🍁🍁🍁🍁🍁🍁
...HAPPY READING......
.
.
"Oke, anggap saja gue memang salah lihat. Tapi kemaren siang dan tadi malam itu apa? Elo tiba-tiba membawa Anastasya pergi dan dia tidak menolak. Jadi fix, kalian pasti memiliki hubungan khusus," kata Edo yang tidak bisa terelakkan lagi. Semua yang dia katakan sangatlah benar.
"Oke, nanti akan gue ceritakan. Sekarang waktunya mepet, ayo kita ke kelas sebelum bel berbunyi. Kalian tidak ingin kan mendapat teguran dari Pak Anjasmara," jawab Farrel terkekeh karena teman-temannya sudah seperti detektif. Dia akui bahwa yang terjadi karena kecerobohannya juga.
"Baiklah! Ingat, Rel. Elo punya hutang penjelasan pada kami bertiga," kata Kiki yang setuju untuk masuk kelas dulu. Tidak lucu kan jika mereka sebagai mantan anggota OSIS malah terlambat masuk dan Farrel hanya mengangguk kecil.
Lalu ke empat pemuda tampan itu mengikuti mata pelajaran dengan tenang. Walaupun sesekali Farrel melirik ponselnya karena ingin tahu apakah sang istri membalas pesannya atau tidak. Seperti memiliki hutang uang. Begitu bel istirahat berbunyi Kiki, Edo dan Doni langsung mendekati Farrel yang masih mengetik sesuatu di ponselnya.
"Apa?" tanya Farrel merasa tidak nyaman pada tatapan Edo.
"Rel, Elo jangan berpura-pura lupa ya. Tadi Elo sudah berjanji untuk cerita pada kami" jawab Edo yang benar-benar penasaran.
"Huh!" Farrel menghela nafas dalam. "Baiklah!Gue akan cerita tapi kalian bertiga tidak usah mengatakan pada orang lain. Ini akan menjadi rahasia sampai gue dan Tasya lulus SMK."
"Percayalah, Teman. Kami bertiga bisa menyimpan rahasia. Jadi ayo cepat cerita!" timpal Kiki seraya duduk dibangku kosong yang ada di depan Farrel. Kebetulan di kelas sekarang hanya ada mereka berempat karena yang lainya sudah berhamburan keluar kelas.
"Sebetulnya... Tasya bukanlah kekasih gue, tapi... dia istri gue. Maka dari itu tadi malam gue langsung membawanya pulang. Karena tidak ingin orang tua kami tahu dia seperti itu," jawab Farrel karena tidak ada gunanya juga dia menyembunyikan hubungan mereka yang nantinya juga akan diumumkan. Apalagi orang tua mereka sudah berencana mau mengelar resepsi besar-besaran setelah Farrel dan Tasya tamat SMK dan itu hanya tinggal hitungan bulan saja. Jika dia berbohong sudah pasti ketiga sahabatnya akan semakin kecewa padanya.
"Apa? Istri? Elo tidak berbohong kan, Rel? Yang benar saja kalian sudah menik---"
"Gue tonjok nih, kalau kalian berisik dan sampai orang lain tahu hubungan kami berdua," sela Farrel langsung memberikan ancaman.
"Sorry-sorry! Gue terlalu kaget, Rel? Tapi Elo nggak lagi halu kan? Maksudnya Elo nggak lagi ngarang cerita kan? Takutnya Elo bohong karena tidak boleh kami bertiga mendekati Tasya?" ujar Doni sambil tertawa. Diantara mereka berempat yang menunjukkan perasaannya secara ugal-ugalan hanyalah Edo.
"Kalian ini bagaimana sih, tadi menyuruh gue untuk bercerita. Setelah gue beritahu malah tidak percaya," jawab Farrel merasa plong sudah menjelaskan apa yang selama ini dia rahasiakan.
"Oke, gue percaya kalian sudah menikah, Rel. Karena waktu itu Elo pernah memakai cincin tunangan gitu, tepatnya setelah tidak masuk sekolah selama beberapa hari. Dan gue masih ingat betul jika Tasya juga nggak masuk sekolah. Membuat gue jadi malas ingin ikutan libur. Pasti pada waktu itu kan kalian menikahnya?" tebak Kiki sambil memukul meja. Semua itu hanya sebagai ekspresi nya.
