Bab 15

Laki-laki tampan bernama Aron itu tersenyum menatap punggung gadis cantik yang keluar dari kafe. Sungguh, baru kali ini Aron bertemu dengan gadis yang bersikap apa adanya dan terang-terangan menunjukkan rasa tidak suka padanya. Padahal di luar sana banyak gadis berpura-pura baik, dan lugu untuk bisa mendekatinya. Banyak pula yang menawarkan tubuhnya asal bisa dijadikan kekasih. Aron sudah muak bertemu dengan gadis-gadis seperti itu. Usainya semakin bertambah, Aron merasa sudah saatnya dia berubah, meninggalkan kebiasaan buruk dan mulai mencari wanita baik-baik untuk di jadikan istri suatu saat nanti. Dan Aron merasa semua kriteria yang dia inginkan ada dalam diri Serra. Ya, wanita yang tidak sengaja dia kenal akibat menabrak mobilnya.

"Kita lihat saja gadis cantik, kamu akan jadi milikku." Ucap Aron yakin. Aron tidak akan menyerah, untuk mendapatkan Serra apapun caranya. Terlahir dari keluarga kaya dan memiliki fisik yang sempurna dan otak yang cerdas, Aron selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Apalagi jika di abaikan oleh seorang wanita, jiwanya merasa tertantang.

Aron menghubungi seseorang melalui ponsel di tangannya.

"Ya Bos.?" Suara di seberang sana terdengar sopan menyapa Aron.

"Ikuti gadis itu, jangan sampai dia curiga.!" Titahnya kemudian memutuskan sambungan telfon sepihak.

Aron kembali beranjak dari duduknya dan meninggalkan kafe. Serra sudah terlihat di luar, entah gadis itu pergi menggunakan apa.

...*****...

Serra turun dari angkutan umum di depan gang kecil yang hanya muat di lewati 1 mobil. Dia berjalan memasuki gang sambil memainkan ponsel di tangannya karna harus membalas pesan dari Xander. Malam ini Xander ada urusan mendadak, jadi memberitahu Serra supaya nanti malam tidak perlu datang ke apartemennya.

"Ck,, padahal aku kangen meraba-raba tubuh kekarnya. Astaga, kenapa ada pria sesempurna itu. Otakku sampai kehilangan kewarasan setiap kali melihat tubuhnya." Gumam Serra pelan. Hanya dengan membayangkan tubuh Xander, Serra merasakan darahnya berdesir. Suhu tubuhnya langsung meningkat dan pipinya merona.

"Sadar Serra, sadar,,!! Kenapa kamu jadi mesum begini.?!" Serra memukuli kepalanya sendiri, mencoba mengusir pikiran kotor yang berkeliaran di kepalanya.

Setelah membalas pesan dari Xander, Serra menyimpan ponselnya dan setengah berlari menuju rumah sang Tante.

"Kamu kenapa lari-lari.? Ada yang ngejar kamu.?Wajah kamu sampai merah begitu." Tanya Sila yang saat itu sedang duduk di teras rumah sambil mencabuti benang dari kain bordiran. Itu adalah pekerjaan sampingan Sila meski tidak setiap hari ada pekerjaan.

Serra menggeleng. "Nggak ada Tan, Serra kepanasan di jalan jadi lari biar cepet sampai. Serra mandi dulu ya tan, nanti Serra bantuin cabut benangnya." Ujarnya sembari melepaskan sepatu.

"Kamu istirahat saja dulu, pasti cape habis sekolah dan panas-panasan. Di dapur ada bolu pisang, tadi siang Tante bikin. Bawa aja ke kamar kamu." Kata Sila.

Serra mendadak melow, dia benar-benar diperlakukan sangat baik oleh Tante dan Omnya. Mereka tidak pernah membeda-bedakan dia dengan kedua anak mereka. Apa yang dimakan oleh anak-anak mereka, Serra juga boleh memakannya.

"Makasih ya Tante." Serra mendekat untuk memeluk Sila dari samping.

"Loh, kok tiba-tiba sedih begini.?" Sila bingung sendiri melihat mata Serra berkaca-kaca. Suaranya juga bergetar menahan tangis.

"Serra nggak tau bagaimana nasib kalau nggak ada Tante sama Om. Mungkin Serra akan hidup di jalanan setelah Nenek meninggal." Serra menangis, dia menyembunyikan wajahnya di bahu sang Tante. Sampai kapanpun, Serra tidak akan pernah melupakan kebaikan dan jasa mereka. Dia bisa bertahan hidup sampai sekarang karna Nenek, Tante dan Omnya.

"Serra janji akan jadi orang sukses supaya Tante dan Om nggak perlu bekerja keras lagi. Do'akan Serra agar Serra bisa kuliah dan mendapat pekerjaan yang bagus setelah lulus kuliah." Ujarnya.

