"Bagaimana? Kalian setuju?" Tanya Henry, diantara keempat anak ini, dialah yang terlihat paling bersemangat.
"A-aku bingung, jika dia tahu kita melakukan ini, dia pasti marah," Jacob menjawab dengan ragu. Tampaknya hanya dia yang tidak setuju dengan taruhan konyol semacam ini.
"Kenapa? Kau takut? Kita sudah SMP, jadi tidak masalah. Lagi pula ini yang terbaik yang bisa kita lakukan untuknya," ucap Aiden dengan wajah tak seriusnya yang menahan tawa.
Bagaimana dengan Pierre? Dia hanya diam dan terpaksa ikut melibatkan diri ke dalam taruhan aneh ini. Seperti yang Jacob katakan, jika Lila perempuan monster tahu mereka melakukan ini, dia pasti akan mengamuk dan menghajar mereka satu-persatu.
"Pierre, bagaimana menurutmu?" Tanya Henry yang membutuhkan pendapat dari sosok yang paling bijaksana dan tenang di kelompok ini.
"Kalau aku terserah pada kalian saja. Lagi pula yang kita lakukan ini juga untuknya, jika akhirnya dia tahu dan marah. Ya, kita pasrah saja!"
"Benar juga, bukan sekali dua kali kita dihajarnya. Tubuh kita pasti sudah terbiasa menerima pukulan mautnya itu," ucap Aiden, si bodoh yang dengan senang hati menerima pukulan bertubi-tubi dari Lila si kepala geng.
"Aku tidak ingin dipukul," Jacob mengeluh hingga hampir menangis, satu-satunya orang normal di kelompok ini yang akan menangis jika dipukul.
"Hahaha...sebenarnya kita sedang apa sih?" Tawa Aiden akhirnya pecah melihat kekonyolan yang mereka lakukan "Kalau Lila menghajar kita, bagaimana kalau kita melakukan perlawanan? Kita ini laki-laki dan berempat pula, pasti bisa dengan mudah mengalahkannya!" Ujar Aiden.
"Kau bodoh ya? Meskipun kita berempat belum tentu bisa mengalahkan dia. Kau tidak ingat kejadian saat liburan musim panas dua tahun lalu? Apa yang terjadi saat kita melawannya? Wajahku babak belur dan kau, hidungmu berdarahkan?" Ujar Henry mengingatkan kembali pada kenangan buruk dan menyakitkan yang mereka alami waktu itu.
Setelah mengingat kejadian buruk itu, mereka berempat menghela nafas sembari memikirkan hal yang sama, "Mengapa perempuan monster itu bisa begitu kuat?" Jangankan berkelahi dengannya, melihat tatapan matanya saja bisa membuat lawannya ketakutan. Sepertinya, gosip bahwa Lila adalah cucu dari seorang gangster.
"Saat mengandungnya dulu, Ibunya makan apa? Kenapa anak perempuannya itu bisa begitu kuat?" Gumam Henry dengan tatapan nanar, sementara mereka bertiga hanya mengangguk setuju.
"Baiklah, sudah diputuskan, kita lakukan taruhannya sekarang. Yang kalah akan menikahi Lila saat sudah dewasa nanti," kata Henry.
"Semoga bukan aku yang kalah. Aku tidak mau menikah dengan perempuan kasar dan galak seperti itu!" Ujar Aiden.
"Baiklah, kita mulai!" Henry mulai mengocok dadunya.
Mereka taruhan dengan memainkan permainan ular tangga yang legendaris itu. Selama 30 menit yang menegangkan, penuh dengan doa dan harapan. Akhirnya babak penentuan berhasil dilakukan, pemenangannya adalah Pierre, sementara yang kalah adalah Jacob.
"T-tidak mau, aku tidak mau...!" Jacob merengek mengetahui kenyataan pahit yang akan menimpanya di masa depan. Mengapa justru sosok yang paling penakut dan lemah seperti dirinya yang harus menikahi perempuan kasar dan tukang pukul seperti Lila?
"Hahaha...aku selamat, yeah...!" Aiden bersorak kegirangan karena terlepas dari ancaman yang mempertaruhkan hidupnya.
"Hahaha...kalau begitu selamat untuk Jake, kaulah yang akan menjadi suami Lila kelak. Jangan lupa undang kami ke pesta pernikahan kalian ya?" Henry meledek, hatinya merasa sangat lega.
"Kenapa aku?" Jacob menangis, ia benar-benar tidak menginginkan hal ini. Padahal awalnya dia menentang keras taruhan ini karena dia tahu dari awal bahwa dirinya yang akan kalah.