"Iya, Elo benar. Saat itu kan kakek gue sakit keras dan ingin pernikahan kami dipercepat. Karena beliau takut tidak bisa hadir dan ternyata benar sekali. Selang beberapa waktu saja kakek meninggal dunia." jawab Farrel mulai menceritakan bagaimana mereka bisa menikah dini. Kenapa juga tidak bisa menolak perjodohan tersebut. Semuanya dia ceritakan tidak ada yang dia sembunyikan lagi.
"Rumit juga ya, Rel. Gue kira kalian menikah karena sudah melakukan sesuatu. Jadinya dikawinkan secara paksa," celetuk Kiki yang mendapatkan tatap tajam dari Farrel. "Tapi apapun alasannya, semoga pernikahan kalian bahagia, Rel. Seperti nyokap sama bokap gue, menikah karena perjodohan juga, tapi akhirnya saling mencintai. Dan akhirnya lagi hadir lah gue hasil buah cinta mereka," Kiki semakin tertawa karena secara tidak langsung membuat lelucon. Hal tersebut pun sukses membuat ketiga sahabatnya tersenyum.
"Mobil Tasya ada di mana, Do? Nanti biar sopir mama menjemputnya," tanya Farrel melirik jam di pergelangan tangannya.
"Mobilnya ada di rumahku, Rel. Suruh saja sopir mamamu menjemputnya. Karena kuncinya juga gue titipkan pada satpam," jawab Edo menahan rasa kecewanya. Belum juga bisa mendekati Anastasya, tapi gadis itu sudah menjadi milik sahabat karibnya. Ternyata Edo sudah kalah sebelum perang dimulai.
"Apakah kalian tidak mau ke kantin? Gue lapar dan haus, mau mencari pengisi daya," karena urusan mereka sudah selesai, Farrel berdiri dari bangkunya dan diikuti oleh ketiga sahabatnya.
Hingga pelajaran kedua selesai, pemuda tampan yang sudah menyandang status sebagai suami itu memilih langsung pulang. Karena dia mengkhawatirkan keadaan istrinya. Tadi pagi waktunya tidak banyak jadi pergi sekolah begitu saja. Tepat pukul setengah dua siang, Farrel sudah tiba di rumah. Namun, dia kaget karena sebelum membuka pintu dengan kunci cadangan, Tasya sudah lebih dulu menyambut kedatangannya. Hal baru di dalam sejarah pernikahan mereka.
"Hay... selamat siang." Sapa gadis itu tersenyum sangat manis. Membuat Farrel tertegun menatapnya.
"Tasya kenapa? Dia tidak mungkin masih mabuk kan? Tadi pagi sepertinya sudah baik-baik saja."
Gumam Farrel pada dirinya sendiri. Akan tetapi meskipun begitu dia mengikuti Tasya dari belakang, setelah mengunci pintunya kembali.
"Pergilah ganti pakainya Setelah itu kita makan siang bersama. Gue mau menyiapkan makanannya di meja makan," mendengarnya Farrel semakin heran. Di dalam hatinya terus bertanya-tanya. Benarkah itu Anastasya istrinya yang bar-bar? Atau duplikat gadis itu? Entahlah! Farrel belum tahu pasti.
"Rel, Elo kenapa?"
"Aah, iya. Gu--gue mau menganti pakaian dulu. Elo siapkan saja makan siangnya," jawab pemuda itu memaksakan untuk tersenyum kecil. Lalu gadis itu pun pergi ke dapur dan menyiapkan makanan yang sudah dia beli setengah jam lalu. Dan tidak lama menunggu, hanya sepuluh menit kurang Farrel sudah menyusulnya.
"Wah, banyak sekali makanannya? Apakah Elo memasak sendiri?" tebak Farrel langsung duduk di kursi kosong.
