Sheila turun dari ranjang, ia berdiri dengan tubuh tegak sambil menatap puas ke arah Leonard yang sedang melompat-lompat kesakitan.
"Rasain!" Sheila menjulurkan lidah. Ia mengusap ujung hidungnya dengan bangga.
Leonard yang kesakitan hanya bisa meratapi Sheila dari jauh seraya memegangi pentungannya yang terasa berdenyut.
"Kau," desis Leonard, dengan menahan sakit di pusat tubuhnya ia menghampiri Sheila.
Mata Sheila mendelik, ia langsung mengambil ancang-ancang untuk kabur. Namun, sialnya gerakan Leonard begitu cepat.
Tangan kokoh Leonard berhasil menarik kerah kaus belakang Sheila, membuat Sheila harus menjinjitkan kakinya karena Leonard menariknya begitu tinggi.
Tanpa kata, Leonard langsung menyeret Sheila dengan kasar, lalu mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi.
"Ahh lepas lepas!" Tubuh Sheila memberontak kuat dengan tangan berusaha meraih tangan Leonard yang menarik kerah kausnya.
Tinggi badan Leonard yang mencapai dua meter membuat Sheila kesusahan meraih tangan pria itu.
Sheila tidak berhenti berusaha, ia bergerak tanpa henti. Namun, tiba-tiba kausnya yang ditarik ke atas mendadak terlepas karena pergerakannya yang bar-bar.
Slep!
Kaus Sheila yang dipegang Leonard mengambang di udara, menyisahkan Sheila yang berdiri terperangah tanpa baju.
"Aaaaa kembalikan bajuku!" pekik Sheila.
Leonard mendengus, wajahnya tampak tidak berminat, dengan kasar ia melempar kembali kaus oblong milik Sheila yang mendarat tepat di atas wajah wanita itu.
"Cepat mandi! Lalu ganti bajumu dengan milik Zora. Ah! satu lagi, berendamlah dalam bathtub yang sudah kuberi aroma yang disukai Zora," ucap Leonard ringan.
Sheila menyingkirkan kaus dari wajahnya, lalu ia sampirkan kaus abu-abu miliknya ke atas punggung.
"Kau benar-benar ingin membuatku menjadi orang lain ya," desis Sheila, matanya memancarkan aura permusuhan yang kental.
"Bukan orang lain. Tapi, istriku!" ralat Leonard, bernada tegas.
Jawaban Leonard sontak membuat dada Sheila yang berukuran kecil membusung ke depan.
Bukit mini yang hanya terbalut kacamata kain bewarna merah itu seolah menantang Leonard.
"Aku adalah aku!" tampik Sheila dengan berapi-api.
Leonard hanya memandangnya sejenak, lalu dengan santai membalik badan, meninggalkan Sheila yang bergetar penuh emosi. Ia melenggang pergi begitu saja melewati pintu kamar mandi.
"Itu dulu, tidak dengan sekarang," jawab Leonard sinis, suara dinginnya menusuk sampai ke hati Sheila, seiring dengan pintu kamar mandi yang ditutup dengan kasar.
Blam!
Sheila terperanjat, napasnya tersendat seakan sedang melewati lampu merah yang membuatnya berhenti mendadak. Ia mencampakkan kausnya ke lantai dengan perasaan luar biasa kesal.
"Pria gila! Gila! Gila!" rutuk Sheila dalam kemarahan yang meluap-luap.
"Kau bisa mengubah penampilanku menjadi seperti mendiang istrimu. Tapi, tidak dengan sikapku!" teriak Sheila penuh emosi, suaranya menggema ke seluruh ruangan.
Di luar, Leonard berdiri, ia terperangkap dalam kesedihan sambil menatap bingkai foto besar pernikahannya dengan Zora yang terpajang rapi di dinding kamarnya.
Senyum bahagia Zora di dalam foto itu seolah menjadi pisau yang menusuk hatinya, mengingat bahwa kini Zora telah meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Suara teriakan Sheila mengusik ketenangannya, membuatnya semakin terjerat dalam amarah yang membara.
Leonard menggeram penuh emosi, kedua tangan terkepal kuat diiringi dengan tatapan yang tidak lepas dari wajah Zora di foto pernikahannya.
"Dia yang membuatmu pergi meninggalkanku, Sayang. Aku berjanji akan membuatnya menderita," ucap Leonard penuh tekad dan kemarahan.
Beberapa menit berlalu, akhirnya Sheila selesai dari kegiatan membersihkan diri.
Dengan penuh kehati-hatian, Sheila membuka pintu kamar mandi. Kepalanya menyembul dari balik pintu, matanya menyipit, memastikan Leonard tidak ada di dalam kamar.
"Aman," gumamnya, ia langsung membuka pintu kamar mandi dengan lebar, lalu melangkah lebih jauh.
Deg!
Jantung Sheila berdetak keras, seolah ingin melompat keluar dari dadanya.
Di depan pintu, berdiri sosok tinggi dengan sorot mata tajam yang mengerikan.
Bagaimana bisa? Pikir Sheila.
Sosok di depan Sheila melangkah maju, dan Sheila yang merasa terancam spontan memundurkan langkah. "Kau ...." Suara Sheila memburu.
Salah satu sudut bibir Leonard terangkat tinggi, menampilkan kengerian yang membuat tubuh di dalam balutan handuk kimono wanita itu menengang.
