Ada sesuatu yang dirahasiakan dariku

Setelah pesta pernikahan yang diwarnai dengan badai dan petir, aku dan Andi memutuskan untuk tinggal di rumah mertua selama beberapa hari. Hal ini kami lakukan agar dapat lebih dekat dengan keluarga Andi dan berusaha mendapatkan restu mereka.

Sesampainya di rumah mertua, kami disambut dengan hangat oleh ibu Andi. Beliau menyambut kami dengan senyum lebar dan pelukan erat. "Selamat datang, nak. Kami senang kalian memutuskan untuk tinggal di sini," ujarnya.

"Makasih tante" sapaku balik.

"Ssst, nda boleh panggil tante ke ibuku. Panggil ibu atau emak saja" bisik Andi kepadaku.

Akupun mengangguk. Sementara ibu mertua masih tersenyum manis di hadapan kami.

Seketika suasana terasa sedikit canggung saat  ayah Andi menyambut kami. Beliau hanya mengangguk singkat dan berkata, "Semoga pernikahan kalian langgeng." Aku bisa melihat ada sedikit keraguan di wajahnya.

"Aamiin" sahut kami bersamaan. Seperti sudah janjian. 

"Silahkan masuk nak. Anggap saja rumah sendiri.  Pokoknya selama kalian di rumah ini, nda boleh malu-malu ya" kata ibu mertua.

Kami pun melangkah masuk. Ada beberapa orang di dalam rumah itu. Tapi karena baru, sehingga aku tidak tahu siapa mereka.

***

Kami pun mulai menjalani hari-hari di rumah mertua. Ibu Andi sangat baik dan perhatian, selalu memastikan kami merasa nyaman. Beliau juga sering mengajak kami bercengkerama dan bertukar cerita.

Namun, ayah Andi masih terlihat sedikit kaku dan dingin. Ia jarang berbicara dengan kami dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Aku pun tidak mau terlalu memikirkan hal itu. Aku cukup memaklumi kondisi itu.

Andi mencoba untuk terus membuka komunikasi dengan ayahnya, berharap beliau dapat menerima kehadiran aku sebagai menantunya. Namun, usahanya belum membuahkan hasil yang diharapkan.

Meskipun begitu, aku dan Andi tetap berusaha untuk menjaga keharmonisan di rumah mertua. Kami berharap, lambat laun, ayah Andi akan menerima pernikahan kami dan memberikan restu yang kami tunggu-tunggu.

***

Hari-hari yang kami jalani di rumah mertua ternyata tidak semulus yang kami harapkan. Meski ibu Andi sangat ramah dan menyambut kami dengan hangat, namun sikap ayah Andi yang dingin dan kaku membuat suasana menjadi tegang.

Suatu hari, Andi terpancing emosi saat ayahnya kembali menyinggung masalah perbedaan latar belakang kami. Mereka berdebat dengan sengit, hingga akhirnya Andi meninggikan suaranya.

"Ayah, kenapa Ayah belum bisa menerima Tari? dia istriku? aku mencintainya dan kami telah menikah!" seru Andi dengan nada tinggi.

Ayah Andi tampak terkejut dan marah. "Kau tidak tahu apa-apa! Aku bukan tidak setuju pernikahan kalian, tapi kalian itu berbeda latar belakang dan aku hanya khawatir sesuatu hal buruk akan terjadi. Yang justru hanya akan membawa malapetaka bagi keluarga kita dan keluarga kalian nantinya!" Kata ayah mertua. 

Aku berusaha menenangkan Andi, namun ia sudah terlanjur em0si. Tanpa sadar, ia m3mukul meja dengan keras, membuat beberapa barang di sekitarnya jatuh berserakan.

Ibu Andi dan aku terkejut melihat kejadian itu. Ayah Andi langsung berdiri dengan wajah merah padam. "Keluar dari rumah ini sekarang juga! Aku tidak ingin melihat wajah kalian lagi!" teriaknya.