"Tidak! Gue mana bisa memasak dan Elo tahu itu. Masakan ini gue beli di Restoran sebelum masuk perumahan kita," jawab gadis itu mengisi piring untuk Farrel, setelah itu baru untuk dirinya sendiri.
"Jangan takut, gue tidak mungkin meracuni, Elo. Anggap saja sebagai balasan karena tadi pagi Elo sudah menyiapkan sarapan buat gue," Tasya bisa menangkap keraguan di wajah suaminya.
"Sya, maaf ya," ucap pemuda itu sambil menikmati makanannya. Tasya menatap padanya sambil berkata.
"Maaf buat?"
"Karena sudah marah-marah tidak jelas, tanpa tahu alasan kenapa Elo seperti itu,"
"Ya, tidak masalah.Gue sudah biasa dianggap tidak penting oleh keluarga sendiri," terdengar suara Tasya sendu menahan kesedihan. "O'ya, apakah makanannya enak? Soalnya gue belum tahu banyak makanan yang Elo sukai," Tasya sengaja mengalihkan pembicaraan. Selera makannya bisa hilang bila sudah mengingat kedua orang tuanya.
"Cukup enak. Gue tidak terlalu pemilih pada makanan," jawab Farrel yang sesekali mencuri pandang pada istrinya.
"Oh, syukurlah. Karena gue juga tidak terlalu pemilih. Hanya saja gue tidak bisa makan seafood."
"Kenapa? Jika gue malahan sangat suka. Apalagi cumi dan kepiting," tanpa sadar mereka berdua mengobrol seperti pasangan pada umumnya.
"Kalau makan seafood maka kulit gue akan alergi menjadi gatal-gatal dan ruam merah. Sebetulnya dulu gue juga suka. Tapi setelah sempat dirawat di rumah sakit, akhirnya gue takut sendiri dan tidak pernah mau mencobanya lagi." Jelas Tasya yang menikmati makanannya. Dia itu gampang marah dan mudah pula bersikap seperti biasa.
"Kalau begitu mulai sekarang kita tidak usah membeli Seafood lagi," kata pemuda itu membuat Tasya hanya diam. "O'ya, Sya, apakah Elo sudah mengambil uang yang gue taruh di laci?"
"Tidak! Itukan uang, Elo. Gue juga masih memiliki uang dari papa,"
"Mulai sekarang Lo simpan saja uang dari papa dan gunakan uang yang gue beri," ucap Farrel sudah memutuskan sendiri akan menafkahi istrinya.
"Jika uangnya diberikan sama gue, Elo sendiri bagaimana? Kita kan sama-sama masih sekolah,"
"Jangan khawatir karena gue memiliki banyak uang di tabungan," imbuh Farrel yang tidak pernah bercerita bahwa dirinya memiliki usaha sendiri.
"Benarkah? Elo punya uang dari mana? Apakah papa memberi uang berjumlah besar setiap bulannya?" tanya gadis itu yang tidak ingin menyusahkan Farrel. Soalnya jika tentang uang, orang tuanya selalu mencukupi. Mereka hanya terlalu sibuk dengan pekerjaan saja. Sehingga berpikir bahwa uang adalah segalanya.
"Bukan hanya dari papa, Sya. Tapi uang tabungan dari mendiang kakek belum pernah gue pake sepeserpun. Mulai sekarang pergunakan uang yang gue kasih ya, jangan dari papa lagi." Kata Farrel menatap serius. "Elo istri gue, masa yang nafkahi masih papa,"
"Baiklah! Mulai besok gue akan mengunakan uang yang Elo kasih aja," jawab Tasya tersenyum kecil. Hatinya seakan berbunga-bunga mendengar perkataan Farrel yang menyebutkan kata istri gue.
... BERSAMBUNG... ...
.
.
Gadis pembalap milik presdir up malam ya🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
Tasya nga butuh duit banyak dia perlu keluarga nya semogah farel selalu mementingkan nya dari pada sahabat nya
2024-07-11
2
amilia amel
moga bentar lagi farel dan Tasya bakalan sama-sama bucin ke pasangannya
2024-07-10
2
Mrs.Riozelino Fernandez
akhirnya farel jujur juga...
2024-07-10
2