Bayu mendukung Daira untuk bercerai dengan ayahnya

Ruangan pengadilan terasa dingin, udara dipenuhi tensi yang ketegang dan berat. Daira duduk tegak di kursi, matanya menatap lurus ke depan. Wajahnya pucat dan lesu, namun raut tetapnya menunjukkan ketegasan.

Di depannya terdapat meja panjang yang memisahkan dia dengan hakim dan pengacara yang bertugas menangani perkara perceraiannya dengan Bagas.

"Saudari Daira, apakah anda tetap pada keputusan anda untuk bercerai dengan Saudara Bagas?" tanya hakim dengan suara yang tegas.

"Ya, Yang Mulia," jawab Daira dengan suara yang gemetar. "Saya tetap pada keputusan saya untuk bercerai dengan Bagas."

Hakim menangguk. "Saudari Daira tahu bahwa Saudara Bagas saat ini sedang menjalani hukuman penjara?"

"Ya, Yang Mulia," jawab Daira. "Saya tahu."

"Apakah Saudari Daira memiliki keberatan jika proses perceraian ini tetap berlangsung tanpa kehadiran Saudara Bagas?" tanya hakim.

"Tidak ada keberatan, Yang Mulia," jawab Daira. "Saya sudah siap untuk melanjutkan proses perceraian ini."

Hakim kemudian menunjuk pengacara untuk membacakan surat permohonan perceraian yang telah diajukan oleh Daira. Pengacara membacakan surat itu dengan suara yang jelas dan ringkas.

Surat itu berisi alasan perceraian Daira dengan Bagas. Daira menyatakan bahwa hubungan pernikahan mereka sudah tidak harmonis lagi. Mereka sering bertengkar dan tidak lagi bisa saling menghormati.

Setelah surat itu dibacakan, hakim kemudian menanyakan keputusan Daira. "Saudari Daira, apakah anda masih tetap ingin bercerai dengan Saudara Bagas?" tanya hakim.

"Ya, Yang Mulia," jawab Daira dengan suara yang tegas. "Saya masih tetap ingin bercerai dengan Bagas."

Hakim menangguk setuju. "Baiklah, maka dengan ini saya menyatakan bahwa permohonan perceraian Saudari Daira dan Saudara Bagas disetujui."

Daira meneteskan air mata. Ia merasa sedih dan bersalah karena harus mengakhiri hubungan pernikahannya dengan Bagas. Namun, ia juga merasa lega karena akhirnya ia bisa melepaskan diri dari hubungan yang tidak lagi memberikan kebahagiaan.

"Semoga Saudari Daira bisa menemukan kebahagiaan di masa yang akan datang," ucap hakim dengan nada yang lembut.

Daira mengangguk lemah. Ia berharap bisa menemukan kebahagiaan lagi di masa yang akan datang. Meskipun perpisahan ini membuatnya terluka, ia bertekad untuk tetap kuat dan menghadapi masa depan dengan penuh semangat.

Bayu menatap Daira dengan tatapan yang penuh kehangatan dan dukungan. "Ma, aku mendukung keputusan Mama," kata Bayu. "Mama pantas mendapatkan kebahagiaan. Aku ingin Mama bahagia."

Daira tersenyum sedikit, matanya meneteskan air mata. Ia sangat bersyukur memiliki anak yang sangat menyayanginya.

"Terima kasih, Sayang," jawab Daira, mengusap pipi Bayu dengan lembut. "Aku juga ingin bahagia. Aku ingin hidup tenang dan bahagia bersama kamu."

Bayu mengangguk mengerti. Ia tahu bahwa Daira sudah lama menjalani hubungan yang tidak harmonis dengan ayahnya. Ia ingin Daira bisa menemukan kebahagiaan lagi di masa yang akan datang.

"Aku akan selalu ada untuk Mama," kata Bayu. "Aku akan menjadi anak yang baik dan selalu mendukung Mama."

Daira memeluk Bayu erat. Ia sangat menyayangi anaknya dan merasa sangat beruntung memiliki Bayu. Ia bertekad untuk tetap kuat dan menghadapi masa depan dengan penuh semangat, bersama dengan anaknya yang tercinta.

Daira menerima sebuah map berisi surat putusan pengadilan dari hakim. "Ini surat putusan perceraian anda, Saudari Daira," ucap hakim dengan nada lembut. "Surat ini harus ditandatangani oleh Saudara Bagas."

Daira menangguk mengerti. Ia menerima map itu dengan tangan gemetar. Ia merasa lega karena akhirnya permohonan perceraiannya dikabulkan. Namun, ia juga merasa sedih dan bersalah karena harus mengakhiri hubungan pernikahannya.

"Bagaimana caranya surat ini bisa ditandatangani oleh Saudara Bagas?" tanya Daira. "Ia sedang menjalani hukuman penjara."

Hakim tersenyum sedikit. "Surat ini akan dikirim ke penjara tempat Saudara Bagas menjalani hukuman," jelas hakim. "Nanti pihak penjara akan memberikan surat ini pada Saudara Bagas untuk ditandatangani."

Daira menangguk mengerti. Ia berharap Bagas mau menandatangani surat itu dengan legowo. Ia tidak ingin perpisahan mereka menjadi semakin pahit.

