Bagaimana Bisa Begini?

Beberapa Jam Sebelum Kejadian (Yamani)

"H.Muhammad Hafidz Yamani anak dari Bapak H.Muhammad dan Ibu Hj.Hasanah,"

Dengan bangga dan senyum merekah laki-laki itu berjalan menaiki panggung setelah namanya disebut, dirinya sudah berdiri tepat di hadapan Sang Kyai dan bersiap menerima mendali dan membungkuk menyalami tangan Kyai.

"H.Muhammad Hafidz Yamani Bin H.Muhammad dinyatakan lulus sebagai alumni ke 27 pondok pesantren Darun-Nafis, dan dinyatakan sebagai Hafidz dengan jumlah hapalan 30 juz Al-Qur'an."Pernyataan Kyai, membuat kedua orangtuanya menangis haru bahagia, bangga atas pencapaian Sang Anak

"Selamat nak, Abah do'akan kamu sukses dan cepat dapat jodoh perempuan yang sholehah," ucap Kyai dan mengusap kepala Yamani. Do'a sang Kiyai sungguh mustajab, karna dihari itu juga dia bertemu dengan jodohnya.

"Aamiin," Ucap Yamani, penuh dengan khidmahnya. Setelah menyalami semua Ustadz, Yamani berlalu turun dari panggung untuk menemui Kedua orangtuanya.

"Ayah bangga sama kamu Nak," ucap Ayahnya dan memeluk Yamani

"Jangan kecewakan kami lagi nak," ucap Bundanya sambil mengusap kepala Yamani, sedang Yamani hanya bisa tersenyum lirih mendengar perkataannya Bundanya.

"Yah, Bun, Aku... ingin menyelesaikan masalah ini dulu, maaf jika buat Ayah sama Bunda kecewa," Yamani berlalu dari kedua orangtuanya setelah menyalami dan meminta izin dari keduanya.

{____}

Setelah apa yang dilalui olehnya Itulah pencapaian keberhasilan yang dicapai menjadi Seorang Hafidz, menuntut Ilmu di pesantren selama 10 tahun ditambah masa pengabdiannya setahun, bukanlah hal yang sebentar untuk dilalui.

Banyak kisah selama ia menjadi Santri, salah satunya kisah Bersama dia. Biarkan Yamani menceritakan tentang dia, Yamani bukan orang yang suka memendam masalalu, karna itu semakin membuat Luka Menurutnya.

Dia adalah perempuan yang pertama kali dikenalnya selama masa santrinya, perempuan yang pertama mendekatinya. Dia Santriwati di pondok yang sama dengannya.

Perempuan itu bernama Afifah, pertama kali bertemu dengannya di sebuah festival ahad, yang diselenggarakan desa sebelah dimana Ia mondok, bagaimana Ia bisa pergi kesana? jawabannya karna dia kabur dari pondok, bersama temannya.

Sesuatu yang sudah dimulai dengan cara yang salah pasti akan berakhir dengan buruk jugakan? sama tragisnya dengan kisah seorang Yamani, yang harus menanggung-malu di pelaminan karna kesalahannya sendiri.

Berapa lama pun kamu mengenal orang yang kamu akan nikahi hendaklah harus ada Ta'aruf. Ta'aruf bukan sekedar mengenal dari dua belah pihak, tapi juga dengan keluarganya dan orang di sekitarnya.

Undangan telah tersebar, hidangan jamuan telah tersaji, pelaminan telah terpasang, bahkan penghulu sudah datang, tapi dengan mudahnya Sang Mempelai Perempuan datang dengan baju daster dan membatalkan semuanya.

Malu? sangat malu, bukan cuma Yamani yang harus menanggung sakit hati, tapi juga Keluarga yang menanggung malu. Dana yang telah dikeluarkan bukan lagi masalah saat malu sudah kepalang, sungguh malang.

Makanan yang sudah disediakan ribuan piring dibagi ke masyarakat sekitar, tamu yang sudah berdatangan dijamu dengan malu, sang calon mempelai Laki-laki hanya bisa menangis dan mengurung diri di dalam kamar.

Saking malunya dan tak sanggup menanggung gunjingan masyarakat, keluarganya sampai pindah rumah, akibat kejadian empat tahun yang lalu, Yamani bahkan ingin mengakhiri pendidikannya di pesantren, tapi Teman-temannya di pondok memberi semangat dan menasehati, bahkan Kyai langsung yang memberi petuah.

Kabar itu tentu terdengar di seluruh penjuru pondok, tapi di pondok Putra tentu bukan tempatnya untuk ghibah dan bully, adab yang dijunjung tinggi tentu mengharuskan warga Pesantren tidak ikut campur. Yamani sudah berada ditingkat tertinggi pendidikannya jadi adik kelasnya yang mengetahui hanya bisa menunduk tanpa berani mendongak bahkan membully Yamani.

