sarapan bersama

  Ketika cahaya pagi mulai mengintip jendela kamarku, aku beranjak dari ranjang menyentuh lantai keramik yang berwana putih. Seketika jari-jari kakiku berkerut Dingin.

Aku melangkah dengan cepat masuk kedalam kamar mandi melepas baju tidur dan mengguyur tubuhku. Seperti biasa air yang tertampung didalam bak air menjadi dingin ketika pagi hari. Kurasakan dinginnya meresap didalam kulitku menebus hingga daging. menatap bayangan diriku didepan cermin kecil yang tertempel didekat rak gantung. Wajah ku tampak pucat, lingkaran hitam dibawah mata-pun terlihat.

Aku mengusap wajahku dengan sedikit kasar setelah membersihkan diri ,dan mengambil handuk yang tergantung.

Setelah mengenakan pakaian aku melirik jam Walker diatas meja, jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Aku mengambil tas yang tergantung dan bergegas membuka pintu.

“Ayana”

Astaga! aku memegang dadaku terkejut. apa yang dilakukan Ethan didepan pintu kamarku. Masih pagi pagi sudah senam jantung. Lama lama aku bisa mati mendadak kalau begini.

Aku menghembuskan napas dengan kuat, hingga menghasilkan suara khas. Tidak bisakah dia mengetuk pintu? Paling tidak permisi jangan mengejutkan aku begini.

Kesalku dalam hati.

“Ethan ada apa?”

Ethan tersenyum dan menyodorkan kantong kresek didepanku, alisku bertaut bingung.

“Ayana, karena aku tetangga baru tidak keberatan kan aku mengajakmu sarapan?”

Ucapnya.

Ingin menolak tapi aku berpikir kembali, tidak sopan kan? dan tidak baik juga pagi pagi menolak rejeki. Ya sudah aku mengangguk mengiyakan.

“di-kamarku atau?”

Tanya Ethan.

Aduh.. mengundang pria masuk ke-kamarku tapi bukankah sama saja jika aku masuk ke-kamarnya? Berdua dikamar dan yang ketiga pasti setan penghasut.

“Ayana”

Ethan menyadarkan dari lamunan, aku mempersilahkan masuk ke-kamarku dan membiarkan pintu tetap terbuka.

Ethan mengamati seisi kamarku.

Seketika aku menyesal membiarkannya masuk memperlihatkan kamarku yang sedikit berantakan.

Malu, pasti dia berpikir. Aku adalah wanita pemalas.

 Aku kedapur yang tidak terlalu besar itu. Mengambil piring dan juga sendok. Dan betapa terkejutnya aku ketika kembali dari dapur malah melihat Ethan duduk ditempat tidurku.

Ethan tersenyum menatapku dan aku menghela napas pendek.

“ayana aku bingung ingin duduk dimana”

Ucap Ethan. Aku menggaruk kepala yang tidak gatal dan tersenyum bodoh. Itukah sebabnya dia duduk diatas ranjang ku? Modus, ada kursi didepan meja belajarku.

Aku meletakkan piring dilantai dan duduk sambil membuka kantong kresek. Dua bungkus nasi Padang dan juga kopi serta teh manis.

Tapi aku tidak minum semacam kopi begitu juga teh.

Aroma nasi Padang merebak di penciumanku seketika rasa lapar mengguncang perut.

Ethan duduk di depanku mengikuti caraku duduk. Melipat kaki atau bersila.

Aku menyodorkan piring didepannya setelah itu kami makan dengan hening.

“Kamu tidak minum kopi atau teh?”

Tanya Ethan, setelah menghabiskan sarapannya, meski tidak sepenuhnya habis sih!

“iya, cukup air putih saja”

Ethan pun mengangguk mengerti.

“ayana, sudah berapa lama kamu berkerja ditoko itu?”

Tanya Ethan.

“saat usiaku duapuluh tahun, memang ada apa?”

Jawabku pada Ethan, dia mengangguk pelan dan lanjut makan.

“cukup lama ya!”

Setelah menyelesaikan sarapan aku tidak lupa mengucapkan terimakasih padanya, dan berpamitan pada Ethan untuk bekerja. Dan dia kembali kekamarnya

Jarak dari tempatku ke toko tidak begitu jauh, hanya membutuhkan waktu beberapa menit berjalan kaki.

 Toko telah terbuka dan aku menghampiri Sira yang sedang membuang sampah.

“Pagi..!!”

“eh Aya. Tumben telat”

Ucap Sira.

“iya nih!”

Aku dan Sira masuk kedalam toko.

Seperti biasa sebelum duduk dimeja kasir, aku mengganti baju yang sama dengan punya Sira.

“Ayana, ko Mey tidak masuk lagi ya? Aku sudah menghubunginya tapi nomornya tidak dapat dihubungi”

Kulirik wajah cemas Sira dengan tegang.

