BAB 3: Alinah Bergelut dengan dirinya sendiri

Sumber gambar. Dokumen pribadi

Pagi itu terasa dingin. Alinah mandi dengan air hangat. Dia harus mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Mengajar adalah kewajibannya. Alinah guru yang rajin. Alinah tak menelantarkan anak didiknya. Mengajar itu harus fokus. Itu menurut Alinah. Sekalipun Alinah fokus mengajar namun gurat kesedihan masa lalu kerap muncul ke permukaan. Rasa sedih karena suami meninggal masih kerap muncul.

Alinah terkenang masa lalu ketika suaminya masih ada.

Flash Back

Saat itu Alinah sedang sakit jadi tak bisa masuk ke sekolah.

Alina Merasa terganggu oleh suara gemericik air. rupanya suami sedang mengisi air di kamar mandi. Alinah membolak-balikan badan. Mau bangun, namun dirinya masih mengantuk. Alinah mengumpulkan tenaga dan pikiran untuk bisa bangun dengan nyaman. Meski berusaha untuk bangun sekuat tenaga, rasa kantuk masih menyerang. Akhirnya Alinah tertidur pulas.

Saat tertidur pulas Alinah lupa dengan masalah pribadinya. Dia depresi dengan masalah yang sedang dihadapi.

Sejenak dia berhenti dari ingatannya di mana dia sangat depresi dengan segudang persoalan yang sedang menghantui dirinya. Betapa tidak! Harga dirinya sedang dipertaruhkan. Hutang sebagai modal usaha yang pernah dirintis bersama suaminya harus segera dibayar. Usaha suaminya diambang kebangkrutan. Penjualan perabotan tidak berjalan seperti yang dia bayangkan. Bagi Alinah orang yang senantiasa bersikap dan bertindak sesuai komitmen dia pun harus memikirkan bagaimana cara mengembalikan hutang-hutangnya.

Persoalan hidupnya bukanlah hal yang main- main baginya. Jika masalah ini menimpa pada orang lain, mungkin persoalannya tidak seberat yang Alinah rasakan. Barangkali orang yang menjalani ujian seperti yang saat ini Alinah jalani akan bersikap lebih tenang. Mereka berpikir, manusia yang masih hidup ya pasti punya hutang. Atau ada sebagian dari mereka yang berkomentar, dengan adanya hutang akan menambah semangat bagi hidupnya.

***

Tapi bagi Alinah yang terbiasa berakhlakul Karimah, membuat dia menanggung suatu beban yang teramat sangat. Dia begitu disiplin. Dia tidak ingin mengecewakan orang lain. Dan dirinya selama ini juga sangat konsekuen dengan satunya kata dan perbuatan. Tapi dengan persoalan yang sedang menimpanya saat Ini, membuat dirinya sangat tertekan. Dia bertekad ingin menikmati hidupnya tanpa adanya tagihan hutang. Walau hutang ini tak sebesar gunung atau pun sebanyak busa di lautan yang biru. Walau hutang itu sebenarnya masih dalam batas kewajaran. Bisa teratasi hanya dalam beberapa bulan saja.

***

Alinah memanggil suaminya dengan sebutan 'Aa'. Suaminya berasal dari Kota Kembang, Bandung. Namanya Burhan. Sebutan itu seperti halnya di daerah lain. Seperti, 'Mas' bila di Jawa.

Ketika Alinah terganggu oleh suara mesin pompa air itu, berisik', saat itu sang suami sedang menikmati teh hangat di sudut ruang itu. Pandangan matanya tertuju pada sebuah jalan yang melintang di depan rumah kontrakan itu. Rumah kontrakan yang tak terlalu luas itu tapi terasa nyaman untuk berteduh. Rumah kontrakan yang saat itu ijadikan sebagai tempat tinggal untuk sementara oleh Alinah dan Burhan. Dari balik jendela tampak kendaraan yang berlalu lalang. Baik pengendara sepeda motor, maupun pejalan kaki. Banyak di antara mereka para Ibu muda yang hendak mengantar sekolah anak-anaknya.

***

Alinah pergi ke sekolah. Hari itu jadwal Alinah begitu padat. Ketika Alinah menunaikan ibadah sholat Dzuhur dia kembali teringat dengan almarhum suaminya, Pak Burhan.

Flash Back

Setiap hari, Burhan menunaikan ibadah sholat Dzuhur.. Suatu bentuk penghambaan diri dari seorang hamba kepada Sang Khalik, Dia lah Allah Yang Maha Kuasa. Pak Burhan bersama Alinah sangat berharap bila mereka segera melunasi semua hutang-hutangnya. Siapa sih orang nya yang bisa tenang hatinya bila masih memiliki suatu tanggungan hutang dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Satu-satunya harapan saat itu mereka ingin menjalani suatu kehidupan dengan tanpa adanya beban hutang sedikitpun.

