Bab 18

"Maaf, Serra harus pulang sekarang." Serra beranjak dari duduknya meski keluarga itu belum selesai membahas perjodohan dia dengan Aron. Serra merasa tidak perlu membicarakannya sampai sejauh itu karna sejak awal dia sudah menolak secara halus di depan semua orang sebelum Xander datang.

"Kamu nggak mau makan malam dulu disini.?" Tawar Alice penuh kelembutan. Alice langsung menyukai Serra dan ingin memasukkan Serra sedalam daftar calon menantunya karna sikap baik dan sopan yang dimiliki oleh gadis itu. Di mata Alice, Serra berbeda dari kebanyakan remaja di luar sana. Itu sebabnya Alice memaksa mengajak Serra ke rumahnya setelah menolongnya di toko roti. Dia mengenalkan Serra pada Aron karna usia mereka tidak terpaut terlalu jauh. Di mata Alice, mereka berdua sangat cocok jika menjadi sepasang kekasih.

"Terimakasih tawarannya Tante, Serra sudah janji makan malam di rumah sama adik sepupu Serra." Serra menolak secara halus. Alice tidak memaksa karna memahami Serra yang juga memiliki keluarga.

"Kalau begitu biar Aron antar kamu pulang." Ujar Alice.

Laki-laki yang disebut namanya itu langsung berdiri dari duduknya, dia sangat semangat ketika diminta untuk mengantar Serra pulang.

"Mama tenang saja, Aku pastikan akan mengantar Serra dengan selamat sampai rumahnya." Ujar Aron seraya tersenyum ke arah Serra.

Serra memutar malas bola matanya. Dia bingung sendiri, entah dosa apa yang sudah dia perbuat di masa lalu sampai-sampai harus dipertemukan dengan laki-laki ini lagi. Malah ada rencana ingin dijodohkan. Parahnya lagi, Aron dan Xander kakak beradik. Serra merasa dunia ini sangat sempit.

Albert melirik cucu satunya yang sibuk memainkan ponsel di sampingnya. Kakek berusia 76 tahun itu merasa sikap kali ini cucunya sedikit aneh. Biasanya Xander paling semangat memprovokasi Aron sampai terjadi keributan, tapi kali ini malah menunjukkan sikap acuh seolah tidak peduli dengan keadaan disekitarnya.

"Terimakasih, Serra akan pulang pakai taksi saja." Tolaknya tegas.

Aron menggeleng. "Aku nggak menerima penolakan, kamu akan aku antar sampai didepan rumahmu dengan selamat." Ujar Aron memaksa.

"Dasar pemaksa.! Biarkan saja gadis itu pulang sendiri. Kamu masih punya hutang memijat kaki ku.!" Omel Albert.

Aron berdecak malas. "Apa gunanya punya uang banyak kalau masih perhitungan dengan cucu sendiri. Kakek kan bisa panggil tukang pijat profesional," Gerutu Aron.

"Perhitungan kamu bilang.?! Kamu pikir mobil sport mu itu hasil aku mencuri di showroom.?! Dasar cucu nggak tau terimakasih.!" Albert mengangkat tongkatnya untuk memukul Aron, tapi Aron langsung menahannya. Laki-laki itu terkekeh dan meminta maaf.

"Baik-baik, aku akan memijat Kakek tapi setelah mengantar Serra." Ujarnya.

"Kamu tuli.?! Gadis itu ingin pulang sendiri pakai taksi, jangan dipaksa.!" Albert kembali mengomel. Alice dan Abraham menghela nafas melihat perdebatan cucu dan kakeknya itu.

Sementara itu, Serra segan berada di tengah-tengah mereka karna merasa Kakek Albert tidak menyukainya.

"Tante, Om, Kakek dan semuanya, Serra pamit. Terimakasih hadiahnya." Serra membungkuk sopan.

Alice berdiri untuk mengantar Serra sampai ke depan. "Ayo, tante antar sampai ke depan." Alice merangkul Serra yang sempat melirik ke arah Xander, namun Xander tetap fokus pada ponselnya.

"Aku akan mengajakmu jalan-jalan lain kali." Seru Aron sebelum Alice membawa Serra pergi dari ruang keluarga.

"Kamu pulang ke rumah cuma ingin duduk santai sambil main ponsel.?!" Tegur Albert tegas.

Aron tertawa melihat Kakaknya terkena amukan juga dari kakek mereka.

Xander menyimpan ponselnya ke dalam saku celana dan pura-pura memijat pundak Albert. "Orang semakin tua memang semakin mudah tantrum. Kakek harus banyak-banyak sabar biar berumur panjang." Seloroh Xander sambil terkekeh. Apalagi melihat wajah masam Albert.

"Daripada kamu hanya membuat ku emosi, lebih baik kamu belikan iga bakar di restoran xx, aku ingin makan malam dengan iga bakar.!" Titah Albert.

Xander menegakkan badannya, dia menatap Albert dengan serius. "Jangan bilang ini permintaan terakhir Kakek sebelum,,"

Pletak.!!

