Sesampainya di ruang keluarga. Ia melihat seluruh keluarganya tengah berkumpul. Senyuman indah terukir di bibirnya yang tipis itu. Ia melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah mereka.
Ia duduk di samping Adiknya, Raynand Xendrick.
"Dari mana saja, baru pulang larut malam seperti ini, Rivaldo?" tanya seorang pria paruh baya sambil menatap tajam ke arah Rivaldo.
"Seperti biasanya, aku akan selalu menenangkan pikiranku jika ada yang mengusik pikiranku, Paa." jawab Rivando dengan tersenyum tipis.
Ia mendudukkan dirinya dan menatap ke arah Orang tuanya yang ada di hadapannya. Raynand menatap Papanya yang begitu merasa peduli dengan Kakaknya.
"Ray, bagaimana soal kuliahmu? Lancar tidak?" tanya Rivaldo sambil tersenyum menatap wajah Adiknya.
"Ya," ucap pria itu singkat tanpa menatap ke arah Rivaldo.
"Ya sudah, kamu belajar yang benar, supaya nanti kamu bisa lulus dan bisa banggakan Kakak, Mama dan Papa!" pinta Rivaldo sambil tersenyum hangat.
"Pasti," jawabnya singkat lagi.
"Ya sudah, Ma, Paa, Valdo ke atas dulu! Valdo mau istirahat dan besok juga akan ada rapat penting di kantor," pamitnya dengan lembut.
"Iya, Nak. Selamat malam putra Mama!" seru seorang wanita paruh baya sambil melambaikan tangannya.
Rivaldo tersenyum hangat menatap keluarganya. Rasanya ia seperti disayangi hanya karena sebagai ahli waris saja. Tidak lebih dari itu.
Bagaimanapun juga, ia tetap ingin menetap di sana hanya karena begitu menyayangi Raynand, Adik laki-lakinya.
Sesampainya di dalam kamar, Rivaldo bergegas pergi ke kamar mandi hendak membersihkan dirinya sebelum tidur. Beberapa hari ke depan, sepertinya waktunya akan tersita untuk mengurus-urusan kantor.
Sebagai pemegang saham terbesar, ia harus tetap konsisten dengan apa yang telah menjadi tanggung jawabnya.
Sesudah membersihkan dirinya, pria itu memakai piyamanya dan mengambil sebatang rokok lalu ia berjalan menuju balkon. Ia masih ingin menikmati embusan angin malam dengan duduk di balkon.
Menurutnya, mengapa sikap Viona sedikit berbeda dari biasanya. Apa yang kini tengah disembunyikan wanita itu? Tidak biasanya Viona bersikap lain dari hari biasanya. Pria itu hanya takut, apa yang dikatakan Dave ada benarnya.
Pria itu duduk di bangku dengan menghisap sebatang rokok di tangannya. Memikirkan apa yang dikatakan oleh Dave, bagaimana jika apa yang dikatakan pria itu ada benarnya?
Drrttt-drttt!
Tidak lama kemudian, ponsel miliknya bergetar. Tanpa dihiraukan oleh Rivaldo. Ia sedang merasa tidak ingin diganggu oleh siapapun.
Rokok yang ada di tangannya telah habis. Ia melihat layar ponselnya ternyata panggilan dari Sekretaris pribadinya, Nathan Alvaro.
'Tumben sekali Anak satu ini menelfon malam-malam begini. Ada apa?'
Karena merasakan sesuatu yang tidak enak di dalam hatinya. Ia memilih untuk menelfon kembali.
Panggilan terhubung.
"Hallo, Bos?" seru seseorang dari arah sebrang sana.
"Ya, katakan ada apa kau menelfonku tadi?" tanya Rivaldo tanpa basa-basi.
"Gudang senjata yang berada di London, sedang mengalami perampokan yang sangat banyak, kerugian yang bisa diperhitungkan bisa mencampai ratusan juta," ungkap pria dari arah sebrang sana.
"Kemarilah dirimu! Bawa mobilmu, kita akan segera berangkat ke London untuk menyelidiki kasus ini, tidak akan aku biarkan mereka selamat malam ini juga!" perintah Rivaldo menahan emosi.
"Baiklah, Boss. Saya akan segera ke sana!" seru pria itu dengan tegas.
Panggilan terputus.
Rivaldo berjalan masuk ke dalam kamarnya, ia membanting pintu yang terhubung dengan balkon cukup keras. Pria itu melemparkan HP-nya ke atas ranjang.