Setelah selesai sholat dhuha, Burhan membaca ayat suci al-qur'an. Meskipun bacaannya belum fasih betul. Tapi dia yakin bahwa suatu saat nanti dirinya akan belajar membaca al-qur'an dengan baik. Burhan seorang hamba yang taat. Selalu berusaha sebisa mungkin untuk senantiasa menjalankan segala perintah- perintah-Nya dan Berusaha sebisa mungkin untuk menjauhi larangan-Nya. Sekali saja shalat wajib tertunda, maka dia sangat merasa gelisah. Merasa seperti ada yang kurang.

Semasa hidupnya Pak Burhan kerap kali berpesan Pada Akinah,

"Sholat. Sholat janganlah ditinggalkan!" Kata Burhan dengan nada pelan.

“Ia, suamiku yang tampan dan baik hati” tutur Alinah.

Mendengar pujian itu tersenyum, Burhan memang dikenal sebagai sosok Budiman hanya yang pendiam, Pembawaannya tenang. Sangat berbeda dengan istrinya. Alinah dikenal sebagai sosok yang agresif dan suka mendominasi di dalam kehidupan rumah tangganya.

Selain itu juga Pak Burhan pernah membuka usaha bimbingan belajar yang dikelola sendiri. Tetapi usaha itu tidak dikelola dengan serius. Akan tetapi untuk saat ini Burhan sedang fokus di usaha dagang. Meskipun usahanya itu masih tergolong kecil-kecilan.

Ada suatu keprihatinan tersendiri di lubuk hati Alinah. Rasa prihatin di mana Pak Burhan belum memiliki keteguhan hati di dalam menjalani satu bidang usaha. Terkadang Budiman mudah terpengaruh dengan ajakan teman untuk menekuni usaha baru. Misalnya usaha emas batangan. Sementara Budiman tidak memiliki keahlian di bidang itu. Budiman kerap kali menuturkan bila dirinya ingin menekuni usaha baru.

"Aku mau usaha emas batangan. Aku mau Investasi di dalam usaha itu" tutur Burhan. Mendengar penuturan itu Alinah tersentak.

"Jangan Pak,aku tidak setuju bila usaha di bidang itu, persoalannya Pak Burhan belum tahu seluk beluknya. Nanti kita yang keteter sendiri." Alinah bersikukuh untuk tergiur dengan usaha itu. Menurut Alinah usaha bisa berjalan bila seseorang telah menguasai pengetahuan di bidang itu.

Setiap hari, Alinah menunaikan ibadah sholat dhuha. Suatu bentuk penghambaan diri dari seorang hamba kepada Sang Khalik, Dia lah Allah Yang Maha Kuasa. Baik Burhan atau pun Alinah sangat berharap bila mereka segera melunasi semua hutang - hutangnya. Semua orang pasti hidup merasa tidak tenang bila masih bersangkutan dengan hutang piutang. Hutang adalah beban hidup.

**”

Sore harinya Alinah pulang dari sekolah. Ada rasa lega tersendiri di hatinya bila usai mengajar. Melaksanakan rutinitas keseharian dalam mengajar. Guru yang baik adalah yang bekerja secara profesional. Melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sungguh- sungguh dan didasari oleh rasa ikhlas.

Guru yang baik itu juga guru yang berinteraksi belajar mengajar dengan siswa. Melakukan pengelolaan kelas. Membuat media pembelajaran yang dapat membimbing siswa secara aktif.

Alinah pun kerap kali membawa alat peraga, benda sesuai dengan aslinya. Alat peraga ini mudah dipahami dan mudah dimengerti oleh siswa.

Setibanya di rumah, Alinah memasak capcay, tidak ketinggalan menyiapkan makanan untuk Nara. Sepulang sekolah Nara pulang dalam keadaan lelah. Alinah mempersiapkan itu semua untuk Nara.

Terpopuler

Comments

Ritsu-4

Ritsu-4

Maafin aku udah nunda untuk membaca nih novel, penyesalan banget!

