Chapter 14. Senja Di Pecat

Di saat Arkan keluar dari lif, dia berpapasan dengan Mama Ratih.

"Apa Mama melihat Senja? Tanya Arkan pada Mama mertuanya siapa tau Mama Ratih melihatnya.

"Senja ada di dapur, kami baru selesai memasak, "jawab Mama ratih di sertai senyuman pada menantunya itu.

"Terimakasih Ma." Arkan langsung bergegas menuju dapur tanpa menunggu jawaban dari Mama Ratih.

Mama Ratih geleng -geleng kepala melihat tingkah menantunya yang jadi posesif sama istrinya.

"Sayang," panggil Arkan.Setelah tiba di dapur dan melihat istrinya sedang memotong bawang.

Senja  menoleh, dia melihat suaminya sudah ada di dapur.

"Mas udah bangun, kenapa kesini?" tanya Senja .

Arkan tidak menjawab, dia melirik Bik Ijah dan Bik Yati dengan tatapan tajamnya.

Bik Ijah dan Yati jadi ketakutan. Tidak biasanya majikannya mantap tajam pada keduanya.

"Ma...maaf tuan, tadi kami sudah melarang nona untuk tidak memasak, tapi nona memaksa, katanya biar ada pekerjaan dan tuan sudah biasa makan masakan nona." Bik Ijah lebih baik jujur dari pada dirinya dan temannya Yati jadi terancam.

Senja yang mengerti dengan ucapan Bik ijah, dia langsung merangkul lengan suaminya dengan manja seperti wanita malam yang sedang merayu pelanggannya.

Senja membawa suaminya ke meja makan dan duduk disana untuk mencairkan suasana agar Arkan tidak memarahi Bik Ijah dan Bik Yati karena di sini dia lah yang salah karena sudah memaksa Bik Ijah agar di izinkan memasak.

Senja terus mengajak suaminya bicara agar Arkan lupa kalau dia mau marahin Bik Ijah dan Bik Yati.

"Apa mau di buatkan kopi?" tanya Senja sedikit lebay seperti sedang menggoda.

"Tidak sayang, mas tidak mau apa-apa." Jawab Arkan.

Sepertinya Arkan tidak akan mudah untuk di rayu, melihat suaminya tidak bisa dirayu, akhirnya Senja duduk di paha suaminya, kedua tangan Senja dia kalungkan di leher Arkan.

"Mas, jangan menyalahkan bibi, dan jangan memarahinya Bibi tidak bersalah, tadi aku yang pingin masak." Ucap Senja tidak mau suaminya memarahi Bini karena yang bersalah adalah dirinya.

Pak Handoko dan Mama Ratih yang sedang berjalan ke meja makan untuk sarapan, kedua paruh baya itu menghentikan langkahnya saat mendengar Anak dan menantunya berbicara.

"Tapi di rumah ini sudah ada Bik Ijah dan Bik Yati yang memasak dan membersihkan rumah, jadi kamu tidak usah ke dapur." Arkan tidak akan membiarkan Senja memasak.

"Tapi..." belum selesai Senja bicara, Arkan langsung memotong, tidak ada tapi-tapi, pokoknya mas tidak mau kamu memasak ,kamu disini nyonya rumah bukan pembantu, aku tidak mau kalau kamu kelelahan." Arkan benar-benar tidak mengizinkan Senja memasak.

Senja memanyunkan bibirnya, dia kesal pada suaminya. Arkan tau kalau istrinya itu tidak bisa diam dan pasti membuatnya bosan kalau berada di rumah terus.

Namun Arkan juga tetap tidak mau kalau istrinya kelelahan. Arkan akan membuat istrinya itu bahagia, tidak sengsara lagi.

"satu lagi, mulai hari ini kamu sudah di pecat di cafe, jadi tidak boleh bekerja lagi.

Dan besok mas sudah mulai masuk kantor. Jadi tugas adek sekarang disini mengurus mas saat mau pergi ke kantor,dan menyambut mas saat pulang dari kantor."