Andi hendak membantah, tapi aku menahannya. "Sudahlah, Andi. Kita pergi saja dari sini," bisikku dengan suara bergetar.

Dengan berat hati, kami pun meninggalkan rumah mertua. Aku merasa sangat sedih dan kecewa. Ternyata, perbedaan latar belakang kami benar-benar menjadi penghalang bagi kami untuk mendapatkan restu dari keluarga Andi.

***

Setelah diusir dari rumah mertua, Andi membawaku pergi ke suatu tempat yang jauh dari pemukiman warga. Kami berhenti di depan sebuah gubuk tua yang terletak di tengah kebun yang sepi.

"Andi, kenapa kita ke sini? Di mana kita?" tanyaku dengan perasaan cemas.

Andi tidak menjawab, ia hanya diam dan memandangku dengan tatapan yang sulit kuartikan. Kemudian, ia membuka pintu gubuk itu dan mempersilakan aku masuk.

Ketika aku melangkah masuk, aku terkejut melihat kondisi gubuk itu. Tempat itu sangat kumuh dan pengap. Dinding-dindingnya tampak usang, itupun tidak tertutup sempurna dengan kata lain Dinding-dindingnya hanya setinggi bahu orang dewasa dan hanya ada satu tempat tidur kecil di sudut ruangan.

"Andi, kenapa kita harus tinggal di sini? Bukankah kita bisa mencari tempat lain yang lebih layak?" tanyaku dengan nada memohon.

Andi kembali terdiam. Ia lalu berjalan mendekatiku dan memegang kedua bahuku. "Maafkan aku, Tari. Ini satu-satunya tempat yang bisa kita tempati sekarang," ujarnya dengan suara pelan.

Aku menatapnya dengan bingung. "Apa yang sebenarnya terjadi, Andi? Kenapa kita harus tinggal di sini?" Kataku lagi.

Andi menghela napas panjang. "Aku... aku sudah tidak punya apa-apa lagi, Tari. Ayahku telah memotong semua akses keuanganku. Aku bahkan tidak bisa lagi tinggal di rumah itu," jelasnya dengan wajah penuh penyesalan.

Mendengar itu, aku terkejut. Jadi, inilah alasan Andi membawaku ke tempat terpencil ini? Karena kami tidak memiliki tempat tinggal dan uang lagi?

Aku menghela nafas panjang. Dan kembali memperhatikan Andi, suamiku. Untuk memastikan alasan itu benar adanya ataukah ada hal lain yang disembunyikan dariku.

Untuk sementara aku bisa menerima alasan itu. Dan aku harus bersabar dengan kondisi itu.

***

Hidup kami di gubuk tua itu terasa semakin berat setiap harinya. Andi tampak semakin frustrasi dan sering meluapkan emosinya dengan cara yang tidak terduga.

Suatu malam, saat kami sedang makan bersama, tiba-tiba Andi membanting piring ke lantai dengan keras.

"Kenapa kau tidak bisa memasak dengan benar, hah? Apa kau tidak bisa melakukan sesuatu dengan baik?" bentaknya padaku.

Aku terkejut dan ketakutan melihat perubahan sikap Andi. "M-maaf, Andi. Aku akan memperbaikinya besok," ujarku dengan terbata-bata.

Aku betul-betul kaget dengan apa yang baru saja terjadi. 

Dan rupanya Andi tidak terima dengan jawabanku. Ia tiba-tiba meraih wajahku dan mencengkeramnya dengan k4sar. "Kau ini benar-benar tidak berguna! Harusnya aku tidak menikahimu!" teriaknya.

Sebelum aku sempat bereaksi, tiba-tiba Andi menamparku dengan keras. Rasa sakit menjalar di pipiku, membuat air mataku tanpa sadar mengalir.

Andi tampak terkejut melihat apa yang telah ia lakukan. Ia langsung melepaskan cengkeramannya dan mundur beberapa langkah. "M-maafkan aku, Tari. Aku tidak sengaja," ucapnya dengan suara bergetar.