Tapi dibelakang tentu tidak sedikit yang membicarakannya, apalagi sebulan setelah kejadian itu mantan calonnya itu sudah naik pelaminan, bukan seperti Yamani yang harus menanggung malu dan sakit hati hingga sekarang.

Mengakhiri pikirannya yang masih memikirkan masalalunya yang kelam. Yamani bergegas masuk kamar setelah lama merenung di teras rumahnya masih dengan gamis putih dan gamis luar warna army dan kepala dibalut surban yang dipakaikan rangkaian melati gantung.

Tapi sebelum masuk ke dalam rumah Ia terhenti, ada sesuatu yang harus dibelinya, Dia harus pergi keluar tanpa sempat mengganti pakaiannya.

Menarik sepedanya dari garasi dan membawa ke depan rumah, sebelum mengayuhkan sepeda itu ke tempat yang dituju dengan semangat Ia terus melajukan sepedanya ke luar kompleks.

Setelah sampai di konter pulsa Dia hanya membeli kouta 15 GB, lalu dimasukkan ke dalam saku gamisnya, sedikit membenarkan letak surban dikepalanya, dan bersiap kembali melajukan sepedanya, belum sempat Ia menyebrang hal tak disangka terjadi, dari arah tanjakan di ujung sana, terlihat seorang perempuan mengendarai motornya dengan kencang.

Hingga tak bisa dihindari kecelakaan terjadi.

Brakkkk...

Yamani terlempar dan terguling ke jalan raya, ban sepedanya bahkan lepas dan penjok, Yamani berusaha untuk duduk dan menyadari surban putihnya sudah nyaris lepas dari kepala, tapi tetap saja akibat benturan keras di kepala, darah mengalir dipelipisnya.

Ah, syukurlah kepalanya tak mengalami benturan parah. Alhamdulillah bibarkati surban yang menggulung di kepalanya, jadi dia tak mengalami luka parah.

Tapi sakit teramat teras di kaki kirinya, dia meringis menahan sakit sambil memegangi kepalanya, terlihat perempuan yang tadi menabraknya masih memakai helm hitam di kepalanya itu terlihat baik-baik saja, Yamani mendelik kesal tak adil pikirnya keadaanya nyaris tak bernyawa sedangkan perempuan itu malah aman aman saja.

Perempuan itu mengabaikan motor metic yang dikendaraai masuk got dan berjalan menghampiri Yamani yang sudah meringis kesakitan di tengah jalan raya. Darah memang hanya terlihat di tangan dan kepala Yamani, tapi sakitnya terasa sekali dikakinya bahkan sampai tak bisa digerakkan.

"Kau... apa yang kau lakukan? di mana matamu? sst, darah," bentak Yamani ketika melihat tubuhnya yang mengenaskan.

"Aku... aku sungguh tak sengaja, aku hanya--" Perkataan Gadis itu terputus saat Yamani yang membentak meminta pertanggung-jawabannya.

"Kau harus tanggung jawab atas apa yang terjadi padaku!" Ucap Yamani sambil terus memegangi kepalanya.

"Emm, ya aku akan tanggung jawab! kalau perlu aku akan menikahimu," Gadis itu berkata tanpa sadar resiko apa yang akan terjadi akibat perkataannya.

Kejadian itu yang terjadi dengan sangat cepat, kecelakaan yang tak bisa dihindari. Fidzah yang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, dan Yamani yang lalai saat menyebrang. Masalah keduanya tak sampai parah, jika keduanya bisa saling bermusyawarah dan tidak keputusan yang gegabah.

Perkataan yang telah keluar tidak dapat ditarik lagi, seumpama melepas anak panah yang menancap pada target yang salah. Perkataannya hari itu, membawanya pada penyesalan tak berakhir. Tak ada cara lain untuk penarik perkataan itu, sebab satu-satunya solusi yaitu menjalaninya, mengambil hikmah dari suatu musibah.

***

Satu Vote dan like kalian membantu menyemangati kami dalam menulis

Dan sedikit Hadiah kalian sangat berarti untuk kami memperbaiki tulisan dan menyajikan bacaan yang lebih berkualitas dengan mempunyai tablet sebagai Fasilitas.

Terpopuler

Comments

Ladena_Ifano

Ladena_Ifano

"Ada banyak hal yang bisa kau tuntut padaku atas bentuk pertanggungjawaban itu, dari semua itu kenapa kau pilih pernikahan jika akhirnya membawa penyesalan."

Qoute Fidzah yang kutemuin di Theardsnya penulis yang buat kesini 😭

2024-11-17

0

Light_Ryn23

Light_Ryn23

Cerita yang Hebat

2024-07-16

0

Light_Ryn23

Light_Ryn23

Semangat untuk kita 🤣🌻

2024-07-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!