"Terima kasih, Yang Mulia," ucap Daira. "Saya akan menunggu sampai surat ini ditandatangani oleh Bagas."

Hakim menangguk setuju. "Semoga semuanya berjalan dengan baik," ucap hakim.

Daira kemudian meninggalkan ruangan pengadilan. Ia merasa lega karena akhirnya ia bisa melepaskan diri dari hubungan yang tidak lagi memberikan kebahagiaan. Meskipun perpisahan ini membuatnya terluka, ia bertekad untuk tetap kuat dan menghadapi masa depan dengan penuh semangat.

Daira berjalan menuju kantor polisi dengan langkah yang tetap. Ia memegang map berisi surat putusan pengadilan dengan erat. Ia merasa sedikit gelisah menunggu proses selanjutnya.

Sesampainya di kantor polisi, Daira mendekati petugas yang berjaga. "Permisi, Pak," sapa Daira, "Saya ingin memberikan surat ini pada suami saya yang sedang menjalani hukuman di sini."

Petugas itu menatap Daira dengan tatapan yang penasaran. "Siapa nama suami anda?" tanya petugas itu.

"Bagas," jawab Daira.

Petugas itu menangguk mengerti. "Baiklah, Silakan masuk," ucap petugas itu, menunjuk ke arah ruangan yang tersedia.

Daira masuk ke ruangan itu dan duduk di kursi yang disediakan. Tak lama kemudian, seorang petugas polisi lain datang mendekati Daira.

"Ibu Daira, kan?" tanya petugas polisi itu.

Daira menangguk mengerti.

"Ini surat putusan pengadilan yang harus ditandatangani oleh Saudara Bagas?" tanya petugas polisi itu.

Daira menangguk lagi.

"Baiklah, saya akan menyerahkan surat ini pada Saudara Bagas," jelas petugas polisi itu. "Nanti Saudara Bagas akan menandatangani surat ini dan saya akan mengembalikan surat ini pada Ibu."

Daira menangguk setuju. "Terima kasih, Pak."

Petugas polisi itu kemudian mengambil map berisi surat putusan pengadilan dari tangan Daira. Ia berjanji akan menyerahkan surat itu pada Bagas segera.

Daira menunggu dengan gelisah. Ia berharap Bagas mau menandatangani surat itu dengan legowo. Ia tidak ingin perpisahan mereka menjadi semakin pahit.

Setelah menunggu selama beberapa menit, petugas polisi itu kembali mendekati Daira. "Surat sudah ditandatangani oleh Saudara Bagas," jelas petugas polisi itu, menyerahkan map berisi surat putusan pengadilan pada Daira.

Daira menerima map itu dengan tangan gemetar. Ia merasa lega karena akhirnya proses perceraian mereka selesai.

"Terima kasih, Pak," ucap Daira. "Semoga semuanya berjalan dengan baik."

Petugas polisi itu menangguk setuju. "Semoga semuanya baik-baik saja," jawab petugas polisi itu.

Daira kemudian meninggalkan kantor polisi. Ia merasa lega karena akhirnya ia bisa melepaskan diri dari hubungan yang tidak lagi memberikan kebahagiaan. Meskipun perpisahan ini membuatnya terluka, ia bertekad untuk tetap kuat dan menghadapi masa depan dengan penuh semangat.

Aira menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri setelah meninggalkan kantor polisi. Ia merasa lega karena akhirnya proses perceraiannya dengan Bagas selesai. Namun, sedih dan bersalah masih menyergap hatinya.

Ia melangkah keluar dari kantor polisi dan berjalan menuju halte taxi. Mata Daira memandang sekeliling, mencari taxi online yang akan membawanya pulang.

"Hmm, mana ya taxi online-nya?" gumam Daira, sambil memeriksa aplikasi taxi online di handphone-nya.

Daira menunggu dengan sabar. Ia mencoba menenangkan diri dan berpikir positif. Ia yakin akan mendapatkan taxi online segera.

Tiba-tiba, sebuah taxi online berwarna kuning menghentikan kendaraannya di depan Daira. "Ibu mau ke mana?" tanya sopir taxi online itu.

"Saya mau ke [Alamat Rumah Daira]," jawab Daira.

Sopir taxi online itu menangguk mengerti. Ia kemudian membuka pintu mobil dan mengajak Daira masuk.

Daira masuk ke mobil dan duduk di kursi belakang. Ia merasa lega karena akhirnya ia bisa pulang.

"Terima kasih, Pak," ucap Daira.

"Sama-sama, Bu," jawab sopir taxi online itu. "Semoga Ibu segera sampai di rumah."

Daira menangguk setuju. Ia berharap bisa segera sampai di rumah dan beristirahat. Ia juga ingin bertemu dengan Bayu, anaknya yang sangat ia sayangi.

Mobil taxi online kemudian melanjutkan perjalanan menuju rumah Daira. Daira menatap pemandangan di luar jendela. Ia berharap bisa menemukan kebahagiaan lagi di masa yang akan datang. Meskipun perpisahan ini membuatnya terluka, ia bertekad untuk tetap kuat dan menghadapi masa depan dengan penuh semangat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!