Albert memukul kepala Xander dengan tongkatnya. Tawa Aron pecah, dia sangat puas melihat Kakaknya di siksa oleh Kakek mereka. Lagipula Xander pun sering menertawakannya juga.

"Sehari saja jangan membuat keributan, apa sulit.? Kalian membuatku pusing saja.!" Gerutu Abraham sembari beranjak dari duduknya dan meninggal mereka bertiga di ruangan itu.

Mereka bertiga selalu bertingkah seperti anak kecil setiap kali disatukan. Abraham sampai bosan melihat keributan mereka.

"Bagaimana rasanya Kak.?" Ledek Aron.

"Diam kamu.!" Ketus Xander sambil mengusap kepalanya.

"Pergi sana, belikan aku iga bakar sekarang.!" Usir Albert sembari mendorong bahu Xander.

Sambil berdecak kesal, Xander pergi dari sana.

Di depan rumah, Xander di hadang oleh Alice yang ternyata masih bersama Serra. Gadis itu seperti sedang menunggu taksi.

"Kamu mau kemana sayang.?" Tanya Alice melalui kaca jendela mobil yang dibuka oleh Xander.

"Kakek tua menyuruh ku membeli iga bakar." Jawab Xander.

Alice menggeleng mendengar Xander menyebut Albert kakek tua.

"Kalau begitu tolong sekalian kamu antar Serra pulang, dia belum dapat taksinya." Titah Alice seraya menarik tangan Serra agar mendekat ke mobil Xander. Tanpa menunggu persetujuan dari putranya, Alice membuka pintu depan dan menyuruh Serra masuk.

"Ayo masuk, Xander akan mengantar kamu sampai rumah." Ujar Alice ramah.

Serra menatap Xander yang tidak memberikan respon apapun, dia ragu-ragu masuk ke dalam. mobil Xander.

"Terimakasih Tante. Serra pulang dulu."

"Ya.Hati-hati di jalan, Xander." Seru Alice.

Xander hanya mengangguk dan melajukan mobilnya meninggalkan bangunan besar nan mewah itu.

"Dokter marah ya sama Serra.?" Cicit Serra pelan. Sudah 10 hari Xander tidak menyuruhnya datang ke apartemen, mengangkat dan membalas pesannya pun tidak.

Xander melirik sekilas. "Saya nggak punya alasan untuk marah sama kamu." Jawabnya datar.

"Bohong.! Kalau Dokter nggak marah, terus kenapa nggak pernah panggil Serra lagi ke apartemen.? Telfon dan pesan dari Serra juga di abaikan." Gerutu Serra sambil mencebikkan bibir.

"Saya nyerah, kamu nggak perlu lagi repot-repot berusaha sembuhin saya. Itu sebabnya saya nggak minta kamu datang lagi." Jelasnya.

Serra mencondongkan tubuhnya ke arah Xander, dia memegangi lengan Xander dengan kedua tangannya.

"Jangan paksa saya.!" Tegas Xander ketika Serra hampir membuka mulut untuk membujuknya.

Serra langsung menyingkirkan tangannya dari lengan Xander. "Serra nggak bisa balikin semua uang yang Dokter kasih ke Serra. Uang 50 juta waktu itu, sebenarnya untuk mengganti rugi kerusakan mobil Aron. Mobil yang Serra tabrak itu punya adiknya Dokter." Tuturnya menjelaskan.

Xander menoleh dan sedikit terkejut. "Aron memaksa kamu membayarnya.?"

Serra mengangguk. "Sebenarnya ada pilihan lain. Serra diminta jadi pacarnya, tapi Serra tolak."

"Kenapa kamu menolaknya.? Dia tampan dan sempurna, miliknya berfungsi dengan baik." Ujar Xander.

"Dok.!" Tegur Serra kesal. "Apa Dokter pikir Serra cuma menginginkan hal itu.? Kenapa Dokter nggak peka.!" Gerutu Serra. Wajahnya jadi cemberut dan langsung membuang pandangan ke luar jendela.

"Kenyataannya kamu bersikeras memaksa saya sembuh. Kamu ingin melakukannya kan.?" Desak Xander.

Serra kembali menatap Xander, kali ini memberikan tatapan geram. Xander benar-benar tidak peka dengan sinyal yang dia berikan.

"Memang. Tapi aku cuma mau melakukannya sama Dokter, nggak mau sama pria lain.!" Serunya dengan wajah merona menahan malu. Xander tampak bengong beberapa saat.

"Maksud kamu.?"

"Dokter pikir saja sendiri.!"

Terpopuler

Comments

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

Dia dokter ser... belajar ilmu akademik.bkn ilmu klenik.yg kl lulus jd dukun atw cenayang

2025-01-26

0

Ila Lee

Ila Lee

Serra hanya mahu kamu dokter tidak padaorg lain

2024-12-06

1

Sarah Yuniani

Sarah Yuniani

dunia novel yang sempit 😂

2024-12-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Novel "Sinar Rembulan"
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Novel "Sinar Rembulan"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!