"Tapi mas, aku akan bosan kalau di rumah terus," bantah Senja tidak mau kalau dia tidak kerja lagi.

Senja memang sejak dari kecil sudah giat bekerja, bahkan di rumah dia selalu membantu Mamanya melakukan pekerjaan rumah.

"Kalau kamu bosan dan suntuk, di depan kan ada Pak Iwan, dia sopir yang siap mengantar mu kemana-mana. Kamu bisa belanja, shoping biar tidak bosan." Arkan sudah bersikeras melarang Senja agar tidak bekerja lagi.

Sepertinya keputusan memecat Senja sudah sangat tepat, lagian untuk apa bekerja, Senja belum tau aja kalau duit Arkan tidak akan habis sampai tujuh turunan.

Senja diam dengan muka kesalnya, karena percuma membantah, keputusan suaminya sudah bulat, walaupun seribu kali membantah suaminya tetap melarangnya bekerja.

Sementara Pak handoko dan Mama ratih, mereka tidak henti-hentinya bersyukur, entah kebaikan apa yang pernah dia lakukan sehingga Anak nya mendapatkan suami yang sangat sayang pada istrinya. Bahkan Senja sangat di ratu kan didalam rumah ini oleh suaminya.

"Baiklah aku akan diam di rumah,seperti yang mas mau, kalau pagi mengantar mas suami, kalau petang menyambut mas suami pulang kerja, mencium tangan dan." Arkan langsung menyahut perkataan Senja, sehingga Senja tidak bisa berkata lagi karena mulutnya sudah di bekap oleh bibir arkan.

" Dan aku akan langsung melumat bibir mu." Arkan melumat bibir istrinya dengan rakus.

Mata Senja terbelalak di saat tanpa sengaja melihat Papa dan Mamanya berdiri disana menyaksikan interaksi mereka.

Senja dengan cepat muluk-muluk bahu Arkan yang masih melumat bibirnya, Arkan melerai ciumannya dan menatap istrinya seolah bertanya.

"Ada apa?" tanya Awan dengan bahasa isyarat. Senja menunjuk dengan mulutnya.

"Ada Papa dan Mama." jawab Senja juga dengan bahasa isyarat.

Arkan mengikuti arah yang di tunjuk oleh mulut istrinya, dia juga terbelalak, dan jadi salah tingkah, Arkan dan Senja sangat malu karena adegan mereka di lihat oleh paruh baya itu.

Mama Ratih dan Pak Handoko berjalan mendekati Anak dan menantunya. Pak Handoko menepuk pelan pundak Arkan sembari berkata.

"Tidak usah malu, Papa juga begitu waktu muda." Pak Handoko sengaja berkata seperti itu agar kedua suami istri itu tidak malu lagi dan salah tingkah.

Arkan dan Senja hanya diam saja, keduanya masih agak sedikit malu.

"Ayo sarapan." Imbuh Mama Ratih memecahkan keheningan.

Semu sarapan dengan lahap.

Selesai sarapan Pak Handoko buka suara.

"Nak Arkan, Papa mau ke sekolah, tapi Papa bingung mau pergi pakai apa?" tanya Pak Handoko pada menantunya karena Arkan pernah berkata kalau motornya ada yang mengambil.

"Papa tenang aja, motor Papa sudah ada di garasi, semalam Ferdy sudah mengantarkannya, maaf aku lupa memberi tau Papa." Jelas Arkan pada Papa mertuanya.

Pak Handoko hanya mengangguk kepalanya saja. Kapan motornya di bawa ke sini dia tidak tau. Namun dia tetap berterimakasih pada menantunya ini.

"Terimakasih Nak, maafkan Papa sudah merepotkan Nak Arkan." Pak Handoko merasa tidak enak karena sudah banyak merepotkan menantunya ini.

Arkan melihat Papa mertuanya merasa sungkan padanya, lelaki itu kemudian berkata.

"Pa, aku menantu Papa, Papa mertuaku, jadi kita keluarga, aku sudah menganggap Papa orang tua ku sendiri, jadi Papa dan Mama tidak usah sungkan, kita semua satu keluarga." Arkan tidak mau kedua orang tuanya sungkan padanya, dia mau keluarga istrinya seperti keluarganya sendiri.

