Harus membayar mahal

Dave kembali tiba di restoran yang tadi didatangi Rahm, tapi ternyata sudah tidak ada siapapun di room. Dengan cepat, Dave mencoba mencari keberadaan tuannya, sebab kini pikiran buruk mulai bertebaran dalam kepalanya. Ya, Dave menyimpan firasat buruk bahwa akan terjadi sesuatu dalam perjamuan itu. Namun, karena Rahm memintanya mengurus masalah di perusahaan, akhirnya Dave 'pun menurut dan pergi ke perusahaan secepat mungkin.

Kini, setelah ia kembali, Rahm telah menghilang entah kemana. Dave tetap melanjutkan pencariannya, ia menyusuri semua lantai, hingga tibalah ia di lantai 8. Saat baru keluar dari lift, Dave mendengar suara pekikan keras dari kamar yang ada di sana. Secepat mungkin Dave mendekat saat mendengar bahwa itu teriakan tuannya.

"Tuan, anda di dalam?" pekik Dave.

Tidak ada sahutan dari dalam, membuat Dave mencoba mendobrak pintu. Dua kali ia mencoba mendobrak, tapi pintu itu tetap berdiri kokoh. Dengan penuh ancang-ancang, Dave kembali mendobrak pintu untuk ke tiga kalinya. Namun lagi-lagi pintu tidak terbuka.

"Tuan? Tolong buka pintunya." ucap Dave. Namun karena tidak mendapat jawaban, Dave mencoba menarik knop pintu, dan seketika pintu langsung terbuka begitu saja. "Sial! Kalau tahu tidak terkunci, aku tidak mungkin mendobrak pintu sialan ini!" maki Dave saat menyadari kebodohannya.

Tidak membuang waktu lagi, Dave segera masuk ke kamar. Saat masuk, ia dibuat terkejut saat melihat Rahm yang jatuh meringkuk dengan mengerang keras, sementara di sampingnya terlihat seorang wanita yang menatap Rahm tanpa dosa. Sedetik kemudian, Rahm kembali bangkit dan mengungkung Sefty, tapi lagi-lagi Sefty bergerak cepat. Ia mengambil telepon hotel yang ada di atas nakas, lalu memukulkannya ke dahi Rahm, membuat Rahm mundur dan kembali memekik.

"Tuan!"

Dengan segera Dave melerai keduanya. Entah ada apa dengannya beberapa menit yang lalu hingga hanya diam saat melihat perkelahian dua orang di depannya, dan kini ia dibuat kalang kabut saat melihat dahi tuannya membiru akibat pukulan Sefty.

"Ini panas," racau Rahm sembari membuka kancing kemejanya.

Mendengar racauan tuannya, membuat Dave mulai memahami situasi. Ia segera memapah Rahm menuju kamar mandi dan merendam tubuh Rahm di dalam bathtub untuk mengurangi rasa panas di tubuh sang bos. Meski tidak yakin akan berhasil, Dave tetap mencoba cara ini daripada membiarkan tuannya meniduri wanita asing.

Di dalam bathtub, Rahm masih tetap mengeluh panas. Bahkan beberapa kali ia menarik Dave, dan membuat Dave merinding karena aksi gila tuannya. Hingga akhirnya, setelah beberapa jam berendam di dalam bathtub yang penuh air itu, Rahm sudah terlihat cukup tenang. Tapi, efek berendam itu membuat Rahm mengalami demam, hingga membuat Dave lagi-lagi disusahkan.

Dave membawa Rahm keluar dari kamar mandi dan langsung merebahkannya di sofa panjang yang ada di sana. Melihat tuannya kedinginan, Dave segera melepas baju dan celana di tubuh sang bos, hingga hanya menyisakan boxer saja. Dave lantas menyelimuti Rahm dengan selimut milik Sefty yang ada di ranjang.

Huek huek!

Dave melirik ke arah Sefty yang mual-mual di lantai. Ya, Sefty masih belum beranjak dari tempat semula, bahkan wanita itu sempat tertidur di atas lantai dingin itu tanpa merasa terganggu. Awalnya Dave memilih acuh saat melihat Sefty mual-mual. Namun sedetik kemudian Sefty justru munt*ah, hingga membuat Dave merutuk dan mau tak mau ikut mengurus Sefty juga. Malam itu, Dave menjadi asisten dadakan untuk mengurus dua orang mabuk sekaligus.

"Lihat saja, aku akan meminta bayaran mahal untuk pengorbananku ini, Bos." ucap Dave.

Pagi hari, Sefty terbangun saat merasakan pusing yang mendera kepalanya. Ia lantas mendudukkan tubuhnya dan bersandar pada nakas sembari memijat kecil pelipisnya. Saat ini kedua matanya masih belum terbuka, dan sesaat setelah matanya terbuka, ia langsung terkejut saat melihat dua orang laki-laki yang tidur saling berpelukan di sofa kamarnya.

Sefty melihat tubuhnya sendiri, memastikan bahwa tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan dua orang laki-laki di depannya. Begitu yakin dirinya aman, Sefty bangkit perlahan dari lantai, dan mengambil guling dari ranjang. Ia lantas mendekat ke sofa dan memukulkan guling tersebut membabi buta ke arah Rahm dan Dave.