"Tentu saja, Tante dan Om selalu mendoakan kamu. Tante yakin kamu akan sukses, seperti harapan Mama kamu ketika kamu masih ada dalam kandungan." Ucap Sila dengan suara bergetar. Dia teringat mendiang Kakaknya yang meninggal setelah melahirkan. Saudara satu-satunya yang dia miliki pergi untuk selama-lamanya. Tanpa sadar, Sila mengepalkan kedua tangannya. Ada dendam yang belum terbalas, dendam itu telah dia simpan rapi sejak 17 tahun yang lalu. Sila tidak akan melupakan penyebab Kakaknya meninggal dunia.

...*****...

Serra mengajak kedua sepupunya ke pusat perbelanjaan menggunakan taksi online. Selama tinggi di Ibu Kota, mereka berdua belum pernah menginjakkan kaki di Mall terbesar yang ada di sini. Serra diam-diam membawa sepupunya tanpa sepengetahuan Tante dan Omnya yang sedang pergi ke Kota sebelah karna urusan penting.

"Wah,, mallnya besar sekali Kak." Akbar berdecak kagum. Sama halnya dengan sang adik yang mulutnya sudah menganga.

"Kak Serra kenapa ajak kita kesini.? Kita kan ngga punya uang." Celoteh Mila.

Serra mengusap pucuk kepala bocah berusia 8 tahun itu. "Kak Serra punya uang kok, Mila sama Akbar boleh beli mainan atau makanan yang kalian mau." Serunya.

Dua anak itu bersorak senang. "Beneran Kak.? Mila boleh beli mainan disini.?" Mata Mila berbinar.

Serra mengangguk dan mengajak keduanya berkeliling mencari toko mainan.

Di tempat yang sama, seorang pria berbadan tinggi sedang memilih mainan. Dia menyipitkan mata ketika melihat gadis cantik merangkul dua anak kecil di sisi kiri dan kanannya.

Dia meletakkan mainan yang sempat di pegang ke tempat semula, lalu mengekori 3 orang yang tampak antusias memilih mainan.

"Sejak kepan ada kerja kelompok di toko mainan.?" Suara berat itu membuat Serra terkejut sampai kedua matanya membulat sempurna. Dia berbalik badan, lalu menyengir kuda ketika mendapati Xander berkacak pinggang.

Serra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia tadi menolak saat Xander diminta datang ke apartemen dengan alasan ada kerja kelompok.

"Mila sama Akbar pilih mainan sendiri dulu ya, kalau sudah dapat, nanti bawa kesini." ujarnya pada mereka berdua. Mila dan Akbar mengangguk paham dan langsung pergi memilih mainan yang mereka inginkan.

Serra kemudian menjelaskan pada Xander bagaimana situsnya. Kedua sepupunya yang masih kecil itu tidak mungkin ditinggalkan berdua di rumah.

"Kalau Dokter ngapain disini.?" Tanyanya penasaran.

"Cari kado buat anaknya temen saya. Mumpung kamu disini, pilihkan mainan buat anak perempuan umur 4 tahun." Titahnya kemudian mengeluarkan kartu dari dompetnya.

"Nanti bayar pakai ini, sekalian punya sepupu mu. Nanti sore, kamu antar ke apartemen. Saya ada urusan mendadak." Ujarnya menjelaskan.

Serra menerima kartu itu sambil mengembangkan senyum lebar. "Beneran Dok.? Kalau Serra pakai buat beli make up boleh nggak.?" Tanyanya seraya mengerlingkan sebelah mata.

"Boleh, tapi ada syaratnya."

"Apa syarat.?" Seru Serra semangat. Dia sudah membayangkan hal-hal mesum di kepalanya. Karna biasanya sugar daddy akan meminta syarat yang berhubungan dengan adegan dewasa. Serra beberapa hari ini sudah merindukan tubuh Xander yang cukup menggoda.

Xander menunduk untuk membisikkan sesuatu pada Serra. Wajah Serra yang semula berbinar, seketika langsung cemberut.

"Dokter nggak seru.! Serra pikir syaratnya duduk dipangkuan Dokter sambil ciuman." Keluhnya tidak semangat.

Xander terkekeh dan mengacak gemas pucuk kepala Serra. "Jangan lupa datang jam 4 sore." Pesannya sebelum pergi dari toko mainan itu.

Terpopuler

Comments

Natasia Wang

Natasia Wang

Aaron gk bkl bs dpt Serra walau Xander blm ada rasa ama Serra skrg tp gk mungkin Xander ijinkan Aaron sma Serra wkwkwk biasanya dy gk nyadar klo dy gk mau kehilangan. Haah gk sbr Xander tau Aaron ngincer Serra, btw skur hbs ketemu Aaron Serra langsung plg, gk kebayang klo d buntutin smpe k tmpat tgl Xander

2025-01-20

3

Herni Haryani

Herni Haryani

xander kin nganggap sera sebagai teman ngobrol z karena dengan adanya sera dia merasa terhibur n nyaman setiap di ajak ngobrol random apa z masuk x ya.

2024-11-03

0

Natasia Wang

Natasia Wang

Ni anak kudunya bersyukur segel lu blm kbuka hey 🤣😂dsr kau deck²

2025-01-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Novel "Sinar Rembulan"
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Novel "Sinar Rembulan"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!