mimpi buruk

Setelah menutup toko, seperti biasa Aku pulang dan berjalan kaki, namun bedanya kali ini aku tidaklah sendiri.

Berjalan sedikit bergidik setelah melewati lorong yang gelap itu setelah peristiwa semalam. Pria di-sampingku terus mengawasi setiap gerak gerik-ku mungkin dari caraku berjalan dan cara memeluk tubuhku, aku memindai sekitar dengan ekspresi takut. Seringai pria di sampingku muncul dikegelapan dan pudar setelah melewati penerang lampu jalan. diam diam aku juga mengintipnya.

“Ayana.. Kamu takut?”

Ucap pria itu. dia memperkecil jarak hingga bahu kami berdempetan.

“iya nih, sedikit merinding”

Jawabku berjalan menunduk setelah melewati lorong tersebut.

“setiap malam lewat disini? Ayana”

“iya”

 Sebenarnya aku enggan menemaninya mencari tempat tinggal, bisa sajakan dia tinggal dihotel? Atau di penginapan lainnya. setelah berdebat dengan batinku. Aku memutuskan untuk membawanya tempatku ngekost.

 “begini saja! Karena sudah malam bagaimana kalau untuk sementara malam ini menginap tempatku, kebetulan disana ada beberapa kamar yang masih kosong”

Dan pria itu mengangguk.

“boleh”

 Didepan dirumah ibu kost

Aku mengetuk pintu tersebut. Begitu pintu terbuka pemilik kost muncul dari dalam.

“Ayana, ada apa malam malam begini?”

Ucap ibu Jeni

“Bu Jen, begini! teman aya ingin sewa kamar”

“Oh ok, tunggu sebentar ya, saya ambil kunci dulu”

Ibu Jeni kembali dan membawa kunci kamar dan menyodorkan padaku. Setelah mendapatkan kuncinya kamipun berpamitan pada ibu jen dan kembali ke-kost.

Entah perasaanku saja aku merasa pria itu masih menatapku. saat dijalan dan saat ini juga, aku menyeka pipiku siapa yang tahu ada kotoran atau apa misalnya. Hingga dia sulit memalingkan wajahnya yang menatap hanya satu objek. kenapa dia tidak fokus saja kejalan, dia bisa saja tersandung jika terus menatapku tentu saja aku meliriknya dari ekor mataku.

Bulu kudukku seketika berdiri ketika pria itu tepat dibelakang punggungku, dan semacam lahar panas menyapu tengkuk-ku. Tanganku memegang gagang pintu bergetar, belum pernah sedekat ini dengan pria.

Tangan pria itu terulur dan menyentuh lembut punggung tangan ku

“Sini! Biar aku yang membuka kuncinya”

Ucap pria itu, bibir tipisnya tertarik ketika menyentuh tanganku yang dingin .

Setelah pintu kamar terbuka, kegelapan menyambut kami. Aku bergeser dan memberinya ruang agar dia masuk kedalam.

“Gelap?”

Bisik pria itu.

“di-dinding sebelah kiri ada saklar lampu, tekan saja itu”

Ucapku, semua kamar sama, jadi aku tahu posisi dan tata letaknya dimana. Dan sebelum Aku memilih kamar yang paling ujung, aku pernah masuk ke-kamar ini begitupun kamar lainnya, hingga aku memilih kamar yang aku tempati sekarang.

Tapi pria itu tetap berdiri ditempatnya seolah olah tidak mendengarkan ucapanku barusan. suaranya terdengar lirih namun merdu memperkenalkan namanya sekaligus memanggil namaku.

”panggil aku Ethan! Ayana...”

 “Baiklah Ethan, aku akan kembali ke-kamarku”

Ucapku berbalik namun dia menahan pergelangan tanganku.

“Boleh nyalakan lampunya dulu sebelum kembali ke-kamarmu?”

Ucap Ethan. Dan aku melihatnya bingung, apakah dia mengundangku masuk ke-kamarnya? Bukankah aku sudah mengatakan padanya? saklar lampu berada di-dinding sebelah kiri.

Aku berbalik, dengan adanya bantuan cahaya lampu diatas plafon.

Aku melihat tatapan teduhnya meski hanya sebelah matanya birunya saja yang kulihat, sebagiannya lagi ditutupi poni hingga pipi.

Membuang napas kasar dan masuk sambil meraba raba didinding hingga tanganku menemukan apa yang aku cari.

Tak.

Berbalik, dan.

“aaaah”

“Ayana ada apa?”

Ucap Ethan.

Aku terkejut diapun panik.

Aku menatap kakinya hingga ujung kepala memastikan kecurigaanku.

Apakah dia hantu? Tadinya di-pintu sekarang tepat di-depanku. Aku terkejut dan menjadi kesal,

sejak kejadian malam itu aku jadi penakut dan mudah terkejut.