Aku tiba tiba teringat mimpi semalam. Mimpi dimana terlihat nyata. Aku sudah berusaha untuk tidak mengingatnya tapi tanpa sengaja Sira mengungkit ketidak hadiran Mey, dan itu berkaitan dengan mimpiku. Dan perasaanku sudah mulai tidak baik baik saja.

“Sir, apa kita datangi saja kostnya?”

Usulku dan Sira sepertinya setuju.

Kami-pun sepakat untuk mendatangi kost Mey setelah menutup toko

Hari ini toko cukup ramai, aku dan Sira sedikit kewalahan melayani pelanggan. Aku menyadarkan punggungku di kursi dan sedikit menekan pelipis yang berdenyut sakit, mungkin karena akhir akhir ini tidurku bermasalah.

“Ayana!!”

Suara Ethan lagi lagi mengejutkanku, aku menatapnya tak percaya, dari mana datangnya?

Kenapa tidak ada suara

Ketika dia membuka pintu? biasanya akan ada tanda berdenting ketika pintu terbuka.

Kadang aku berpikir sebenarnya dia itu manusia atau hantu yang berwujud manusia.

“Ethan ada apa?”

Mataku menatap kelantai diam diam melirik sepasang tungkai Ethan, benarkah demikian? hanya manusia biasa.

“Ayana, kenapa kamu selalu menatap kakiku? Aku bukan hantu”

Suaranya yang rendah menjadi ciri khasnya. Tatapan matanya terlihat kosong dan datar, dan senyumnya pun tidak mencapai mata.

“hehe”

Aku tertawa bodoh, bagaimana bisa dia membaca pikiranku?

“kamu ingin berbelanja?”

Tanyaku padanya. Dan dia mengangguk mengiyakan. Setelah itu aku menatap punggungnya, dia melangkah dan mengambil keranjang belanja.

Aku kembali menekan pelipisku yang sakit rasanya seperti tertusuk tusuk jarum. mataku berkedip lelah menatap komputer dimana menampilkan setiap gerakan pelanggan didalam sana. Fokusku lebih pada satu orang, yah Ethan! Entah kenapa aku merasa dia sedikit misterius. kadang tanganku gatal ingin menyingkirkan rambut yang menutupi matanya, hingga wajah tampannya terekspos.

Dan betapa indahnya sepasang mata biru laut itu ketika ditatap. benakku.

Apa yang kau pikirkan Ayana?

Aku menghela napas kasar dan pendek. melipat tangan diatas meja menjadikan lenganku bantal. sambil menunggu Sira datang dari warung.

Perlahan mataku sayup dan semakin berat dan terhanyut oleh rasa kantuk.

Seperti mimpi, aku merasa usapan lembut di-kepalaku, tapi mataku sangat berat untuk sekedar terbuka.

Aku tersentak ketika bel pintu berdenting, duduk tegak dan melirik sekitarku dan menemukan Sira yang berdiri kaku diambang pintu. Aku mengikuti arah Sira memandang, tepat dibelakang punggungku Ethan berdiri dan juga menatap Sira.

“Ethan?”

Jadi apakah dia yang mengusap kepalaku?

Aku melihat tatapan tajam Ethan penuh intimidasi tertuju pada Sira, hingga Sira berjalan kaku kearah kami. entah kenapa aku merasa Ethan tidak menyukai temanku seperti marah. Tapi kenapa?

“Aya, makanannya!”

Meletakkan kantong keresek didepan meja kasir dan berlalu entah kemana.

“Ayana, kamu tampak pucat. Sakit?”

Ucap Ethan.

“oh itu, mungkin karena kurang tidur”

Jawabku tersenyum canggung.

“jam berapa kamu pulang kerja”

Tanya Ethan lagi.

“Jam sembilan malam”

Ethan menganggukkan kepala, melangkah disampingku kedua tangannya bertumpu pada meja kasir. Aku sedikit menjauhkan wajahku karena jarak Ethan terlalu dekat. Dia menatap lekat kedua mataku, sedikit gugup sebenarnya.

“Ayana”

Nada rendah miliknya ini menjadi hangat dan indah menenangkan didengar. Aku terhanyut menatap mata birunya seakan terhipnotis.

Semakin dalam aku menatapnya semakin aku tenggelam.

Perasaan apa ini?

Desiran aneh timbul dihatiku. Bersamaan tangan ramping itu mengelus pipiku.

“Ayana aku akan menjemputmu”

Tanpa sadar aku mengangguk dan menyesal kemudian.

bagaimana bisa aku mengiyakan tanpa berpikir panjang. Bukan aku sudah ada janji dengan Sira ke-kost Mey?

Astaga aku melupakan ini.

Terpopuler

Comments

Amara

Amara

Ralat thor ,jam weker or beker bukan walker🤭.
masih di cekam kemisteriusan,
semangat thor

2025-06-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!