"J-jangan mendekat!" jerit Sheila. Namun, Leonard yang penuh kuasa tidak menghiraukan larangannya.
"Kau terlalu banyak membuang waktuku!" serga Leonard. Ia mencekal lengan Sheila, lalu menariknya keluar menuju walk in closed.
Sheila yang tidak dapat menolak, mau tidak mau mengikuti langkah lebar pria yang menarik tangannya, daripada lengannya berakhir lecet karena berusaha melepas cekalan Leonard.
Begitu sampai di walk in closed. Leonard langsung melepas cekalan tangannya pada lengan Sheila dengan kasar, membuat tubuh Sheila terhuyung ke depan dan hampir menabrak lemari berisi tas.
Sheila menolehkan kepala, ia menatap wajah Leonard dengan tatapan membunuh.
"Mulai sekarang pakai pakaian yang ada di tempat ini. Oh iya, seluruh pakaian yang kau bawa sudah kubakar," ucap Leonard santai.
Mata Sheila mendelik, ujung ubun-ubunnya terasa panas, hidungnya kembang-kempis menahan amarah yang bergejolak.
"APA KAU BILANG? DIBAKAR? TERUS KENAPA KAU MENYURUHKU MEMBAWA PAKAIAN JIKA AKHIRNYA DIBAKAR?!" Sheila berteriak kencang, dadanya sampai naik turun karena luapan emosi yang meledak.
Leonard menatap Sheila yang lebih pendek darinya dengan kepala sedikit tertunduk.
"Zora tidak suka pakai kaus dan celana jeans." Leonard bersuara tenang namun penuh ejekan.
Seketika wajah Sheila memerah, dirinya meradang mendengar ucapan Leonard yang memuakkan.
"Aku bukan Zora! Aku Sheila Cowles!" serunya lantang.
Leonard terkekeh pelan.
Sheila yang mendengarnya sontak merinding, suara tawa Leonard lebih mirip radio usang yang sedang sekarat.
"Kau memang bukan Zora, dan tidak akan bisa jadi seperti Zora. Tapi, aku akan membuatmu berpenampilan persis sepertinya dari luar hingga dalam!" ucap Leonard setelah kekehan pelannya mereda.
Sheila sungguh lelah berdebat, tanpa berlama-lama lagi ia membalik badan. Dirinya berjalan ke arah lemari besar yang sebagian bahannya terbuat dari kaca.
Walk in closed dengan ukuran yang cukup besar, berisi banyak barang. Mulai dari pakaian, perhiasan, tas, sepatu, hingga aksesoris yang semuanya bermerk.
Dalam hati Sheila berdecak kagum dengan kemewahan yang tersaji di depan matanya.
"Cepat!"
Sheila mendengus seraya memutar bola matanya malas, Leonard kerap kali merusak suasana hatinya.
"Sabar, lagian kenapa masih di sini sih? Mau lihat aku tanpa busana, iya?" sindir Sheila tanpa menoleh, tangannya sibuk mencari pakaian yang nyaman untuk tubuhnya.
"Cih! Aku tidak sudi melihat tubuh jelekmu." Leonard berdecih. Ia pergi meninggalkan Sheila sendiri di dalam walk in closed.
Sheila mengendikkan bahunya, tak acuh.
"Huh! Semua yang ada di lemari besar ini isinya baju tidur tipis dan dress semua," keluh Sheila seraya menatap jejeran pakaian mahal itu tanpa minat.
Tidak ada pilihan lain, akhirnya Sheila dengan asal mengambil salah satu dress dengan model elegan bewarna hitam.
Kini tinggal satu hal yang menjadi masalah bagi Sheila. Yaitu, celana dalam serta kacamata pelindung untuk aset mungilnya.
"Masa iya aku pakai punya orang lain."
Sheila mencoba membuka lemari yang lainnya, mencari keberadaan dua benda penting untuk menutupi aset berharganya.
Benar saja, saat ia membuka lemari yang lain, Sheila menemukan banyak sekali harta karun.
"Syukurlah ini masih baru." Sheila meraih salah satu celana dalam wanita dan kutang.
Kening Sheila mengernyit, ia mengangkat tinggi kutang yang ada di tangannya.
"Besar sekali, mana pas di dadaku," keluhnya. Namun, daripada tidak pakai sama sekali, jadilah Sheila tetap memakainya.
Dengan gesit Sheila membuka handuk kimono, lalu memakai dalaman serta dress.
Begitu selesai, Sheila bergegas keluar. Kakinya melangkah lebih jauh. Terlihat Leonard sedang berdiri sambil menatapnya intens.
Sheila merasa curiga dengan tatapan tajam Leonard yang sepertinya tidak mengarah pada wajahnya.
Sontak Sheila mengikuti ke mana arah pandang pria itu.
Deg!
Bersambung ....
Hayoooo, lihat apa dirimu Leo🙈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Dewi Anggya
kasar bngt nihh si dudaaa
2024-07-19
0
Boma
liat dadanya kenapa jadi gede😄,bilang pada leo,apa istrimu rela kalo pengasuh anaknya mirip denganku,gitu
2024-07-15
1
Pradyta
Ini berdua kayak Tom and Jerry..ayoo.liat apa kamu Leonard 🤭🤣🤣
2024-07-15
1