu. Jika bukan karena dia -- "
"Perempuan, Dokter? Perempuan yang mana?" Suster Hana yang selama ini menjadi rekan Saga malah memotong ucapan Saga tanpa pikir panjang.
Hana dan Saga sudah berteman sejak lama. Keduanya bersama saat masih kuliah, lalu bertemu lagi di tempat bekerja yang sama. Hana suka Saga. Namun sayang, Saga tidak merasakan rasa suka pada Hana sedikitpun. Saga hanya menganggap Hana sebagai teman, dan rasa itu tidak akan pernah berubah bagi Saga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Zainab Ddi
bisa Lusi menaklukkan saga
2024-07-25
1
Yuli a
jangan2 hana nih dalang dibalik kecelakaan lestari..🤭🥰
2024-07-21
1
Tara
awas bucin😅
2024-07-20
0