Bab 16

Sila dan Beny sampai di rumah pukul 2 siang setelah menyelesaikan urusan di kota sebelah yang hanya di tempuh dengan jarak 1 jam. Pasangan suami istri itu dikagetkan oleh beberapa mainan bagus yang sedang di mainkan kedua anaknya di ruang tamu. Mereka langsung beranjak saat melihat kedua orang tuanya datang. Mila dan Akbar bergantian menciumi punggung tangan orang tuanya.

"Mama,, Papa, lihat ini, aku punya boneka barbie." Mila mengangkat barbie di tangan kirinya, dia menunjukkan mainan barunya pada mereka dengan antusias dan binar bahagia di wajahnya.

Akbar juga melakukan hal yang sama. Kedua tangannya mengangkat mobil-mobilan remote berukuran sedang. "Mobil ku keren kan Pah.?" Tanyanya bangga.

Sila menatap suaminya, mereka memang tidak pernah membelikan mainan mahal untuk anak-anak, tapi bukan berarti tidak tau berapa harga mainan di tangan anak-anak mereka.

"Kalian dapat dari mana mainan ini.?" Tanya Beny baik-baik. Meski dia curiga, namun bukan berarti dia bisa menuduh langsung anak-anaknya. Beny lebih memilih bertanya baik-baik pada kedua anaknya.

"Dari Kak Serra,," Jawab keduanya kompak.

"Kami baru pulang dari mall. Mallnya besar dan bagus. Kapan-kapan kita kesana ya Mah, Pah,," Mila merengek. Seumur-umur dia belum pernah dibawa ke mall besar seperti itu. Mama mereka lebih sering mengajak ke pasar tradisional atau pasar malam.

"Kalian lanjutin saja mainnya, Mama mau ke dalam sebentar." Kata Sila sembari mengusap lembut pucuk kepala putrinya.

Dia kemudian memberikan kode pada Beny agar menemani anak-anak bermain. "Aku mau bicara sama Serra dulu." Lirihnya.

Beny mengangguk paham dan membiarkan Sila mengetuk kamar Serra. Sila masuk setelah diijinkan masuk oleh Serra, dia mengunci pintu dan menghampiri Serra yang duduk di tepi ranjang. Semua furnitur di dalam kamar itu memang sudah usang, namun Serra sangat rajin dengan menjaga kerapian dan kebersihan kamarnya. Jadi terlihat enak di lihat. Begitu pula dengan rumah ini yang dirawat baik oleh Serra. Keberadaan Serra cukup mengurangi pekerjaan Sila sebagai ibu rumah tangga yang sesekali menerima pekerjaan dari luar.

"Tante baru pulang.?" Tanya Serra.

Sila mengangguk. "Tante mau tanya soal mainan-mainan mahal yang di pegang anak-anak. Tante kan sudah bilang, kamu tabung saja gaji kamu selama bekerja, jangan menghabiskan uang untuk hal-hal yang nggak penting." Tutur Sila penuh penekan. Kali ini, Sila sedikit kecewa dengan Serra karna tidak mendengar nasehatnya beberapa waktu lalu.

"Serra, mendiang Mama kamu menaruh harapan besar pada kamu. Kak Sena ingin kamu menjadi orang yang berhasil dan sukses, supaya nggak mengalami apa yang Mama kamu alami sepanjang hidupnya. Kak Sena hanya tamatan SMP dan terpaksa merantau menjadi ART, Tante sudah beberapa kali menceritakan ini sama kamu." Mata Sila berkaca-kaca, dia memalingkan wajah dan berusaha menahan diri untuk tidak menangis di depan Serra.

"Tante, Serra minta maaf." Serra meraih tangan Sila dan menggenggamnya.

"Kondisi keuangan Tante dan Om mu serba pas-pasan, nggak ada yang bisa membuat kamu berhasil dan sukses kecuali diri kamu sendiri. Kamu nggak perlu menyenangkan anak-anak dengan mainan mahal, cukup temani mereka bermain, itu sudah membuat mereka senang. Lebih baik, uangnya kamu pakai untuk biaya kuliah kamu nanti." Ujarnya menasehati.

Serra memeluk Sila, air matanya runtuh begitu saja. Sejak awal Serra sudah tau bahwa dia di terima dengan baik oleh Sila dan Beny, bahkan dianggap seperti anak mereka sendiri. Namun Serra masih sering terharu dengan sikap baik dan tulus mereka padanya.

"Serra janji ini nggak akan beliin mainan mahal lagi." Lirihnya. Serra sengaja tidak mengatakan jika mainan itu dibelikan oleh Xander. Dia tidak mau Tantenya menaruh curiga jika mengetahui ada pria yang membayarinya membeli mainan.

"Tante tau niat kamu ingin membuat anak-anak senang, tapi kondisi kita sekarang seperti ini. Nanti kalau kamu sudah sukses, Tante nggak akan melarang kamu memanjakan Mila dan Akbar." Kata Sila seraya mengusap air mata Serra.

...******...