Aku hanya bisa terdiam, masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Baru dua pekan kami menikah, tapi Andi sudah berubah menjadi seseorang yang kas4r dan mudah meluapkan emosinya.

Aku tak tahu harus berbuat apa. Ini bukan lagi Andi yang aku kenal. Apa yang sebenarnya terjadi padanya?

Setelah insiden Andi m3mukulku, suasana di gubuk itu semakin tegang. Andi tampak menyesali perbuatannya, tapi ia belum juga meminta maaf secara langsung. Begitu pun aku, masih enggan berkomunikasi dengannya. Karena rasa shock berat menimpaku.

***

Pagi itu, Andi tiba-tiba berkata padaku, "Tari, aku harus pergi sebentar. Kau tunggu di sini saja, ya." Kata Andi.  

"Pergi? Pergi kemana, Andi?" tanyaku dengan cemas.

Tapi Andi tidak menjawab. Ia hanya mengambil jaketnya dan berjalan ke arah pintu. "Aku pergi dulu. Jangan keluar dari sini sampai aku kembali," ucapnya tanpa menoleh.

Aku berusaha mencegahnya, tapi Andi sudah terlanjur keluar dan menutup pintu. Aku pun sendirian di gubuk tua itu, tak tahu harus berbuat apa.

Waktu berlalu, tapi Andi tak kunjung kembali. Aku mulai khawatir dan was-was. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Kemana ia pergi?

Rasa lapar dan haus perlahan menyiksaku. Persediaan makanan di gubuk ini minim, dan aku tidak berani keluar untuk mencari bantuan. Aku takut terjadi sesuatu padaku.

Pada akhirnya, aku hanya bisa terduduk di atas tempat tidur, menangis dalam kesendirian.

"Andi, di manakah kau sekarang? Kapan kau akan kembali?" kataku Sambil menangis. 

Aku benar-benar merasa tersesat dan tidak berdaya. Tanpa Andi, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya bisa berharap ia segera kembali dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

***

Hari semakin gelap, aku masih belum tahu kemana perginya Andi. Rasa takut dan khawatir semakin menguasai diriku.

Tiba-tiba, perhatianku teralihkan oleh suara-suara asing dari luar gubuk. Aku menajamkan pendengaranku, mencoba memastikan apa yang terjadi.

Karena dinding gubuk hanya setinggi bahu orang dewasa sehingga aku bisa melihat samar-samar bayangan seseorang di luar sana. Jantungku berdebar kencang, takut jika itu adalah orang jahat yang akan menyakitiku.

Perlahan, aku memberanikan diri untuk mengintip dari balik dinding. Betapa terkejutnya aku saat melihat sosok hitam berdiri di depan pintu.

Aku semakin ketakutan, badanku terasa bergetar. Jantungku seperti mau copot.

Dalam kebingungan, aku coba membaca surat-surat pendek yang aku hafal. Dengan harapan, rasa takut ini dan makhluk hitam itu bisa hilang.

Dan setelah membaca beberapa surat pendek, akhirnya sosok hitam itupun menghilang, akupun bisa bernafas Lega. 

Namun, aku tetap tidak tahu harus berbuat apa. "Andi, dimana engkau? Apa yang terjadi padamu?" Kataku lirih.  

Kebingungan dan rasa takut terus saja memenuhi diriku. Aku sendirian di gubuk tua ini, dan orang yang kusayangi belum juga datang. Apa yang harus kulakukan sekarang?

Terpopuler

Comments

Willian Marcano

Willian Marcano

Merasa beruntung nemu ini.