Pak Handoko terharu mendengar penuturan menantunya, dia langsung memeluk menantunya itu, menantu yang di kir hanya tukang ojek yang miskin ternyata orang kaya dan mempunyai hati seluas samudera.

Setelah itu Pak Handoko pamit ke sekolah, dia ingin mengendarai motornya, namun Arkan merasa khawatir, karena sekolah tempat mertuanya mengajar sekarang jauh, tidak seperti di rumah nya dulu.

 "Apa Papa ke sekolah pakai motor? tapi sekolah jauh kalau sekarang, tidak kayak di rumah Papa dulu. Apa tidak sebaik nya papa pakai mobil aja, atau biar di antar oleh Pak Darto." Ujar Arkan, dia tidak mau Papa mertuanya kelelahan di jalan nanti.

"Benar Pa, kalau pakai motor nanti Papa kelelahan dan ke panasan." timpal Senja membenarkan suaminya.

"Tidak apa-apa, Papa udah biasa kok, dulu ke mana-mana Papa juga pakai motor, bonceng Mama kamu lagi, tapi Papa tetap kuat kok." Jawab Pak Handoko.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

HNF G

HNF G

sudahlah pak..... nurut aja difasilitasi sama menantumu, hitung2 menikmati hari tua😄😄😄😄

2024-12-12

2

Nailott

Nailott

tapi sekarang beda pk handoko, anda punya menantu kaya

2025-01-31

1

Ira Sulastri

Ira Sulastri

Setuju Arkan lebih baik papa mertua di anterin supir saja, dg secara tidak langsung kamu jg membahagiakan istri dan ibu mertua kamu