Serra turun dari taksi online di depan lobby apartemen milik Xander. Tepat pukul 4 sore, dia sampai di sana. Tadi Serra meminta ijin pada Tante dan Omnya dengan alasan akan menginap di rumah majikannya karna pagi-pagi sekali harus membuatkan sarapan. Serra sangat lega karna selama ini Tante dan Omnya percaya jika dia bekerja sebagai ART yang di panggil sewaktu-waktu.

Apartemen mewah milik Xander bisa Serra masuki dengan mudah. Sejak awal Xander sangat sudah menaruh kepercayaan padanya. Terkadang Serra merasa bahwa Xander terlalu naif. Dia seperti tidak berfikir bahwa seseorang bisa melakukan kejahatan, apalagi orang yang baru dia kenal. Tapi Xander sangat percaya padanya. Jika Serra punya niat jahat, mungkin beberapa barang branded milik Xander di apartemen ini satu persatu habis di tangan Serra untuk di jual.

Serra mengunci pintu apartemen begitu masuk ke dalam. Dia melangkahkan kakinya menuju ruang fitnes karna beberapa menit lalu, Xander mengirimkan pesan yang mengatakan dia sedang berolahraga.

Dari jaran 1 meter, Serra senyum-senyum sendiri melihat Xander dari balik dinding kaca. Pria berbadan atletis itu sedang angkat beban dengan posisi terlentang dan kedua kaki panjangnya menjuntai ke lantai. Serra segara masuk, langkah kakinya penuh semangat.

"Sore Dok,," Sapanya. Xander menoleh tanpa menghentikan aktifitasnya.

"Mainan pesanan saya mana.?" Tanyanya.

"Serra taruh di ruang tamu." Jawab Serra sembari mendekat dan berdiri di depan kaki Xander. Kedua mata Serra tidak berkedip sejak tadi, dia sibuk memandangi roti sobek milik Xander dan otot-otot di tangannya.

"Dok,, anu,,," Ujar Serra malu-malu.

Kening Xander berkerut. "Anu apa.?" Tanyanya heran.

"Itu, Serra mau pangku. Boleh nggak.?" Serra menyengir kuda.

Xander langsung meletakkan beban dan mengubah posisi menjadi duduk. "Kamu masih peraw an, tapi kelakuan kamu seperti sudah pengalaman." Komentar Xander. Dia heran pada Serra, setiap kali sedang berduaan, selalu Serra yang memancing untuk berbuat mesum.

Bibir Serra mengerucut. "Jangan salahin Serra, makanya punya badan jangan bikin cewek ngiler lihatnya.! Serra kan normal, punya nafsu. Siapa yang tahan lihat roti sobek di umbar-umbar begitu." Cerocosnya tak mau kalah.

"Itu juga.!" Serra menunjuk sesuatu yang menonjol di balik celana pendek Xander. "Gimana otak Serra nggak travelling, lagi tidur aja segede itu." Serra mengacak-acak rambutnya frustasi. Bisa-bisa dia yang kalang kabut sering melihat sesuatu yang menggoda di tubuh Xander tapi tidak bisa merasakannya.

Xander terkekeh. Dia kemudian beranjak dari tempatnya, membuat Serra mengekori di belakang.

"Benda yang kamu bilang gede itu nggak berfungsi, untuk apa kamu tertarik." Ujarnya.

Serra berjalan cepat untuk mensejajarkan langkahnya di samping Xander, lalu mendekap lengan Xander tanpa malu.

"Kenapa Dokter selalu bilang begitu.? Dokter nggak yakin kalau suatu saat akan sembuh.? Serra janji akan bantu Dokter sampai sembuh, tapi Dokter juga harus percaya sama Serra. Percuma Serra sudah usaha, tapi Dokter sendiri nggak punya keyakinan. Sesuatu yang baik itu bermula dari pikiran yang positif, jadi Dokter harus percaya kalau Serra bisa bikin Dokter sembuh." Tuturnya penuh keyakinan.

Xander tersenyum dan mengetuk pelan kening Serra. "Bicara mu sudah seperti dokter saja." Ujarnya.

"Do'akan saja supaya Serra benar-benar jadi dokter." Sahut Serra.

"Dokter mau mandi ya.? Mandi bareng yuk Dok, Serra rela mandi lagi asal sama Dokter." Tawarnya ketika Xander membuka pintu kamar.

"Terserah kamu saja." Jawaban pasrah Xander membuat senyum di wajah Serra merekah sempurna. Dia benar-benar mengekori Xander sampai ke dalam kamar mandi.

Terpopuler

Comments

Natasia Wang

Natasia Wang

Klo tw klakuan Serra hmm ksian tantenya baik bgt, w takut aja Serra dpt mslh krna berhubungan sma Xander y mn tau kakek apa mama Xander misahknnya kek mana, ingat si kakek mw ketemu lucy kan biar dy ninggalin Xander.

2025-01-20

1

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

kyke emaknya korban perkaosan deh... tante.kl Tante tau kelakuan ponakan Tante pasti ngg nyangka.

2025-01-26

0

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

kasihan Serra semoga niat baik nya berhasil ya thour, Xander bisa sembuh 😜

2025-01-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Novel "Sinar Rembulan"
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Novel "Sinar Rembulan"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!