2024-07-08

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Pertama di Pesta
2 Ada sesuatu yang dirahasiakan dariku
3 Aku selalu Salah
4 Menjadi Pelampiasan Kemarahan
5 Aku Terperangkap
6 Kalau Kau Mau punya Uang Sendiri
7 Aku mohon, lepaskan
8 Pindah Rumah
9 Setiap kali Suamiku Mabuk
10 Pelet Suamiku
11 Aku tidak Mau Cerai
12 Aku Hamil Lagi tapi Dia Belum Juga Berubah
13 Betapa Kagetku mendengarnya
14 Makan Bubur Campur Pasir
15 Aku Salah Berharap
16 Hanya Untuk Kesenangan Sendiri
17 Suamiku Bahagia di Dunianya sendiri
18 Aku hamil lagi tapi tidak ada simpatinya kepadaku
19 Giliran Kakakku
20 Sudah muak
21 Terpaksa Mencuri
22 Jubah kedustaanmu
23 Aku melahirkan anak ketiga
24 Ada Darah Keluar
25 Kau Lakukan itu lagi
26 Kau Berhak mendapatkan kebahagiaan
27 Seperti tidak punya suami
28 Terpaksa Aku Jual Potongan Rambutku
29 Jangan Buat ayah kesal
30 baca dengan nyaring
31 Tiada hari tanpa mabuk
32 aku harus mandiri
33 suamiku berulah lagi
34 Suami melarang bertemu keluargaku
35 Aku dijadikan keran modal usaha
36 dasar laki-laki pencemburu
37 sekadar pemu4s n4fsu
38 Aku pergi meninggalkan rumah
39 Sapi Perah
40 tidak ada uang buat kuliah
41 bukan uang ayah
42 Kalian boleh minum
43 ibu harus kuliah
44 ia mengunci kamarnya
45 KKN
46 pembawa sial
47 kau harus malu
48 aku tidak mau didampingi
49 aku akan menggajimu
50 beri aku kesempatan
51 lupa mengundang suami
52 Aku tidak akan berhenti sampai kau melapor di pengadilan
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Pertemuan Pertama di Pesta
2
Ada sesuatu yang dirahasiakan dariku
3
Aku selalu Salah
4
Menjadi Pelampiasan Kemarahan
5
Aku Terperangkap
6
Kalau Kau Mau punya Uang Sendiri
7
Aku mohon, lepaskan
8
Pindah Rumah
9
Setiap kali Suamiku Mabuk
10
Pelet Suamiku
11
Aku tidak Mau Cerai
12
Aku Hamil Lagi tapi Dia Belum Juga Berubah
13
Betapa Kagetku mendengarnya
14
Makan Bubur Campur Pasir
15
Aku Salah Berharap
16
Hanya Untuk Kesenangan Sendiri
17
Suamiku Bahagia di Dunianya sendiri
18
Aku hamil lagi tapi tidak ada simpatinya kepadaku
19
Giliran Kakakku
20
Sudah muak
21
Terpaksa Mencuri
22
Jubah kedustaanmu
23
Aku melahirkan anak ketiga
24
Ada Darah Keluar
25
Kau Lakukan itu lagi
26
Kau Berhak mendapatkan kebahagiaan
27
Seperti tidak punya suami
28
Terpaksa Aku Jual Potongan Rambutku
29
Jangan Buat ayah kesal
30
baca dengan nyaring
31
Tiada hari tanpa mabuk
32
aku harus mandiri
33
suamiku berulah lagi
34
Suami melarang bertemu keluargaku
35
Aku dijadikan keran modal usaha
36
dasar laki-laki pencemburu
37
sekadar pemu4s n4fsu
38
Aku pergi meninggalkan rumah
39
Sapi Perah
40
tidak ada uang buat kuliah
41
bukan uang ayah
42
Kalian boleh minum
43
ibu harus kuliah
44
ia mengunci kamarnya
45
KKN
46
pembawa sial
47
kau harus malu
48
aku tidak mau didampingi
49
aku akan menggajimu
50
beri aku kesempatan
51
lupa mengundang suami
52
Aku tidak akan berhenti sampai kau melapor di pengadilan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!