2024-07-24

4

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1.Hinaan
2 Chapter 2.Kesedihan Senja
3 Chapter 3.Sah
4 Chapter 4.Curiga
5 Chapter 5.Rencana Firman
6 Chapter 6. Di Jebak
7 Chapter 7.Di usir
8 Chapter 8. Menyesal
9 Chapter 9. Mobil Mewah
10 Chapter 10. Rumah Arkan
11 Chapter 11. Kebenaran Arkan
12 Chapter 12. Kenyataan
13 Chapter 13. Penyesalan.
14 Chapter 14. Senja Di Pecat
15 Chapter 15.Menangis
16 Chapter 16.Amira
17 Chapter 17. Kecelakaan
18 Chapter 18. Di Rumah Sakit
19 Chapter 19. Bertemu Arsen
20 Chapter 20. Pertemuan
21 Chapter 21. Posesif
22 Chapter 22.Arsen Mulai Curiga
23 Chapter 23. Keterkejutan Arsen
24 Chapter 24. Rumah Sakit
25 Chapter 25. Ingat Mbak Mira
26 Chapter 26. Firman Dan Melly
27 Chapter 27. Rencana Senja
28 Chapter 28. Rencana Jalan-jalan
29 Chapter 29. Tamparan
30 Chapter 30. Sintia
31 Chapter 31. Di Pecat
32 Chapter 32. Rumah Senja
33 Chapter 33. Cerita
34 Chapter 34. Di Rumah Sakit
35 Chapter 35. Kembali Akur
36 Chapter 36. Pengakuan Amira
37 Chapter 37. Rencana Lina
38 Chapter 38. Posisi untuk Amira
39 Chapter 39. Amira Pergi Dengan Ferdy
40 Chapter 40. Ingin Ice Cream
41 Chapter 41.Sandiwara
42 Chapter 42. Pulang
43 Chapter 43. Drama Di Pagi Hari
44 Chapter 44. Ketakutan Senja
45 Chapter 45. Arkan Khawatir
46 Chapter 46. Liontin
47 Chapter 47. Senja Menangis
48 Chapter 48. Arkan Emosi
49 Chapter 49.Lina Dan Sintia
50 Chapter 50. Senja Baik-baik Saja
51 Chapter 51. Humaira
52 Chapter 52. Ungkapan Ferdy
53 Chapter 53. Diterima
54 Chapter 54. Om Heri
55 Chapter 55. Kekecewaan Firman
56 Chapter 56. Kedatangan Vika
57 Chapter 57. Hinaan dari Firman.
58 Chapter 58. Firman Di Tangkap.
59 Chapter 59. Senja Ke Perusahaan Arkan.
60 Chapter 60. Senja Pingsan
61 Chapter 61. Mila Di Pecat
62 Chapter 62. Bahagia
63 Chapter 63. Pernikahan
64 Chapter 64. Berkelahi
65 Chapter 65. Kemarahan Ferdy
66 Chapter 66.Menyelamatkan Amira
67 Chapter 67. Tertembak
68 Chapter 68. Menarik Laporan
69 Chapter 69. NADIA PUTRI ARGANTARA
70 Bab Pengemuma.
71 Pengemuman
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Chapter 1.Hinaan
2
Chapter 2.Kesedihan Senja
3
Chapter 3.Sah
4
Chapter 4.Curiga
5
Chapter 5.Rencana Firman
6
Chapter 6. Di Jebak
7
Chapter 7.Di usir
8
Chapter 8. Menyesal
9
Chapter 9. Mobil Mewah
10
Chapter 10. Rumah Arkan
11
Chapter 11. Kebenaran Arkan
12
Chapter 12. Kenyataan
13
Chapter 13. Penyesalan.
14
Chapter 14. Senja Di Pecat
15
Chapter 15.Menangis
16
Chapter 16.Amira
17
Chapter 17. Kecelakaan
18
Chapter 18. Di Rumah Sakit
19
Chapter 19. Bertemu Arsen
20
Chapter 20. Pertemuan
21
Chapter 21. Posesif
22
Chapter 22.Arsen Mulai Curiga
23
Chapter 23. Keterkejutan Arsen
24
Chapter 24. Rumah Sakit
25
Chapter 25. Ingat Mbak Mira
26
Chapter 26. Firman Dan Melly
27
Chapter 27. Rencana Senja
28
Chapter 28. Rencana Jalan-jalan
29
Chapter 29. Tamparan
30
Chapter 30. Sintia
31
Chapter 31. Di Pecat
32
Chapter 32. Rumah Senja
33
Chapter 33. Cerita
34
Chapter 34. Di Rumah Sakit
35
Chapter 35. Kembali Akur
36
Chapter 36. Pengakuan Amira
37
Chapter 37. Rencana Lina
38
Chapter 38. Posisi untuk Amira
39
Chapter 39. Amira Pergi Dengan Ferdy
40
Chapter 40. Ingin Ice Cream
41
Chapter 41.Sandiwara
42
Chapter 42. Pulang
43
Chapter 43. Drama Di Pagi Hari
44
Chapter 44. Ketakutan Senja
45
Chapter 45. Arkan Khawatir
46
Chapter 46. Liontin
47
Chapter 47. Senja Menangis
48
Chapter 48. Arkan Emosi
49
Chapter 49.Lina Dan Sintia
50
Chapter 50. Senja Baik-baik Saja
51
Chapter 51. Humaira
52
Chapter 52. Ungkapan Ferdy
53
Chapter 53. Diterima
54
Chapter 54. Om Heri
55
Chapter 55. Kekecewaan Firman
56
Chapter 56. Kedatangan Vika
57
Chapter 57. Hinaan dari Firman.
58
Chapter 58. Firman Di Tangkap.
59
Chapter 59. Senja Ke Perusahaan Arkan.
60
Chapter 60. Senja Pingsan
61
Chapter 61. Mila Di Pecat
62
Chapter 62. Bahagia
63
Chapter 63. Pernikahan
64
Chapter 64. Berkelahi
65
Chapter 65. Kemarahan Ferdy
66
Chapter 66.Menyelamatkan Amira
67
Chapter 67. Tertembak
68
Chapter 68. Menarik Laporan
69
Chapter 69. NADIA PUTRI ARGANTARA
70
Bab Pengemuma.
71
Pengemuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!