Bab 2

Serra turun dari pangkuan Xander dengan wajah lesu dan segera memakai dressnya lagi. Pupus sudah harapannya untuk memiliki ponsel mahal keluaran terbaru. Dia harus mencari sugar daddy dimana lagi yang bisa memberinya I-Phone.

"Gagal dong punya I-Phone 15." Ujar Serra yang hampir menangis. Teman-teman pasti akan semakin membully karna cuma dia yang belum punya I-Phone terbaru.

"Saya bersedia kasih kamu I-Phone, tapi bantu saya sampai sembuh." Suara pelan itu membuat semangat Serra bangkit lagi.

"Deal.!! Saya setuju Dok.!" Serunya sambil mengulurkan tangan dan mengajak Xander berjabat tangan. Pria itu mengabaikan sebentar, lalu menerima jabat tangan Serra.

Senyum di wajah Serra tidak luntur selama Xander menghentikan mobilnya di pusat perbelanjaan terbesar dan membawa Serra ke official store ponsel ternama itu.

"Serra mau yang warna hitam Dok." Pintanya. Xander mengangguk dan meminta pada pelayan untuk mengambilkan ponsel sesuai keinginan Serra.

Pria yang memakai masker itu menyerahkan black card pada kasir untuk membayar ponsel itu.

"Aaaa,, makasih Dok." Serra reflek memeluk tubuh kekar Xander setelah menerima, paper bag darinya. Sedangkan ponselnya langsung di serahkan pada Serra karna sudah di setting dan di masukan SIMcard lama milik Serra.

"Aku antar kamu pulang." Suara Xander terdengar datar. Serra mengikuti langkah Xander yang sudah jalan lebih dulu.

"Serra beneran boleh pulang sekarang Dok.? Terus prakteknya kapan.?" Serra menunjukkan tatapan antusias, membuat Xander mengetuk keningnya.

"iihh, sakit tau Dok.!" Protes Serra sambil mengusap keningnya.

"Kamu udah nggak sabar.? Lagian untuk apa buru-buru, kamu tau sendiri saya nggak bisa bangun." Ujar Xander kemudian melajukan mobilnya meninggalkan basement mall.

Benar juga, Xander sama sekali tidak bangun meski Serra sudah mempertemukan alat tempur mereka saat di basement club tadi. Benar-benar tidak ada reaksi apapun, meski ukurannya besar, tapi dalam keadaan layu. Padahal Serra sempat membayangkan benda itu akan menjadi sangat besar jika sudah hidup.

"Yahh,, tapi aku ijin sama tante mau menginap di rumah temen. Masa tiba-tiba pulang lagi." Serra menekuk wajahnya. "Ikut saka Dokter boleh nggak.? Mumpung besok hari minggu, aku nggak sekolah." Serra memohon. Dia menunjukkan puppy eyesnya agar Xander iba.

Xander hanya menghela nafas dan tidak mengatakan apapun. Mobil sportnya membelah jalanan Ibu Kota yang lumayan padat di malam minggu.

Serra tampak tenang karna dia yakin akan dibawa Xander ke tempat tinggalnya. Remaja itu bersenandung sembari memainkan ponsel barunya. Dia mengirim chat pada teman sebangkunya untuk memberi tau bahwa dia sudah mendapatkan I-Phone impiannya.

Xander diam-diam melirik Serra, memperhatikan tingkah remaja itu. Diluar sana banyak remaja yang lebih parah dari Serra, Xander tentu tau hal itu. Bahkan sangat jarang gadis seusia Serra bertahan dengan kesuciannya di tengah-tengah pergaulan yang semakin bebas ini.

"Kamu nggak sayang sama kesucian kamu.?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Xander. Dia juga memiliki Kakak perempuan, jadi menyayangkan keputusan konyol Serra untuk menukar kesuciannya dengan ponsel.

Serra menoleh dan diam sejenak. "Sayang sih sebenernya, tapi punya I-Phone keluaran terbaru lebih menggiurkan. Aku kesal di hina terus karna masih pakai I-Phone jadul." Jawabnya jujur.

Di kelas Serra sangat memandang remeh murid-murid yang tidak memiliki ponsel terbaru. Dan akan memuji murid yang memiliki ponsel keluaran terbaru, tidak peduli bagaimana murid tersebut mendapatkan ponsel itu. Mereka tidak akan tanya karna sudah menjadi rahasia umum jika sebagian besar siswi akan menjadi sugar baby untuk memiliki ponsel mahal.

"Dok, Serra boleh tanya nggak.?" Remaja berambut panjang itu miring ke arah Xander, menatap dari samping pria yang sedang mengemudi itu.

Xander menjawab dengan anggukan kecil yang artinya mengijinkan Serra bertanya padanya.

"Sejak kapan Dokter, maaf nggak bisa bangun.?" Serra bertanya hati-hati. Di tatapannya Xander yang sempat melirik tajam padanya.