"Semangat Jake?" Pierre menepuk pundak Jacob yang terlihat menyedihkan, sementara Jacob terus meratapi nasibnya.
"Hei, kalian sedang apa?" Sosok yang mereka takuti itu akhirnya muncul dan kemunculannya disaat yang tidak tepat.
Lila berdiri sambil berkacak pinggang, memandang keempat sahabatnya yang lebih pantas disebut sebagai kawanannya. Mereka berempat langsung bangkit, sementara Henry sibuk menyembunyikan permainan ular tangga dan secarik kertas taruhan sebagai tanda perjanjian yang mereka lakukan.
"Kalian sedang apa? Apa yang kau sembunyikan dibelakangmu?" Tanya Lila seperti seorang algojo yang siap mengeksekusi siapa saja. Ia berjalan menghampiri keempat bocah yang berbaris rapi dengan wajah ketakutan.
"Kami tadi hanya bermain sebentar, i-iyakan, teman-teman?" Ucap Henry dan kemudian dilemparkannya pada ketiga teman senasibnya ini.
"I-iya benar!" Jawab mereka bertiga kompak dengan menunjukkan senyuman palsu.
"Kau sembunyikan apa? Aku mau lihat!"
"T-tidak, ini hanya permainan ular tangga," Henry mengelak. Ia masih menyembunyikan permainan dan kertas perjanjian itu dibelakang punggungnya.
"Aku mau lihat! Cepat berikan!" Lila yang keras kepala ini tidak akan puas sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan.
"T-ta-tapi, tapi-"
"Cepat berikan padaku sebelum aku membunuhmu!" Lila langsung menarik permainan ular tangga dan kertas yang disembunyikan Henry.
"Matilah kami!" Batin mereka serentak seiring dengan mengalirnya keringat dingin di sekujur tubuh mereka.
"Kertas apa ini?" Lila membaca kertas yang sudah setengah mati disembunyikan Henry.
Secarik kertas putih yang bertuliskan bahwa mereka yang bertanda tangan dibawah ini bersepakat untuk melakukan taruhan dan pihak yang kalah harus menikahi Lila saat sudah dewasa. Mereka juga membubuhi tanda tangan mereka berempat serta nama dari pihak yang kalah yaitu Jacob.
"Apa-apaan ini?" Lila terlihat kesal hingga kertas ditangannya remuk.
"I-itu itu kami bisa jelaskan!"
"Taruhan? Kalian jadikan aku taruhan? Kurang ajar...! Kalian mau mati ya?" Aura monster Lila keluar, wajahnya benar-benar terlihat menyeramkan.
Keempat bocah ini gemetar ketakutan dan perlahan berjalan mundur kebelakang guna menghindari amukan Lila.
"MATI KALIAN...!" Teriak Lila. Ia sudah menyiapkan tinjunya yang akan mendarat ke wajah Henry.
"Lila, tunggu dulu! Dengarkan dulu! Kami melakukan itu untukmu, kami semua mencemaskanmu!" Ujar Henry yang berusaha menjelaskan.
"Mencemaskanku?"
"Iya! Kami mencemaskanmu. Kami mendengar sendiri Anne dan teman-temannya saat mengolok-olokmu, mereka bilang tidak ada laki-laki yang mau menikah denganmu. Jadi, kami melakukan ini agar suatu saat nanti kau bisa menunjukkan pada mereka bahwa kau juga bisa menikah dan hidup bahagia."
Lila terdiam, kepalanya tertunduk. Ia benar-benar sangat marah dan kesal mendengarnya. Bagaimana mungkin bisa mereka melakukan hal bodoh ini padanya?
"Kalian melakukan semua ini untukku?"
"Iya benar!"
"Kalian pikir aku senang? Aku benci! Kalian berempat ini sama bodohnya dengan mereka. Seenaknya saja kalian memutuskan hal seperti ini tanpa memikirkan perasaanku! Dasar bodoh...! Bodoh...! Kalian semua bodoh...!" Teriaknya. Ia langsung berlari pergi meninggalkan mereka yang berdiri terpaku setelah melihat anak perempuan itu menangis untuk yang pertama kali di depan mereka.
"D-dia menangis?"
"Kau juga lihat?"
"Ya, aku melihatnya. Lila menangis!"
"Pasti bohong, tidak mungkin dia menangis."
"Berarti Lila itu benar-benar perempuan ya?"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Shenaylin..😌😌
🥰
2024-10-30
0