Dirinya tengah terselimuti emosi yang tebal. Uang senilai ratusan juta bukanlah nilai mata uang yang sedikit.
"Arghhhh!"
Rivaldo meremas rambutnya menahan emosi yang luar biasa. Mengapa bisa gudang persenjataan di London mengalami perampokan yang memalukan seperti ini? Dan siapa lagi yang berani mengusik Xendrick Group. Apa mereka tidak tahu siapa Xendrick Group?!
Karena merasa sangat emosi, Rivaldo segera mengganti pakaiannya menjadi berwarna hitam. Karena mereka akan segera menangkap siapa perampok yang merugikan mereka dengan skala besar ini.
Nathan Alvaro, seorang Sekretaris pribadi sekaligus Asisten pribadi Rivaldo Xendrick yang mengabdikan dirinya kepada Rivaldo karena hutang budi yang tidak dapat dibayar dengan apapun.
Meski sebenarnya Rivaldo telah menganggap Nathan sebagai sahabatnya. Tetapi, Nathan hendak menjadikan dirinya sebagai bawahan Rivaldo yang akan menjaga diri pria itu sampai akhir hayatnya.
Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sangat tinggi untuk cepat sampai di kediaman Keluarga Xendrick.
Sesampainya di gerbang utama, Nathan harus turun terlebih dahulu untuk meletakkan sebuah kartu di depan gerbang agar gerbang itu terbuka. Tidak sembarangan orang yang bisa masuk ke dalam rumah kediaman Keluarga Xendrick.
Setelah gerbang terbuka, Nathan kembali menginjak pedal gas menuju rumah utama. Sesampainya di halaman rumah utama. Pria itu turun dari mobilnya yang di letakkan di depan garasi mobil. Ia bergegas menuju ke dalam. Namun, karena pintu rumah itu telah tertutup. Ia terpaksa harus membunyikan bel terlebih dahulu.
Ting-tong-ting-tong!!!
Nathan berulang kali menekan bel agar ada seseorang yang membuka dengan cepat. Penerbangan ini akan segera dilaksanakan agar pelakunya cepat tertangkap.
Seorang pelayan wanita yang telah berkepala lima membuka pintu dengan cepat untuk melihat siapa yang datang.
"Eh, ada Tuan, mari masuk terlebih dahulu. Pasti ke sini mencari Tuan Muda Valdo, yah?" tanya wanita paruh baya kepada Nathan.
"Iya, Bik. Tuan Muda ada di dalam? Ini sangat gawat, Bik!" seru Nathan dengan wajah cemasnya.
"Masuklah terlebih dahulu, Tuan. Bibik akan panggilkan Tuan Muda Rivaldo," ujar Bi Tuti pada Nathan.
"Terima kasih, Bik!" katanya sambil berjalan masuk ke dalam rumah itu.
Bi Tuti dengan cepat berjalan menuju lantai atas untuk memanggilkan Tuan Muda keluarga Xendrick, yaitu Rivaldo Xendrick. Putra pertama yang memiliki wajah tampan dan kharisma yang tinggi.
Tok-tok-tok!
Bi Tuti mengetuk pintu kamar dengan pelan. Ia takut mengganggu Rivaldo yang kini mungkin tengah beristirahat.
Ceklek... Pintu terbuka, tampaklah sosok pria tampan yang memiliki badan kekar tengah berdiri di depan ambang pintu.
"Ada apa, Bi? Tumben malam begini ngetuk pintu kamar?" tanya Rivaldo tersenyum sambil menaikkan salah satu alisnya.
"Itu, Tuan. Di depan ada Tuan Nathan menunggu Anda. Katanya ada yang gawat," ujar Bi Tuti tersenyum canggung.
"Oh, baiklah. Terima kasih, yah, Bik!" seru Rivaldo sambil kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil beberapa berkas dan senjata yang akan dimasukkan ke dalam tas kecil yang akan dibawanya saat berangkat nanti.
Ia akan membawa beberapa senjata untuk pengaman mereka di London nantinya.
Pria itu membawa tas kecil yang ada di tangannya dan menutup rapat pintu kamarnya. Ia segera turun untuk menemui kedua Orang tuanya hendak pamit. Ia harus segera terbang ke London, Inggris. Malam ini juga.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\= BERSAMBUNG \=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Widia Aja
Yeeaaayyy.....👏🏼👏🏼
Mafia seusoenggoehnja...😅
2022-12-05
0
Elias Elias
masih myimak thorr heheeheee
2021-08-15
0
Rini
like aj ya thorr
2021-07-30
0