"Maaf Dok, kalau Serra lancang. Serra cuma pengen tau. Nggak di jawab juga nggak apa-apa." Ucapnya tak enak hati, takut menyinggung Xander. Serra akhirnya menghadap ke jendela dan menikmati perjalanan malam itu dari dalam lamborghini. Xander juga diam saja, tidak ada tanda-tanda akan menjawab pertanyaan Serra.

...*****...

Serra mirip seperti anak ayam yang sedang mengekor induknya. Tinggi Xander yang mencapai 185 cm membuat Serra terlihat sangat mungil di dekatnya. Padahal untuk ukuran wanita asia yang memiliki tinggi 162 cm tidak dikategorikan pendek.

"Woaahh gila,, mewah banget apartemennya Dok." Serra berdecak kagum ketika Xander membuka pintu apartemennya. Serra sudah menduga interior di dalam apartemen Xander pasti sangat mewah, gedung apartemen ini saja sangat megah dan terkenal dengan harganya yang selangit. Apartemen ini sudah pasti di huni oleh orang-orang kaya.

Xander memandang lucu ekspresi takjub Serra yang sedang mengedarkan pandangan ke seluruh sudut apartemen. Dia menutup pintu setelah Serra duduk di sofa.

Xander ikut duduk di sofa lain. "Kamu tinggal dimana.?" Jika di perhatikan dengan seksama, Serra tidak seperti warga Jakarta.

"Di pinggiran kota Dok, Serra ikut Om sama Tante. Sejak kecil di Bandung, tinggal sama nenek. Tapi semenjak nenek meninggal, Serra di ajak Om sama Tante ke Jakarta." Serra menjawab sambil memainkan ponsel barunya.

"Orang tua kamu dimana.?" Tanya Xander penasaran. Sebab Serra tidak menyebutkan kedua orang tuanya.

Serra mengedikkan bahu tanda tidak tau. "Serra nggak pernah tau siapa orang tua Serra. Nenek, Om dan Tante juga nggak pernah ngasih tau." Jawabnya santai. Jemari Serra malah sibuk bergerak di atas layar ponselnya dengan mata yang berbinar, senyumnya juga tampak merekah. Tidak ada sedikitpun kesedihan di wajah remaja 17 tahun itu, padahal dia baru mengatakan asal usulnya yang tidak jelas. Xander saja sampai merasa iba padanya.

"Dok, ada minuman dingin nggak.? Serra haus." Remaja 17 tahun itu begitu santai dan tampak nyaman berada di dekat Xander, sampai tidak ada kata canggung saat meminta minum. Percakapan Serra dengan Xander juga seperti orang yang sudah lama kenal. Padahal mereka baru bertemu 2 jam lalu.

"Ambil saja di dapur. Saya ke kamar dulu." Xander beranjak, Serra mengekorinya.

"Nanti Serra tidur di kamar Dokter kan.?" Tanyanya sambil mendongak, menatap punggung Xander yang berjalan di depannya. Dokter spesialis itu menoleh, bola matanya semakin menyipit menatap Serra.

"Katanya Dokter pengen sembuh, Serra siap bantu mulai malam ini. Bagaimana.?" Serra dengan genitnya mengedipkan mata.

"Ck.! Saya ragu kamu masih pera-wan." Cibirnya, mengingat Serra tampak agresif padanya.

"Sumpah demi apapun Dok, Serra masih pera-wan. Paling main-main sendiri kalau lagi nonton, tapi nggak pernah begituan sama siapapun. Nanti Dokter buktiin sendiri aja kalau udah sembuh." Cerocos Serra membela diri. Dia jelas tidak terima di bilang sudah tidak pera-wan. Ciuman saja belum pernah.

Mata Xander melotot mendengar jawaban Serra yang terlalu jujur. "Main-main gimana maksud kamu.?" Pancing Xander. Mendengar kejujuran Serra sepertinya menenangkan.

"Nggak usap pura-pura nggak tau Dok. Masa harus Serra ceritain disini. Malu lah,," Serra kemudian mendahului Xander dan menyelonong ke dapur seolah dapur itu miliknya.

Xander terkekeh. "Kamu tadi telan-jang pegang punya saya nggak ada malu-malunya." Selorohnya.

"Itu kan beda, karna ada duitnya jadi Serra nggak malu." Jawab Serra yang sudah mengambil minuman kaleng dingin dari kulkas.

Xander tidak menggoda lagi, dia pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri karna tadi baru pulang dari rumah sakit.

Terpopuler

Comments

aelllll

aelllll

yg penting iphone ser, aku dikasih ip tahu jg bakal berterimakasih dengan sangat banyak banyak banyak /Frown/

2025-01-19

0

Natasia Wang

Natasia Wang

W rasa ni mirip novel yg dlu gw bca, cuma sma 1 gadis dy bs turn on kurasa Serra bisa

2025-01-20

0

Takdir Hidupku

Takdir Hidupku

Ya Allah baru x ini ku baca novel ketawa smpai sakit perut plus air keluar air mata🤣

2025-01-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Novel "Sinar Rembulan"
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Novel "Sinar Rembulan"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!