Dia kembali menyadarkan-ku dengan memegang kedua bahu ini.

“Ayana.. Kenapa?”

ucapnya terlihat bingung, aku melihat bibirnya terkatup, terbuka dan tertutup, seperti ingin mengatakan sesuatu. Dan pandangannya kearah bibirku. Seketika, pipiku memanas darahku berdesir tangan kakiku dingin.

“Ayana”

Panggilnya sekali lagi.

Ayana yang kau pikirkan.?

Aku mengetuk kepalaku lalu menggeleng, melirik sekitar ruangan dan memecahkan suasana yang sedikit canggung ini.

“Ethan, kamarnya seperti ini, hm, untuk malam ini saja, besoknya kamu boleh pindah”

Ucapku padanya, dia membalikkan tubuhnya yang tinggi dan jika aku ingin melihat wajahnya harus sedikit menengadah sangking tingginya. menurutku.

“ya! tidak masalah dengan adanya kamu disini aku akan betah”

Jawabannya, yang sulit aku mengerti.

“Oh, ok”

Ucapku canggung. Aku berpamitan untuk kembali ke-kamar, rasa kantuk menyerang-ku begitu aku sampai dipintu. Dia kembali memanggil namaku lembut.

“Ayana..”

Berbalik dan aku terpaku pada senyum manisnya dimana memperlihatkan giginya.

“Selamat malam, mimpi indah Ayana”

Ucap Ethan. Aku mengangguk dan tersenyum. “dengan ucapan yang sama, Ethan”

Aku berbalik dan membuka kamar disebelah kamar Ethan. Begitu masuk kedalam aku kembali menguncinya. aku menggantung tas bahuku dan berjalan ke-kamar mandi, menggosok gigi setelah itu lanjut mencuci wajah.

   Aku tidak lagi mandi ketika malam hari. Karena pernah suatu hari terjadi, saat itu ketika mandi di-jam sembilan malam aku baik baik saja, namun ketika pertengahan malam, aku menggigil kedinginan dan kedua telapak tanganku gatal. Dan dari situlah otakku menyimpulkan aku mungkin tidak cocok mandi malam. Dan setelah aku membuang kebiasaan itu, aku tidak lagi menggigil ketika sedang tidur.

Karena lelah dan sedari tadi aku menguap, aku menenggelamkan wajahku dibantal dengan posisi tidur tengkurap.

Jika ada melihat posisi tidurku satu kata yang cocok, buruk. Tapi jujur punggungku sedikit sakit.

...----------------...

Aku melewati jalan yang sepi dengan langkah cepat, takut menengok kebelakang seperti ada yang mengikuti-ku atau hanya perasaanku saja. Setelah sampai dipertigaan aku sedikit berlari dan masuk kedalam lorong.

“tolong...!!!”

Deg.

Jantungku berdetak cepat, tubuhku membeku, kaki ini terpaku dan bibirku-pun membisu.

Suara itu terdengar lirih.

Dan aku-pun mengenalinya.

Mey?

“aya..!! Tolong..! Ini sakit sekali”

Ucap Mey lagi, disertai Isak tangis pilu.

Aku melihat Mey memohon didepan pria itu dengan napas tersendat sendat tubuhnya-pun terpisah pisah. Pria yang kulihat malam itu, tangan terangkat diudara dengan benda tajam berupa parang, siap menancapkan benda itu ke-kepala mey.

“Jangan...!!”

Aku berteriak histeris di-tempatku, tubuhku luruh bersamaan dengan darah Mey memercik wajahku. Aku meremas kepala dengan kedua tangan ini yang gemetar, air mataku jatuh sederas hujan. Aku menangis meraung ketakutan. Aku tahu, aku tahu ini mimpi aku sedang bermimpi, aku ingin kembali. tolong aku..! bawah aku kembali kealam bawah sadar-ku..!! Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku seketika aku lumpuh. Wajahku tenggelam dikedua lututku. kurasakan tubuhku ditarik dengan keras hingga aku terhenyak.

Aku bangun dengan napas memburu melirik kamarku yang terang benderang, ya! Sejak malam itu aku tidak berani memadamkan lampu ketika akan tidur. aku menarik selimut dan menutupi tubuhku, menangis tanpa suara, peluh membasahi kening demikian rambutku. Aku tidak bisa memastikan jam berapa ini yang pasti aku tidak ingin beranjak dari tempat tidur.

Hidupku berantakan, tidurku kacau dan pencernaan-pun terganggu.

Lau apa? Aku tidak tau harus apa.

Jika sudah seperti ini aku tidak lagi berani memejamkan mata. Takut tertidur dan mimpi itu datang lagi.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Wanita Aries

Wanita Aries

Kok syerem

2025-06-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!