2024-07-16

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Muhasabah Alinah
2 Bab 2 Pengalaman Tak Terlupakan
3 BAB 3: Alinah Bergelut dengan dirinya sendiri
4 Bab 4: Optimisme dalam hidup
5 Bab 5: Alinah jatuh Sakit
6 BAB 6 : Alinah Menulis Novel
7 Bab 7 : Nara Menulis
8 Bab 8 : Alinah cemas
9 Bab 9: Alinah Menulis Cerpen
10 Bab 10: Alinah Kehilangan Sosok Ibu
11 Bab 11: Hari Libur yang Manis
12 Bab 12: Kesedihan Pak Burhan
13 Bab 13: Alinah dan Tania
14 Bab : Perencanaan yang Kurang Matang
15 Bab 15: Kampung yang Heterogen
16 Bab 16: Alinah Singgah di Warteg
17 Bab 17: Menu Masakan Warteg
18 Bab 18: Sisi lain Kehidupan Alinah
19 Bab 19: Alinah hidup Berpindah - pindah Tempat
20 Bab 20: Aktivitas Alinah
21 Bab 21: Alinah Sebagai Motivator Nara
22 Bab 22 : Alinah dan Dunia Literasi
23 Bab 23: Alinah dan Lingkungan Masyarakat
24 Bab 24: Hati yang Gundah
25 Bab 25 : Obsesi Akinah
26 Bab 26: Guru Honor
27 Bab 27: Lanjutan Cerpen Alinah
28 Bab 28: Sayuran Gratis
29 Bab 29: Anak yang Berbakti
30 Bab 30: Anak yang Berbakti
31 Bab 31: Gairah Cinta Alinah
32 Bab 32: Alinah dan Harapan Masa Depan
33 Bab 33: Alinah terus Berjuang
34 Bab 34: Alinah Galau
35 Bab 35: Alinah membuat Konten
36 Bab 36: Tekad Akunah
37 Bab 37: Perjuangan Hidup Alinah
38 Bab 38: Keluh Kesah Alinah
39 Bab: 39 Sisi lain Kehidupan Alinah
40 Bab 40: Sikap waspada Alinah
41 Bab 41: Hati yang Gundah
42 Bab 42: Teka- teki Pak Sasmita
43 Bab 43 : Bimbingan Prestasi
44 Bab 44: Alinah Galau
45 Bab 45: Hasrat Cinta Alinah
46 Bab 46: Semangat Menulis Alinah
47 Bab 47: Alinah Merangkai Kata
48 Bagian 48: Alinah Tak Fokus Menulis
49 Bagian 49: Alinah Penikmat Kopi
50 Bab 50: Pak Sasmita Penikmat Teh
51 Bagian 51: Chat dari Pak Sasmita
Episodes

Updated 51 Episodes

1
BAB 1 Muhasabah Alinah
2
Bab 2 Pengalaman Tak Terlupakan
3
BAB 3: Alinah Bergelut dengan dirinya sendiri
4
Bab 4: Optimisme dalam hidup
5
Bab 5: Alinah jatuh Sakit
6
BAB 6 : Alinah Menulis Novel
7
Bab 7 : Nara Menulis
8
Bab 8 : Alinah cemas
9
Bab 9: Alinah Menulis Cerpen
10
Bab 10: Alinah Kehilangan Sosok Ibu
11
Bab 11: Hari Libur yang Manis
12
Bab 12: Kesedihan Pak Burhan
13
Bab 13: Alinah dan Tania
14
Bab : Perencanaan yang Kurang Matang
15
Bab 15: Kampung yang Heterogen
16
Bab 16: Alinah Singgah di Warteg
17
Bab 17: Menu Masakan Warteg
18
Bab 18: Sisi lain Kehidupan Alinah
19
Bab 19: Alinah hidup Berpindah - pindah Tempat
20
Bab 20: Aktivitas Alinah
21
Bab 21: Alinah Sebagai Motivator Nara
22
Bab 22 : Alinah dan Dunia Literasi
23
Bab 23: Alinah dan Lingkungan Masyarakat
24
Bab 24: Hati yang Gundah
25
Bab 25 : Obsesi Akinah
26
Bab 26: Guru Honor
27
Bab 27: Lanjutan Cerpen Alinah
28
Bab 28: Sayuran Gratis
29
Bab 29: Anak yang Berbakti
30
Bab 30: Anak yang Berbakti
31
Bab 31: Gairah Cinta Alinah
32
Bab 32: Alinah dan Harapan Masa Depan
33
Bab 33: Alinah terus Berjuang
34
Bab 34: Alinah Galau
35
Bab 35: Alinah membuat Konten
36
Bab 36: Tekad Akunah
37
Bab 37: Perjuangan Hidup Alinah
38
Bab 38: Keluh Kesah Alinah
39
Bab: 39 Sisi lain Kehidupan Alinah
40
Bab 40: Sikap waspada Alinah
41
Bab 41: Hati yang Gundah
42
Bab 42: Teka- teki Pak Sasmita
43
Bab 43 : Bimbingan Prestasi
44
Bab 44: Alinah Galau
45
Bab 45: Hasrat Cinta Alinah
46
Bab 46: Semangat Menulis Alinah
47
Bab 47: Alinah Merangkai Kata
48
Bagian 48: Alinah Tak Fokus Menulis
49
Bagian 49: Alinah Penikmat Kopi
50
Bab 50: Pak Sasmita Penikmat Teh
51
Bagian 51: Chat dari Pak Sasmita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!